Sabtu, April 24

MENGAPA SHOLAT TIDAK BISA KHUSUK ?

“ Saya sudah sholat selama bertahun tahun , namun sampai sekarang saya belum bisa khusuk. Ketika sholat fikiran saya selalu melayang kemana-mana, saya tidak bisa fokus “

“Saya merasa sholat hanya sebagai kewajiban rutin yang harus saya lakukan setiap hari, kadang kala saya merasa sholat hanya sebagai beban yang mengganggu kegiatan saya saja ”

“ ketika sholat saya tidak bisa fokus, saya merasa sholat hanya sebagai kegiatan yang membosankan , saya ingin segera cepat selesai , saya sholat hanya sekedar menunaikan kewajiban saja “

Demikian beberapa komentar yang saya dengar dari beberapa orang tentang kegiatan sholat yang mereka lakukan setiap hari. Banyak orang yang belum bisa khusuk dalam sholatnya sehingga sholat dirasakan hanya sebagai beban dan kegiatan yang membosankan, mereka ingin cepat berlalu dari sholatnya. Kadang kala sholat dirasakan hanya mengganggu kegiatan atau kesibukan mereka sehari hari.

sholat-3Jika anda bisa sholat dengan khusuk , semua kondisi yang disebutkan dalam komentar diatas tidak akan terjadi. Sholat merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan, sholat bukan lagi sebagai beban atau kewajiban, tapi sholat dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Kondisi khusuk dalam sholat bisa dicapai jika ucapan (bacaan sholat) , fikiran , perasaan hati sudah bisa sama. Artinya apa yang dibaca , dibayangkan oleh fikiran dan dirasakan oleh hati sudah sama mengikuti apa yang dimaksud oleh bacaan yang dibaca didalam sholat tersebut. Kondisi ini hanya bisa didapat kalau kita mengerti apa yang kita ucapkan atau baca dalam sholat tersebut. Jika kita tidak mengerti apa yang kita baca dalam sholat maka kondisi khusuk tidak akan terjadi dan kita akan mengalami kondisi seperti yang dikeluhkan oleh beberapa orang seperti disebutkan diatas.

Sejak kecil kita sudah diajarkan sholat, kita hanya diajarkan rukun dan menghafal bacaan yang harus dibaca dalam sholat tanpa mengerti maksudnya. Ada juga yang diajarkan bacaan berikut terjemahannya , namun tidak begitu paham maksud bacaan tersebut. Sebagian besar kita tidak pernah diajarkan bagaimana cara memusatkan fikiran pada saat sholat. Kita sholat sekedar memenuhi kewajiban dan syarat syah sholat sesuai rukun yang kita pelajari. Sungguh rugi jika puluhan tahun kita sholat , namun tidak ada peningkatan mutu sholat yang kita lakukan. Kita melakukan sholat hanya sebagai rutinitas sekedar memenuhi kewajiban. Dalam sholat fikiran melayang tak tentu arah, sholat terasa sebagai kegiatan yang membosankan dan membebani.

Kondisi Khusuk

Khusuk adalah suatu kondisi dimana antara ucapan, fikiran dan suasana hati berada dalam keadaan sama. Jika mulut mengucapkan A maka fikiran juga membayangkan A dan hati juga merasakan A. Suasana khusuk tidak akan tercapai jika ucapan, fikiran dan hati tidak sama, misalnya mulut mengucapkan A fikiran membayangkan B dan hati merasakan C.

Kondisi khusuk ini ternyata lebih sering dialami seseorang justru diluar sholat. Ketika seseorang sedang berbicara serius dengan orang lain baik secara langsung maupun melalui handphone pasti apa yang diucapkan, difikirkan dan dirasakan oleh hatinya sama. Jika ada orang yang berbicara dengan seseorang namun antara ucapan, fikiran dan perasaan hatinya tidak sama dapat dipastikan orang itu tidak normal. Mulutnya mengatakan A fikirannya membayangkan B dan perasaannya merasakan C, dapat dipastikan pembicaraan antara mereka berdua akan menjadi kacau, dan mereka tidak akan sanggup bicara berlama-lama.


Anehnya dalam sholat justru kondisi khusuk ini tidak terjadi, fikiran melantur kemana mana, apa yang dibaca , dibayangkan oleh fikiran dan dirasakan oleh hati tidak sama. Kita sudah terbiasa dengan kondisi ini, sehingga tidak terlalu mempermasalahkan apakah kita sudah khusuk atau belum. Penyebab utama kondisi ini adalah karena sebagian besar kita tidak mengerti dan paham bacaan atau ayat yang dibaca didalam sholat. Untuk mendapatkan sholat khusuk langkah pertama kita harus mengerti semua bacaan yang dibaca didalam sholat. Kemudian latih agar fikiran dan hati bisa fokus pada bacaan yang dibaca didalam sholat. Kita sudah terbiasa dengan kondisi tidak khusuk dan fikiran melantur kemana mana dalam sholat. Untuk mencapai kondisi khusuk mutlak kita harus melakukan latihan dengan sunguh sungguh.

Bagaiamana rasanya khusuk itu ? Perhatikan bagaimana perasaan anda ketika asyik berbicara dengan pacar atau sahabat karib melalui handphone, itulah contoh suasana khusuk. Coba anda jawab beberapa pertanyaan berikut ini :

Pernahkan anda mengalami kejadian yang sangat menyakitkan hati? Coba anda ceritakan kembali kejadian itu

· Pernahkan anda mengalami kejadian yang sangat menggembirakan hati? Coba ceritakan kembali kejadian itu

Anda pernah bertamasya keluar kota , mengunjungi tempat yang sangat menyenangkan hati? Coba ceritakan perjalanan itu mulai dari saat anda keluar rumah , diperjalanan hingga berbagai kejadian yang anda alami selama ditempat tujuan wisata itu.

Anda pernah menonton film action atau film lain yang menarik hati coba ceritakan kembali apa yang anda lihat difilm itu.

Ketika sedang menceritakan semua kejadian itu pasti apa yang anda ucapkan, bayangkan dalam fikiran dan rasakan didalam hati sama, itulah kondisi khusuk yang anda alami. Coba pindahkan suasana khusuk yang biasa anda dapatkan diluar sholat itu kedalam sholat. Tentunya anda tidak akan bisa melakukan itu jika anda tidak mengerti bacaan yang anda baca didalam sholat . Anda bisa khusuk ketika berbicara dengan teman melalui handphone karena anda mengerti apa yang anda ucapkan. Mustahil anda bisa khusuk dalam sholat jika anda tidak mengerti apa yang anda ucapkan atau anda baca didalam sholat itu.

Latihan Sholat khusuk

sholat-1Dibutuhkan kesungguhan dan waktu yang cukup lama untuk memperbaiki sholat anda hingga bisa khusuk. Tanpa kesungguhan hati dan latihan yang tekun tidak mungkin agin anda mendapatkan suasana khusuk dalam sholat. Sebagian besar kita sudah berpuluh tahun melakukan sholat secara keliru, dimana ketika sholat fikiran melayang kemana mana tak tentu arah. Mengubah kebiasaan buruk ini bukanlah hal mudah, dibutuhkan kesungguhan dan latihan serius. Sebagian kita ada yang sudah berusia lanjut, dimana daya ingat sudah mulai berkurang, menghapal terjemahan ayat atau bacaan sholat saja sudah menjadi problem tersendiri. Namun bagi mereka yang masih muda dan mempunyai daya ingat cukup baik tentu hal ini tidak menjadi masalah.

Bagi yang berminat untuk memperbaiki mutu sholatnya , mulailah dengan langkah pertama yaitu hapalkan semua bacaan standar berikut terjemahannya yang harus dibaca didalam sholat. Usahakan memahami semua bacaan itu dengan baik, hayati dan rasakan apa yang dimaksud bacaan tersebut secara mendalam didalam hati dan fikiran.

1. Takbiratul ihram

Kalimat Allahu akbar …Allah maha besar yang dibaca pada saat tabiratul ihram , atau sebagai awal dimulai kegiatan sholat. Rasakan kebesaran Allah dengan segenap hati dan fikiran.


2. Do’a Iftitah

Do’a yang dibaca sebagai pembukaan sholat , dibaca setelah takbiratul ihram

” Allahu Akbar kabiraw walhamdulilaahi katsiiro, wa subhanallahi bukhrataw wa ashiila . Allah maha besar yang maha sempurna kebesarannya, segala punji bagi Allah sebanyak banyaknya, dan maha suci Allah sepanjang pagi dan petang hari Inni wajjahtu wajhiya lilladzii fathorosshamaawaati wal ardho haniifan muslimaw wama ana minal musyrikiinSesungguhnya aku hadapkan hati dan fikiranku kepada yang menjadikan langit dan bumi , dengan lurus (ber-sungguh-sungguh) dan berserah diri , dan aku bukanlah termasuk orang yang mempersekutukanNya . Innas sholaati , wanusuki, wamahyaya , wama maati lillahi rabbil alamiin. Laa syariikalahuu wabidzaalika umirtu wa ana minal muslimin.Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya bagi Allah Tuhan sekalian alam, Tiada sekutu bagiNya , dengan demikianlah aku diperintahkan, dan aku adalah orang yang berserah diri (muslim) .”

Hafalkan bacaan berikut terjemahan bacaan diatas , baca perlahan lahan, resapi arti dan maknanya didalam hati dan fikiran. Latih fikiiran fokus pada bacan yang dibaca tersebut.

3. Bacaan Al-fatihah

Bismillahirrohmanirahiim …..dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang . bayangkan dan rasakan betapa rasa kasih sayang Allah pada kita semua.

Alhamdulillahir robbil alamiin….segala puji bagai Allah tuhan sekalai alam , bayangkan betapa maha terpujinya Allah penguasa alam semesta.

Arohmaanirrohiim…… Yang maha pengasih lagi maha penyayang,bayangkan sifat kasih sayang Allah yang meliputi alam semesta.

Maalikiyau middin …... Yang menguasai hari pembalasan ,bayangkan keadaan dihari berbangkit kelak , ketika kita dikumpulkan dipadang mahsyar yang kering dan tandus. Dihari yang tiada tempat bernaung selain naunganNya, dihari yang tidak ada tempat berlindung selain lindunganNya . Dialah penguasa tunggal dihari itu.

Iyya kana’budu wa iyyaka nasta’in …..Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanay kepada Engkau kami mohon pertolongan ,….tanamkan dalam hati bahwa hanya Dialah yang disembah, dan hanya kepadaNya tempat mohon pertolongan.

Ihdinas shiroothol mustaqiim…..tunjuki kami jalan yang lurus , ….bayangkan jalan yang lurus, jalan yang penuh rahmat dan berkahNya.

Shirothol ladziina an amta alaihim, ghoiril maghdu bi alaihim , waladhoolliin ….yaitu jalan orang orang yang telah Engkau berikan nikmat atas mereka bukan jalan orang yang sesat dan bukan pula jalan orang yang Engkau murkai,… .bayangkan yang dimaksud jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh oleh orang yang telah mendapat rahmat dan nikmat dariNya , bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang yang sesat.

4. Bacaan surat dan ayat pilihan setelah Alfatihah

Hafalkan terjemahan ayat atau surat yang dibaca sesufdah alfatiha, mungkin selama ini anda sudah hafal beberapa surat dan ayat Qur’an , namun selama ini tidak mengerti dan paham maksud ayat tersebut. Usahakan menghapal dan nmemahami maksud ayat atau surat tersebut.

5. Rukuk

Selama ruku baca kalimat tasbih ” subhanarabbiyal adzim ..Maha suci Allah yang maha besar”

6. I’tidal

Ketika bagun dari rukuk baca kalimat ” Samiallahu liman hamidah…. telah mendengar Allah akan orang yang memujiNya. ”. Kedua belah tangan diangkat sampai sejajar telinga. Selanjutnya turunkan kedua belah tangankesamping kiri dan kanan perlahan-lahan. Berdiri tegak dengan kedua belah tangan disamping kiri dan kanan, kemudian membaca : ”Robbana lakal hamdu, milussamawaati wamil ul ardhi, wamil umaasyi’ta, min syai’in ba’du…..Wahai Tuhan kami segala puji bagiMu sepenuh langit dan bumi,dan sepenuh barang yang Engkau kehendaki sesudah itu”. Puji Allah dengan tulus dan ikhlas, rasakan suasana relaks dan nyaman. Hadapkan hati dan fikiran seluruhnya kepada Allah penguasa alam semesta dengan ikhlas dan tawadhu.

7. Sujud pertama

Selama sujud baca kalimat tasbih : ”Subhana rabbiyal a’la …..Mahasuci Allah yang maha tinggi ” sebanyak yang bisa dibaca.

8. Duduk Iftirash

Ketika duduk Iftirash baca do’a :” Robighfirli, warhamni, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii, wahdinii, wa’afinii, wa’fu’annii …….Ya Tuhanku , ampuni aku, rahmati aku, tutupi nkeburukanku, angkat derajatku, beri aku rezeki, beri aku petunjuk, sehatkan aku, ma’afkan aku…”.Ucapkan do’a dengan sungguh sunguh, ikuti dengan ikhlas dan penuh perasaan, jangan tergesa gesa. Nikmati kata demi kata dalam do’a ini, rasakan getaran dari setiap kalimat do’a yang diucapkan. Ini adalah do’a untuk kehidupan yang ideal. Jika Allah mengabulkan do”a ini anda tidak akan menderita, gelisah, tertekan , bingung, dan hidup dalam kemiskinan dan kekurangan. Anda akan mendapat ampunan, rahmat dan berkah, ditutupi keburukannya, diangkat derajatnya, mendapat bimbingan dalam menghadapi berbagai masalah, diberi badan yang sehat, dan ma’af dari Allah.

Kebanyakan orang biasanya membaca do’a ini dengan cepat dan tergesa gesa tanpa mengerti apa yang dimaksud dengan do’a tersebut. Rubah kebiasaan buruk itu , baca kata demi kata dengan penuh penghayatan.

9. Sujud kedua

Bacaan pada sujud kedua ini sama dengan sujud pertama

10. Duduk tahiyyat

Pada duduk tahiyat awal baca do’a : Attahiyatul mubaarokatus shalawatut thoyyibatulillaah. Assalamu alaika ayyuhanabiyyu warahmatullahi wabarakatuhu, Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan, dan kebaikan bagi Allah, salam rahmat dan berkahNya kupanjatkan padamu wahai nabi Muhammad…….. assalamualaina wa ala ibadillahisshoolihiin ,Asyhaduallaa ilaaha illallahu wa assyhadu anna muhammadarrasuulullah, Allahhumma sholli ala muhammad wa ala aali muhammad…..Salam kesalamatan semoga tetap bagi kami seluruh hamba hambaNya yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah , dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan juga kepada keluarga nabi Muhammad ” . Pada tahiyyat akhir ditambahkan kalimat :….kama sholaita ala ibrahiim wa ala aali ibraahim , wa barik ala aali Muhammad wa aala ali Muhammad, Kama barakta ala aali Ibrahiim wa ala aali Ibrahiim fil alamiina innaka hamiidun maajiid….Sebagaiman Engkau pernah memberi rahmat kepada keluarga nabi Ibrahim, Berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah nmemberi keberkahan kepada Nabi Ibrahiim dan keluarga nya. Diseluruh alam semesta Engkaulah yang maha terpuji dan maha mulia ” Setelah selesai ucapkan salam sambil menoleh ke kanan dan kiri nsebagai penutup seluruh kegioatan shalat.

11. Seluruh kegiatan shalat dilakukan dengan tenang , relaks dan tidak tergesa gesa. Resapi dan hayati setiap kalimat yang diucapkan dalam shalat. Insya Allah anda akan merasakan kenikmatan langsung dalam shalat ini.

Jika anda sudah hapal dan paham semua ayat atau bacaan yang dibaca dalam sholat, mulailah latihan untuk menyatukan fikiran dan perasan mengikuti ayat yang dibaca tersebut. Selama sholat fikiran dan hati akan dipandu oleh ayat atau bacaan yang dibaca. Fikiran dan hati diusahakan untuk fokus pada bacaan yang dibaca dalam sholat tersebut. Ini memang tidak mudah, anda harus merubah kebiasaan buruk yang biasa anda lakukan dalam sholat yang sudah anda lakukan selama puluhan tahun.

Jangan tunggu lagi , segera perbaiki sholat anda jika tidak ingin terkena tudingan seperti yang disebutkan dalam surat Al Maun ayat 4-5 :

4- Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, 5- (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,

Atau jangan sampai anda disamakan dengan orang mabuk seperti disebutkan Allah dalam surat An Nisa ayat 43 :

43- Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan….

Jika anda masih mengalami kesulitan untuk khusuk ikutilah latihan sholat khusuk dan dzikir pernapasan asmaulhuna yang insya Allah akan kami adakan dalam waktu dekat . Bagi anda yang berdomisili di daerah Jakarta dan sekitarnya waktu dan tempat akan kami umumkan pada waktunya nanti diblog ini.

HAL YANG MENYEBABKAN MANUSIA MASUK NERAKA


Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

(Al-A’raaf 179)


Dalam surat Al-A’raaf ayat 179 ini Allah menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan manusia dan jin terjerumus masuk kedalam neraka jahanam, antara lain :

Mereka mempunyai hati namun tidak digunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah
Mereka mempunyai mata namun tidak dipergunakannya untuk melihat tanda kekuasaan Allah
Mereka mempunyai telinga namun tidak digunakannya untuk mendengarkan nasehat dan ayat-ayat Allah.
Keadaan mereka tersebut diatas bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat lagi dari itu,dan mereka termasuk kedalam kelompok orang yang lalai.

Hati yang sakit

Hati manusia ada yang sehat bercahaya menerangi kehidupan diri dan lingkungannya dan ada pula yang sakit dan gelap serta merongrong kehidupan diri dan lingkungannya. Hati yang sehat dipenuhi dengan rasa Iman, takwa, tawakkal, sabar, dan sangat cinta mendengarkan nasehat dan ayat Qur’an, membawa rahmat dan manfaat bagi diri dan lingkungannya.

Hati yang sakit dan gelap dipenuhi rasa takut, cemas,kecewa, dendam, benci, sombong, ria, suka dipuji, tamak, cinta dunia dan lain sebagainya. Orang yang ada penyakit dalam hatinya merasa benar sendiri, dan sulit menerima nasehat saran atau kritik dari orang lain. Mereka enggan untuk sujud dan tunduk pada Allah. Seluruh usaha dan kegiatannya hanya ditujukan untuk meraih kehidupan dunia, mereka mengabdi pada kepentingan syahwatnya. Mereka berusaha memuaskan kebutuhan syahwat dan nafsunya dengan berbagai cara, tidak peduli halal dan haram. Inilah orang yang telah ditutup hatinya oleh Allah dengan pernyataannya dalam surat Al Baqarah ayat 7 dan Jatsiyah ayat 23 :

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Al Baqarah 7)

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

(Al Jatsiyah 23)

Peliharalah hati dari berbagai penyakit yang dapat membutakan hati dari menerima kebenaran. Hati yang dipenuhi penyakit hanya akan mendorong seseorang untuk mengerjakan perbuatan keji dan mungkar yang akan nmenjerumuskannya kedalam api neraka jahannam yang panas membakar.

Mata yang buta

Orang yang buta mata hatinya tidak mampu melihat tanda tanda kekuasaan dan kebesaran Allah yang banyak bertebaran dilangit dan bumi ini. Kalau diperhatikan sebenarnya pada penciptaan langit dan bumi serta tumbuh2an dan hewan yang terdapat didarat, laut maupun angkasa serta pada diri manusia sediri, terdapat tanda tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang yang mau mengambil pelajaran. Namun sedikit sekali orang yang mampu melihat tanda kebesaran Allah tersebut, walaupun matanya sehat, tidak buta dan dapat melihat dengan jelas. Mereka hanya mampu melihat benda disekitarnya dengan jelas, namun tidak mampu melihat tanda kebesaran Allah yang ada pada benda tersebut. Kalau mereka mampu memanfaatkan matanya dengan benar mereka akan dapat melihat tanda kebesaran Allah pada sesuatu yang mereka lihat itu.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Ali Imran 190)

Namun sayang sebagian besar manusia tidak mampu mengambil pelajaran dari berbagai kejadian yang mereka lihat dan alami. Berbagai kejadian yang mereka alami dan lihat berlalu begitu saja. Mereka menganggap itu sebagai hukum alam, suatu kejadian atau materi hadir dalam kehidupan mereka dari tiada menjadi ada, dan kembali menjadi tiada hanya karena suatu proses alami saja. Kita hidup, mati kemudian berlalu begitu saja , tidak ada lagi kehidupan sesudah mati, semua itu terjadi karena proses alam.

Fikiran, cita cita dan usaha mereka seluruhnya ditujukan hanya untuk kehidupan dunia. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tidak peduli halal dan haram. Mereka tidak paham kalau kehidupan ini ada yang memiliki dan mengaturnya,sikap ini menggiring mereka untuk maasuk kedalam api neraka jahannam yang panas membakar.

Telinga yang tuli

Sebagian manusia ada yang telinga batinnya tuli, mereka lebih tertarik mendengar musik, cerita gosip, berbagai berita dan kejadian didunia yang menarik hati. Mereka tidak tertarik untuk mendengar nasehat, kajian agama, ataupun ayat-ayat Qur’an. Mereka terlalu asyik dengan kehidupan dunia, enggan mendengar lantunan ayat Qur’an yang menasehati atau kajian tentang Iman, Tauhid, kebesaran Allah, kehidupan akhirat yang banyak diperdengarkan melalui media radio, televisi maupun ceramah umum. Mereka lebih suka mendengar suara musik, nyanyian, berita politik dan kejadian dari segala penjuru dunia.

Hati yang penuh penyakit, mata hati yang buta, telinga batin yang tuli menyebabkan mereka hidup bagai binatang ternak, yang tujuan hidupnya hanya untuk makan minum, tidur dan mendapatkan kesenangan dunia. Seluruh usahanya hanya ditujukan untuk kehidupan dunia, mereka lalai dari mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat, itulah yang menyebabkan mereka terjerumus kedalam jurang neraka yang dalam. Bersihkan hati dari berbagai penyakit, latih mata dan telinga untuk memahami tanda kebesaran Allah dialam ini. Insya Allah selamat hidup didunia dan akhirat.

TIDAK SEORANGPUN TAHU APA YANG AKAN TERJADI BESOK

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(Luqman 34)

Ada 6 pesan singkat yang terkandung dalam surat Luqman ayat 34 ini:


1. Hanya Allahlah yang tahu , kapan terjadinya peristiwa kiamat
2. Allahlah yang mengatur dan mengendalikan turunnya hujan dari langit
3. Hanya Allah yang tahu apa yang ada dalam rahim seorang ibu
4. Tidak seorangpun tahu , apa yang akan terjadi dan dialaminya besok hari
5. Tidak seorangpun tahu kapan dan dimana ia akan wafat.
6. Hanya Allah yang Maha Mengetahui dan mengenal segala sesuatu



Tanggal 26 Desember 2004 pagi sebagian besar penduduk Aceh melaksanakan aktifitas sebagaimana yang mereka lakukan sehari hari. Belanja kepasar, menuju tempat kerja, kesekolah, bermain, kekebun, bersiap melaut, tidak seorangpun yang tahu bahwa hari itu akan terjadi Kiamat kecil yang menyebabkan ratusan ribu nyawa melayang dalam sekejap mata. Pagi itu sebagian besar wilayah Aceh diguncang gempa, penduduk panik, berhamburan lari keluar rumah. Penduduk yang berada ditepi pantai heran melihat air laut tiba tiba menyusut dengan mendadak.

Tidak lama kemudian warga Banda Aceh, Meulaboh dan penduduk ditepi pantai Aceh dikejutkan dengan datangnya gelombang pasang setinggi pohon kelapa. Dengan ganas ombak besar itu menyapu apa saja yang menghadangnya, gelombang pasang terus masuk kedaratan sampai beberapa kilometer. Ratusan ribu nyawa melayang dalam waktu yang singkat. Demikianlah Allah mencontohkan kejadian Kiamat sebagaimana yang sering disebutkan dalam Al-Qur’an. Kejadiannya begitu tiba-tiba, tidak seorangpun pernah menyangka peristiwa itu akan terjadi. Memisahkan ibu dari anak, ayah dengan keluarganya, menghilangkan nyawa ratusan ribu orang dalam sekejap mata. Melenyapkan semua yang ada dimuka bumi, rumah, gedung, pohon, binatang ternak, kendaraan, harta benda, semua musnah tak berbekas.

Kita tidak pernah tahu dengan pasti kapan akan turun hujan, apa yang tersembunyi dirahim seorang ibu, apa yang akan terjadi dan kita alami besok hari, kapan dan dimana kita akan wafat. Kita hanya bisa menduga-duga dan membuat prediksi atau perkiraan. Dugaan dan perkiraan kita kadang benar, kadang meleset. Hanya Allahlah yang tahu segala gala-nya. Tidak tersembunyi bagi Allah sesuatu dilangit dan dibumi, juga yang ada didalam diri kita masing masing. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.

“Laa haulaa walaa kuwwata illa billahi” kita memang tidak punya daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. Mari kita sadari kelemahan kita, jangan sombong, takabur, bangga dan takjub dengan kemampuan diri. Kita tidak berarti tanpa bimbingan dan pertolongan Allah. Bertaqwa dan tawakkallah pada-Nya. Allah akan membimbing dan menuntun orang yang bertaqwa dan ber-tawakkal padaNya. Sebagaimana firman Allah dalam surat A Thalaq ayat 2-3:

“……. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.(2) Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(3) ”

(At Thalaq 2-3)

Kita tidak pernah tahu dengan pasti apa yang akan terjadi beberapa jam lagi dihadapan kita, apa yang akan terjadi besok terhadap diri kita . Hanya Allah yang tahu pasti apa yang akan terjadi terhadap diri kita besok, kita hanya bisa berusaha, berharap dan berserah diri pada keputusan-Nya. Allah tidak akan pernah menyia- nyiakan orang yang selalu ingat dan berbakti pada-Nya. Dialah pemimpin dan pelindung orang yang ber-Iman dan bertakwa.

Kamis, April 22

PANDUAN TEKNIK LEVITASI

Levitasi yaitu terangkatnya badan kita dengan kekuatan energi udara yang ada di sekitar kita. Bagaimana cara melakukannya?

BAHAN
Pikiran kuat
Kesabaran
Kekuatan kehendak dan Relaksasi

Levitasi bukan hal yang termudah untuk dilakukan, harap dicatat bahwa jika tidak berhasil, jangan menyerah dan tetaplah mencoba, mencoba dan mencoba, bahkan lebih keras lagi. Suatu saat Anda akan bisa melakukannya. Untuk memulai, lakukan teknik meditasi pertama. Itu akan membersihkan pikiran, dengan demikian itu akan lebih mudah. Padahal, itu adalah pilihan. Berdiri atau duduk (untuk pemula, disarankan duduk) di suatu tempat di sebuah ruangan yang tenang. Duduk bersila dan letakkan tangan Anda di atas lutut. Rileks sekarang. Tarik napas dalam melalui hidung, dan keluar melalui mulut. Tutup mata Anda dan bayangkan Anda berada di langit, burung-burung di sekitar Anda, berkicau dan bernyanyi. Sekarang bayangkan Anda mengapung di atas air, dan bersantai dengan suara air. Sekarang bayangkan mengapung di atas sebuah batu di lapangan yang indah, ada binatang bersembunyi, tapi tidak menyerang, di sekitar Anda. Sekarang bayangkan diri Anda kembali di langit, dan ulangi cara ini berkali-kali dalam pikiran Anda. Sekarang katakan mantra berikut:”Langit dan burung, atas kepalaku. Manfaatkan gravitasi di dalam diriku. Biarkan aku terbang, ke langit. aku santai dan tenang, gravitasi ada di telapak tanganku. Tidak pernah jatuh, tidak pernah takut. aku tetap terbang, tubuh ini melayang, ke langit.”

Buka mata Anda. Apakah Anda mengambang? Jika tidak, coba lagi. Ulangi mantra ini sebanyak yang Anda harus ke angkat. Perlu diingat meskipun anda tidak takut terbang tetaplah konsentrasi karena Anda mungkin akan jatuh. Jika Anda ingin mencegah diri atau takut ketinggian, saya sarankan pergi ke suatu tempat tinggi dan melihat ke bawah. Lalu, bayangkan diri Anda jatuh dari titik itu tanpa berteriak-teriak, dan Anda mendarat dengan anggun tanpa goresan. Saya sarankan anda berada di atas gedung atau hotel, bisa juga di atas tebing atau atap, atau sebuah batu besar. Juga, untuk kembali turun, tutup mata Anda dan bayangkan diri Anda melayang turun perlahan di langit, di laut, dan di lapangan. Pastikan Anda melayang turun terlahan! Anda tidak ingin mematahkan punggung Anda. Setelah berpikir itu, ucapkan mantra berikut: ”Penurunan berat badan dan tinggi, sekarang saya mengambil napas. Semua udara dalam diriku, dirilis pada saya pegang. Berikan aku gravitasi, Beri aku keselamatan. Melayang turun ke tanah, Jadikan aku tanah tanpa berat satu kilo pun.”

LANGKAH KEDUA
Bahan
Batu kol buntet
Kristal kuarsa

Pertama melakukan ritual pembersihan. Tempatkan kristal di tanah di depan Anda. Pegang batu kol buntet di depan Anda. Ucapkan mantra berikut” Batu kol buntet adalah anggota bumi dan bumi adalah batu. Kematian dan kelahiran kembali adalah jantung dan tulang. Cahaya yang dapat terbang, aku memanggil keluar kamu batu…. Aku juga memanggil kalian wahai langit.”

Visualisasikan Anda terdorong dan tertarik dan terangkat. Untuk pengucapan lakukan saat senja di luar sambil memegang batu kol buntet untuk Anda. Tambahkan sentuhan Anda sendiri untuk mantra ini (ini hanyalah sebuah pedoman) Hati-hati untuk tidak melupakan pembersihan karena ini sangat penting.

LANGKAH KETIGA: LEVITASI OBYEK KHUSUS

BAHAN
jus apel
susu
merica
lilin atau tongkat panjang

CARANYA: Campur cairan jus, susu dan merica bersama dan celupkan lilin atau tongkat dalam ramuan dan lihatlah di sana objek yang ingin Anda buat melayang. Kemudian tunjuk objek dengan tongkat dan baca mantra berikut: “Saya mengambil objek dengan kekuatan di tanganku, objek dalam kisaran kekuatanku akan melayang dari tanah”


RAHASIA KEKUATAN LEVITASI
Kekuatan pikiran
Kekuatan kehendak
Kekuatan Konsentrasi

Bila sudah tekun berlatih maka kita akan mudah masuk ke wilayah yang terkonsentrasi. Anda dapat duduk atau berdiri. Untuk pemula disarankan duduk. Setelah anda berada di wilayah yang terkonsentrasi maka bacalah mantra sebagai berikut: ”Roh udara, aku ingin telanjang. Kekuatan pengangkatanmu saya minta, hingga saya dapat mengambang di udara, LAKUKANLAH…”

Untuk berhenti melayang ucapkan mantra: “Roh udara, saya ingin mendarat dengan selamat di tanah, Kembali turun ke tanah, di mana saya berada, LAKUKANLAH…”

Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan

Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan penyebar tasawuf di Jawa Barat
Thariqat Syathariyah di Asia Tenggara pada peringkat awal dilakukan oleh Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri di Aceh dan Syeikh Abdul Mubin bin Jailan al-Fathani di Pattani.
Syeikh Abdur Rauf mempunyai beberapa orang murid sebagai kadernya yang terkenal, di antara mereka ialah; Syeikh Burhanuddin Ulakan di Minangkabau, Syeikh Abdul Malik di Terengganu, dan ramai lagi, termasuklah Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan yang akan dibicarakan ini.
Ulama ini cukup terkenal dalam percakapan lisan di Jawa Barat, terutama sekali mengenai keramat-keramatnya. Bahan mentah yang berupa cerita lisan masyarakat yang bercorak mitos atau legenda atau dongeng yang berbagai-bagai versi penyampaiannya lebih banyak diperoleh, jika dibandingkan dengan berupa bahan yang bertulis. Walau bagaimanapun, ada tiga buah manuskrip, iaitu nombor kelas LOr.7465, LOr 7527 dan LOr.7705, di Muzium Negeri Belanda dikatakan bahawa adalah karya Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan.
Sewaktu penulis melanjutkan tugasan mengkatalogkan manuskrip yang tersimpan di Muzium Islam Pusat Islam (BAHAEIS), 1992, maka pada manuskrip nombor kelas MI 839 di beberapa tempat ada menyebut nama Syeikh Abdul Muhyi Karang Pamijahan, seolah-olah naskhah itu dinuqil daripada ajaran ulama sufi yang tersebut. Naskhah ditulis dalam bahasa Melayu dan disalin di Pulau Pinang. Selain itu, penulis juga mempunyai sebuah karya Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan, juga dalam bahasa Melayu, yang membicarakan Martabat Tujuh.
ASAL USUL DAN PENDIDIKAN
Syeikh Haji Abdul Muhyi adalah salah seorang keturunan bangsawan. Ayahnya bernama Sembah Lebe Warta Kusumah, adalah keturunan raja Galuh (Pajajaran). Abdul Muhyi lahir di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada 1071 H/1660 M dan wafat di Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya, Jawa Barat, 1151 H/1738 M. Abdul Muhyi dibesarkan di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Pendidikan agama Islam pertama kali diterimanya daripada ayahnya sendiri dan kemudian daripada para ulama yang berada di Ampel. Dalam usia 19 tahun, ia berangkat ke Aceh untuk melanjutkan pendidikannya dan belajar dengan Syekh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Lebih kurang enam tahun lamanya Syeikh Abdul Muhyi belajar dengan ulama besar Aceh itu, iaitu dalam lingkungan tahun 1090 H/1679 M-1096 H/1684 M.
Tahun pembelajaran Syeikh Abdul Muhyi di Aceh kepada Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri itu, kita dapat membandingkan dengan tahun pembelajaran Syeikh Burhanuddin Ulakan yang dipercayai termasuk seperguruan dengannya.
Syeikh Burhanuddin Ulakan yang berasal dari Minangkabau itu belajar kepada Syeikh Abdur Rauf al-Fansuri bermula pada 1032 H/1622 M, tetapi tahun ini tetap masih dipertikaikan kerana riwayat yang lain menyebut bahawa ulama yang berasal dari Minangkabau itu dilahirkan pada tahun 1066 H/1655 M.
Maka kita perlu membandingkan dengan tahun kelahiran Syeikh Yusuf Tajul Khalwati dari tanah Bugis-Makasar, iaitu 1036 H/1626 M, selanjutnya keluar dari negerinya menuju ke Banten 1054 H/1644 M, seterusnya ke Aceh belajar kepada Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri juga. Selain itu, dapat juga kita bandingkan dengan tahun kehidupan Syeikh Abdul Malik (Tok Pulau Manis) Terengganu, iaitu tahun 1060 H/1650 M hingga tahun 1092 H/1681 M; Semua ulama yang tersebut dikatakan adalah murid Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Banyak pula ulama bercerita bahawa semua mereka termasuk Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan adalah bersahabat.
Dengan perbandingan-perbandingan tahun tersebut, dapat kita ketahui bahawa tahun-tahun itu masih bersimpangsiur, masih sukar untuk ditahqiqkan. Yang sahih dan tahqiq hanyalah mereka adalah sebagai murid Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri di Aceh. Yang lebih menarik lagi, bahawa semua mereka, kecuali Syeikh Burhanuddin Ulakan, diriwayatkan sempat belajar ke luar negeri ke Mekah, Madinah, Baghdad dan lain-lain. Termasuk Syeikh Abdul Muhyi diriwayatkan adalah murid kepada Syeikh Ibrahim al-Kurani di Mekah dan Syeikh Ahmad al-Qusyasyi di Madinah, yang kedua-dua ulama itu adalah ulama ahli syariat dan haqiqat yang paling terkenal pada zamannya.
Setelah Syeikh Abdul Muhyi lama belajar di Mekah dan Madinah, beliau melanjutkan pelajarannya ke Baghdad. Tidak jelas berapa lama beliau tinggal di Baghdad, tetapi diriwayatkan ketika beliau berada di Baghdad hampir setiap hari beliau menziarahi makam Syeikh Abdul Qadir al-Jilani yang sangat dikaguminya.
Dalam percakapan masyarakat, Syeikh Abdul Muhyi adalah termasuk keturunan/zuriat Syeikh Abdul Qadir al-Jilani, Wali Allah, Quthbul Ghauts, yang sangat terkenal itu. Riwayat yang lain diceritakan bahawa Syeikh Abdul Muhyi ke Baghdad dan Mekah adalah mengikuti rombongan gurunya, Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Dari Baghdad beliau kembali lagi ke Mekah dan selanjutnya kembali ke Jawa dan berkahwin di Ampel.
AKTIVITI
Setelah selesai perkahwinan di Ampel, Syeikh Abdul Muhyi bersama isteri dan orang tuanya berpindah ke Darma, dalam daerah Kuningan, Jawa Barat. Selama lebih kurang tujuh tahun (1678 M-1685 M) menetap di daerah itu mendidik masyarakat dengan ajaran agama Islam. Kemudian berpindah pula ke daerah Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Di daerah itu, beliau hanya menetap lebih kurang setahun saja (1685-1686), walau bagaimanapun beliau berhasil menyebarkan agama Islam kepada penduduk yang ketika itu masih menganut agama Hindu.
Pada 1686 ayahnya meninggal dunia dan dimakamkan di kampung Dukuh, di tepi Kali Cikangan. Beberapa hari selepas pemakaman ayahnya, Syeikh Abdul Muhyi berpindah ke daerah Batuwangi. Beliau berpindah pula ke tempat yang berhampiran dengan Batuwangi iaitu ke Lebaksiuh. Selama lebih kurang empat tahun di Lebaksiuh (1686 M-1690 M), Syeikh Abdul Muhyi berhasil mengislamkan penduduk yang masih beragama Hindu ketika itu.
Menurut cerita, keberhasilannya dalam melakukan dakwah Islam terutama kerana Syeikh Abdul Muhyi adalah seorang Wali Allah yang mempunyai karamah, yang dapat mengalahkan bajingan-bajingan pengamal “ilmu hitam” atau “ilmu sihir”. Di sanalah Syeikh Abdul Muhyi mendirikan masjid, tempat ia memberikan pengajian untuk mendidik para kader yang dapat membantunya menyebarkan agama Islam lebih jauh ke bahagian selatan Jawa Barat.
Kemudian Syeikh Abdul Muhyi berpindah ke satu desa, iaitu Gua Safar Wadi di Karang Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat. Perpindahannya ke Karang Pamijahan itu, menurut riwayat bahawa beliau diperintahkan oleh para Wali Allah dan perjumpaan secara rohaniah kepada Syeikh Abdul Qadir al-Jilani, supaya beliau mencari suatu gua untuk tempat berkhalwat atau bersuluk di Jawa Barat. Cerita mengenai ini banyak dibungai dengan berbagai-bagai dongeng yang merupakan kepercayaan masyarakat terutama golongan sufi yang awam.
Bagi mengimbangi cerita yang bercorak mitos itu, ada riwayat yang bercorak sejarah, bahawa Syeikh Abdul Muhyi diundang oleh Bupati Sukapura, Wiradadaha IV, R. Subamanggala untuk memerangi dan membasmi ajaran-ajaran sihir yang sesat Batara Karang di Karang Pamijahan dan di gua Safar Wadi itu. Di kedua-dua tempat tersebut adalah tempat orang-orang melakukan pertapaan kerana mengamalkan ilmu-ilmu sihirnya.
Oleh sebab Syeikh Abdul Muhyi memang hebat, beliau pula dianggap sebagai seorang Wali Allah, maka ajaran-ajaran sihir yang sesat itu dalam waktu yang singkat sekali dapat dihapuskannya. Penjahat-penjahat yang senantiasa mengamalkan ilmu sihir untuk kepentingan rompakan, penggarongan dan kejahatan-kejahatan lainnya berubah menjadi manusia yang bertaubat pada Allah, setelah diberikan bimbingan ajaran Islam yang suci oleh Syeikh Abdul Muhyi, Wali Allah yang tersebut itu.
Gua Safar Wadi pula bertukar menjadi tempat orang melakukan ibadat terutama mengamalkan zikir, tasbih, tahmid, selawat, tilawah al-Quran dan lain-lain sejenisnya. Maka terkenallah tempat itu sebagai tempat orang melakukan khalwat atau suluk yang diasaskan oleh ulama yang terkenal itu.
Disingkatkan saja kisahnya, bahawa kita patut mengakui dan menghargai jasa Syeikh Abdul Muhyi yang telah berhasil menyebarkan Islam di seluruh Jawa Barat itu. Bukti bahawa beliau sangat besar pengaruhnya, sebagai contoh Bupati Wiradadaha IV, iaitu Raden Subamanggala pernah berwasiat bahawa jika beliau meninggal dunia supaya beliau dikuburkan di sisi gurunya Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan itu. Tempat tersebut sekarang lebih dikenali dengan nama Dalem Pamijahan.
Murid-murid yang tertentu, Syeikh Abdul Muhyi mentawajjuhkannya menurut metod atau kaedah Thariqat Syathariyah yang salasilahnya diterima daripada Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Walaupun tarekat yang sama diterimanya juga kepada Syeikh Ahmad al-Qusyasyi, iaitu guru juga kepada Syeikh Abdur Rauf al-Fansuri, namun Syeikh Abdul Muhyi memulakan salasilahnya tetap menyebut Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri. Hal demikian kerana tarekat yang tersebut memang terlebih dulu diterimanya daripada Syeikh Abdur Rauf bin Ali al Fansuri.
Setelah beliau ke Mekah, diterimanya tawajjuh lagi daripada Syeikh Ahmad al-Qusyasyi itu. Maka berkembanglah Thariqat Syathariyah yang berasal daripada penyebaran Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri itu di tempat-tempat yang tersebut, melalui bai’ah, tawajjuh, dan tarbiyah ruhaniyah yang dilakukan oleh Syeikh Abdul Muhyi muridnya itu.
KETURUNAN
Menurut riwayat, Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan mempunyai empat isteri. Hasil erkahwinannya itu, beliau memperoleh seramai 18 anak. Menerusi Raden Ayu Bakta, memperoleh anak bernama Kiyai Haji Muhyiddin atau digelar Dalem Bojong. Namun menurut Aliefya M. Santrie, dalam buku Warisan Intelektual Islam Indonesia, setelah beliau pulang dari Pamijahan beliau menemukan satu artikel dalam majalah Poesaka Soenda yang menunjukkan bahawa tidak identiknya Kiyai Haji Muhyiddin dengan Dalem Bojong.
Kedua-duanya memang anak Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan, tetapi Kiyai Haji Muhyiddin personaliti tersendiri dan Dalem Bojong personaliti yang lain pula. Menurutnya makam Kiyai Haji Muhyiddin dalam majalah itu disebut namanya yang lain, iaitu Bagus Muhyiddin Ajidin, terletak di sebelah selatan makam Syeikh Abdul Muhyi, sedang makam Dalem Bojong terletak di sebelah timur.
Barangkali keturunan Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan itu sangat ramai yang menjadi ulama di daerah Jawa Barat, sewaktu penulis berulang-alik di Pondok Gentur, Cianjur (1986 M-1987 M) difahamkan bahawa Kiyai Haji Aang Nuh di pondok pesantren adalah termasuk keturunan Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan. Penulis sendiri menerima beberapa amalan wirid dari kiyai itu dan ternyata memang terdapat hadiah al-Fatihah untuk Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan dan beberapa ulama lainnya untuk memulakan amalan.
Dari Kiyai Haji Aang Nuh juga, penulis mendengar cerita-cerita yang menarik mengenai Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan. Sampai sekarang Pondok pesantren Gentur dikunjungi mereka yang mempunyai permasalahan yang sukar diselesaikan dari seluruh Indonesia, tempat itu sentiasa ramai kerana doa kiyai itu dianggap mustajab.
Di Pondok-pesantren Gentur itu tidak mengajar disiplin ilmu sebagai pondok-pesantren lainnya, di situ hanya mengajar amalan-amalan wirid terutama selawat atas Nabi Muhammad. Penulis sempat mewawancara pengunjungnya, menurut mereka wirid atau amalan yang diterima dari kiyai itu terbukti mustajab.
PENYELIDIKAN ILMIYAH
Oleh sebab kepopularan ulama yang dianggap Wali Allah ini, beberapa sejarawan, budayawan dan lain-lain telah berusaha menyelidiki biografi ulama yang berasal dari Pulau Lombok itu. Di antara mereka umpamanya seorang Belanda, Snouck Hurgranje, pernah mengembara di Jawa Barat dan di Sukabumi menemukan beberapa naskhah karya yang dibangsakannya kepada karya Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan.
R. Abdullah Apap ibn R. Haji Miftah menyusun sebuah buku berjudul, Sejarah Pamijahan: Kisah Perjuangan Syeik Haji Abdulmuhyi Mengembangkan Agama Islam di Sekitar Jabar. Aliefya M. Santrie menulis artikel Martabat (Alam) Tujuh Suatu Naskah Mistik Islam Dari Desa Karang, Pamijahan. Dan ramai lagi tokoh yang membuat kajian mengenai ulama yang dibicarakan ini.
Khas mengenai artikel Aliefya M. Santrie yang lebih menjurus kepada pengenalan ajaran Martabat Tujuh versi Kiyai Haji Muhyiddin yang ditulis dengan huruf pegon. Setelah penulis teliti dan membanding dengan naskhah yang ada pada penulis yang ditulis dalam bahasa Melayu/Jawi, yang juga tercatat sebagai karya Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan, memang banyak persamaan.
Demikian juga dengan manuskrip koleksi Muzium Islam Pusat Islam Malaysia nombor kelas MI 839, membicarakan Martabat Tujuh yang merupakan nukilan karya Syeikh Abdul Muhyi itu.
Sungguhpun demikian perlu kita ketahui bahawa ajaran Martabat Tujuh sebenarnya bukanlah ciptaan Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan tetapi yang pertama membicarakan ajaran itu ialah dalam kitab bahasa Arab berjudul Tuhfatul Mursalah karya Syeikh Muhammad bin Fadhlullah al-Burhanpuri. Kitab tersebut disyarah oleh Syeikh Abdul Ghani an-Nablusi.
Martabat Tujuh dalam bahasa Melayu selain yang dibicarakan oleh Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan juga banyak, dimulai oleh ulama-ulama tasawuf di Aceh, diikuti oleh Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari dengan Ad-Durrun Nafisnya, Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani juga membicarakannya dalam Siyarus Salikin, Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani dalam Manhalus Shafi dan ramai lagi.
Oleh itu, perkembangan ilmu tersebut di dunia Melayu tumbuh subur, tak ubahnya seperti perkembangan ilmu tauhid metode sifat 20 dan fiqh menurut Mazhab Syafie pada zaman itu.
Sebagai menutup artikel ini, perlu juga penulis sebutkan sungguhpun Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan terkenal di seluruh Jawa Barat tetapi riwayat hidupnya hampir-hampir tak dikenal di dunia Melayu lainnya. Oleh itu, artikel ini adalah satu usaha memperkenalkannya yang disejajarkan dengan ulama-ulama terkenal yang lain, yang hidup sezaman dengannya, iaitu Syeikh Abdul Malik Terengganu Syeikh Burhanuddin Ulakan, Syeikh Yusuf Khalwati, Syeikh Abdur Rahman Pauh Bok al-Fathani dan ramai lagi.

Tafsir Sufi Kisah Musa Dan Khidir

Sesungguhnya, khidir as bukanlah sosok lain yang terpisah sama sekali dari keberadaan manusia rohani.Apa yang di saksikan sebagai tanah menjorok dengan lautan di sebelah kanan dan kiri itu bukanlah suatu tempat yang berada di luar diri manusia.tanah itulah yang di sebut barzakh.dua lautan itu adalah lautan makna (bahr al ma"na),perlambang tidak kasat mata (alam gahaib),dan lautan jisim(bahr al jisim),perlambang alam kasatmata (alam asy syahadat)"". Sedangakan kawanan udang adalah perlambang para pencari kebenaran yang sudah berenang diperbatasan alam kasatmata dan alam tidak kasatmata .

kawanan udang perlambang para penemmpuh jalan rohani (salik) yang benar-benar bertujuan mencari kebenaran . sementara itu kawanan udang yang berenang dilautan sebelah kiri, di antara batu-batu , merupakan perlambang para salik yang penuh di liputi hasrat-hasrat dan pamarih duniawi.""Sesungguhnya peristiwa yang di alami nabi musa as dengan khidir as,sebagaimana termaktub dalam alquran karim. bukanlah hanya peristiwa sejarah seorang manusia bertemu manusia lain .ia adalah peristiwa perjalanan rohani yang berlangsung di dalam nabi musa as sendiri.

sebagaimana yang telah kami jelaskan, yang di sebut lautan dalam alqur"an tak laen adalah tidak bukan adalah lautan makna(bahr al makna) dan lautan jisim (bahr al jisim). kedua lautan tersebut tepisahkan oleh wilyah perbatasan atau sekat (barzakh).""Ikan dan lautan dalam kisah qur’ani itu merupakan perlambang dunia kasatmata (alam asy syahadat)yang berbeda dengan wilayah perbatasan yang berdampingan dengan dunia ghaib(‘alam al ghaib).maksudnya. Jika saat itu nabi musa as melihat ikan dan kehidupan yang melingkupi ikan tersebut dari tempatnya berdiri, yaitu wilayah perbatasan antara dua lautan, maka nabi musa akan melihat sang ikan berenang di dalamnya ,yaitu lautan. jika saat itu nabi musa as mencermati maka ia akan dapat menyaksikan bahwa sang ikan yang berenang itu sesungguhnya dapat melihat segala sesuatu di dalam lautan,kecuali air .

Maknanya sang ikan hidup di dalam air dan sekaligus di dalam tubuh ikan ada air, tetapi ia tidak bisa melihat air dan tidak sadar jika dirinyahidup didalam air itu sebabnya, ikan tidak dapat hidup tanpa air yang meliputi bagian luar dan bagian dalam tubuhnya. Dimanapun ikan berada ,ia akan selalu di liputi air yang tak bisa di lihatnya."Sementaraitu seandainya sang ikan didalam lautan melihat nabi musa as dari tempat hidupnya di dalam air lautan maka sang ikan akan berkata bahwa musa as di dalam dunia yang di liputi udara kosong yang dapat menyaksikan segala sesuatu,kecuali udara kosong yang meliputinya itu.maknanya nabi musa as hidup di dalam liputan udara kosong yang ada di luar maupun di dalam tubuhnya, tetapi ia tidak dapat melihat udara kosong dan tidak sadar jika dirinya hidup di dalam udara kosong. itu sebabnya nabi musa as tidak dapat hidup tanpa udara kosong yang meliputi bagian luar dan dalam tubuhnya. di manapun nabi musa as berada, ia akan selalu diliputi udara kosong yang tak bisa dilihatnya."Sesungguhnya tempat di mana nabi musa as berdiri di hadapan khidir as adalah wilayah perbatasan antara alam kasat mata dan tidak kasatmata. dan sesungguhnya kawanan dari udang adalah perlambangan dari salik yang sudah berada di perbatasan (barzakh) itu. jika ini terjadi sesungguhnya ia telah memasuki alam ghaib.

""Sesungguhnya pemuda (al fata) yang mendampingi nabi musa as dan membawakan bekal makanan adalah perlambang dari terbukanya pintu alam tidak kasatmata .sesungguhnya dibalik keberadaan pemuda (al-fata) itu tersembunyi hakikat sang pembuka (al-fattah). Sebab hijab ghaib yang menyelubungi manusia dari kebenaran sejati tidak akan bisa di buka tanpa kehendak dia pemilik pembuka itu sendiri (al-fattah). Itu sebabnya saat nabi musa as bertemu dengan khiidir as,

pemuda (al-fata) itu tidak di sebut-sebut lagi karena ia sejatinya merupakan perlambang terbukanya hijab itu.Adapun bekal makanan berupa ikan adalah perlambang pahala perbuatan baik yang hanya berguna untuk bekal menuju taman surgawi (al jannah). Namukn bagi pencari kebenaran sejati ,pahala perbuatan baik itu justru mempertebal gumpalan kabut penutup hati(ghain) . Itu sebabnya, sang pemuda mengaku dibuat lupa oleh setan hingga ikan bekalnya masuk kedalam lautan.' Andaikata sat itu nabi musa as memerintahkan si pemuda untuk mencari bekal yang lain. apalagi sampai memburu bekal ikan yang telah masuk kedalam laut, niscaya nabi musa as dan si pemuda tentu akan masuk ke lautan jisim (bahr al ajsam)kembali. Dan jika iiitu terjadi maka setan berhasil memperdaya nabi musa as.Ternyata nabi musa as tidak perduli dengan bekal itu. Ia justru menyatakan bahwa tempat di mana ikan itu meloncat ke lautan adalah tempat yang di carinya sehingga tersingkaplah gumpalan kabut ghain dari kesadaran nabi musa as . Saat itulah purnama rohani zawa’id berkilau dan nabi musa as dapat melihat khidir as ,hamba yang di limpahi rahmat dan kasih sayang (rahmah al khashshah) yang memancar dari dari citra ar-rahman dan ar-rahim dan ilmu illahi(ilm laduni) yang memancar dari sang pengetahuan (al-alim)”


Anugrah illahi di limpahkan kepada khidir as karena dia merupakan hambanya yang telah mereguk air kehidupan (ma’al hayat ) yang memancar dari sang hidup (al hayy). Itu sebabnya , diantara manusia yang sudah bertemu khidir as di tengah wilayah perbatasan antara dua lautan ,sesungguhnya manusia itu telah menyaksikan pengejawantahan sang hidup (al hayy), sang pengetahuan (al alim), sang pengasih (ar rahman), dan sang penyayang (ar rahim). Dan sesungguhmya khidir as itu tidak laen adalah ar roh idhafi, cahaya hijau terang yang tersembun-
yi di dalam diri manusia, ‘’sang penuntun ‘’ anak keturunan adam as kejalan kebenaran sejati . Dialah penunjuk dan mursyid sejati kejalan kebenaran (Al haqq) . Dia sang mursyid adalah pengejawantahan yang maha menunjuki (ar Rasyid)’
Demikianlah,saat sang salik melihat khidir as sesungguhnya ia telah menyaksikan ar roh idhafi , mursyid sejati di dalam diri manusia . Saat ia meyaksikan kawanan udang di lautan sebelah kan-
an, sesungguhnya ia telah menyaksikan lautan makna (bahr al ma’na). Yang merupakan hamparan permukaan lauatan wujud (bahr al wujud).. Namkun jika terputus penglihatan batin (bashirah)itu pada titik ini. Berarti perjalanan manusia menuju kebenaran sejati masih akan berlanjut...

Sesungguhnya perjalanan rohani menuju kebenaran sejati penuh diliputi tanda kebesaran illahi yang hanya bisa diungkapkan dalam bahasa perlambang. Sesungguhnya masing –masing manusia akan mengalami pengalaman rohani yang berbeda sesuai pemahamannya dalam menangkap kebenaran demi kebenaran . Yang jelas, pengalaman yang akan manusia alami tidak selalu mirip dengan pengala-
man yang di alami nabi musa as.’

Setelah berada di wilayah perbatasan, khidir as dan nabi musa as di gambarkan melanjutkan perjalanan memasuki lauatan makna (bahr al ma’na) , yaitu alam tidak kasatamata . Mereka kemudian di gambarkan menumpang perahu . Sesungguhnya perahu yang di gunakan untuk menyebrang itu adalah perlambang dari wahana syari’ah yang lazimnya digunakan oleh kalangan awam untuk mencari ikan, yakni perlambang perbuatan baik (al ‘amal ash shalih). Padahal perjalanan mengarungi lautan makna ( bahr al ma’na) menuju kebenaran sejati adalah perjalanan yang sangat pribadi menuju lautan wujud( bahr al wujud). Itu sebabnya, perahu syari’ah itu harus dilubangi agar air dari lautan makna (bahr al –
ma’na) masuk kedalam perahu dan penumpang perahu mengenal hakikat air yang mengalir dari lubang tersebut.

Setelah penumpang perahu mengenal air yang mengalir dari lubang maka ia akan menjadi sadar bahwa lewaat lubang itulah sesungguhnya ia akan masuk ke dalam lautan makna(bahr al ma’na) yang merupakan permukaan lautan wujud (bahr al wujud). Andaikata perahu itu tidak di lubangi, itu tidak di lubangi, dan perahu trs berlayar maka perahu itu tentu akan di rampas oleh sang maharaja (malik al mulki) sehingga penumpangnya akan menjadi tawanan. Jika sudah demikian maka untuk selamanya sang penumpang perahu tidak akan bisa melanjutkan perjalanannya menuju dia, yang maha ada (al wujud), yang bersemayam di segenap penjuru lautan wujud (bahr al wujud) .penumpang perahu akan mengalami nasib yang sama dengan penumpang perahu yang lain, yakni akan di jadikan hamba sahaya oleh sang maha raja. Bahkan, jika sang maha raja menyukai hamba sahayanya itu. Maka ia akan di angkat sebagai penghuni taman (jannah) indah yang merupakan pengejawantahan yang maha indah (al jamal).

Adapun atas pertanyaan kenapa wahana syari’ah harus di lubangi dan tidak lagi di gunakan dalam perajalanan menembus alam ghaib menuju dia! Dapat di jelaskan sebagai berikut: “ sebab wahana syari’ah adalah kendaraan bagi manusia yang hidup di alam kasatmata untuk pedoman menuju ke taman surgawi (al jannah). Sedangkan alam tidak kasatmata adalah alam yang tidak jelas batas-batasnya. alam yang tidak bisa di nalar dengan akal manusia yang mengikat itu tidak bisa berijtihad untuk menetapkan hukum yang berlaku di alam ghaib. Itu sebabnya khidir as melarang nabi musa as bertanya sesuatu dengan akalnya dalam perjalanan tersebut. Dan , apa yang di saksikan nabi musa as terhadap perbuatan yang dilakukan khidir as benar-benar bertentangan dengan hukum suci(syari’at) dan akal sehat yang berlaku di dunia ini . Yakni melubangi perahu tanpa alasan ,membunuh anak anak kecil tak bersalah dan membangunkan tembok yang runtuh tanpa upah...

Namun jika wahana syari’ah tidak bisa lagi di jadikan petunjuk ,sebenarnya pedomanya sama ,yaitu kitabullah dan sunah rasul. Tetapi pemahamanya bukan dengan akal melainkan dengan dzauq, yaitu cita rasa rohani . Inilah yang di sebut dengan cara thariqoh. Disini sang salik selain harus berjuang keras juga harus pasrah kepada kehendaknya . Sebab telah termaktub dalam dalil araftu rabbi bi rabbi bahwa kita hanya mengenal dia dengan dia maksudnya .jika tuhan tidak berkehendak kita mengenalnya maka kitapun tidak bisa mengenalnya dan kita mengenalnyapun melalui dia . Itu sebabnya di alam tidak kasatamata yang tak jelas batas dan tanda-tandanya itu kita tidak dapat berbuat sesuatu selain pasrah seutuhnya dan mengharap limpahan rahmat dan hidayahnya..

Tentang makna di balik kisah khidir as membunuh seorang anak (ghulam)dapat saya jelaskan sbb: Anak (ghulam) adalah perlambang keakuan yang kerdil yang kekanak-kanakan .kedewasaan rohani seseorang yang teguh imannya bisa terseret cinta kepada keakuan kerdil yang kekanak-kanakan tersebut. Itu sebabnya ,keakuan kerdil yang kekanak-kanakan itu harus di bunuh agar kedewasaan rohani tidak terganggu.
Sesungguhnya di dalam perjalanan rohani menuju kebenaran sejati selalu terjadi keadaan di mana keakuan kerdil yang kekanak-kanakan(ghulam) dari sang salik cenderung mengingkari kehambaan dirinya terhadap cahaya yang terpuji (nur muhammad) sebagai akibat ia belum fana’ke dalam sang rasul(fana fi rasul).ghulam cenderung durhaka dan ingkar terhadap kehambaan kepada sang rasul. Jika keakuan kerdil yang keakuan dan kekanak-kanakan itu di bunuh akan lahir ghulam yang lebih baik dan lebih berbakti yang melihat dengan mata batin (bashirah) bahwa dia sesungguhnya hamba dari sang rasul pengejawentahan dari cahaya yang terpuji (nur muhammad)..

Sesungguhnya keakuan kerdil yang kekanak-kanakan adalah peralambang dari keberadaan hawa nafsu manusia yang cenderung durhaka dan ingkar terhadap sumbernya. Sedangkan ghulam yang baik dan berbakti adalah perlambang dari keberadaan roh manusia yang cenderung setia dan berbakti kepada sumbernnya
Dan sesungguhnya ,perbuatan khidir as membunuh ghulam itu adalah perlambang yang sama saat nabi ibrahim as akan menyembelih nabi ismail as ‘pembunuhan’ itu adalah perlambang dari keimanan mereeka yang beriman (mu’min)...

Adapun dinding yang di tegakkan khidir as . Adalah perlambang dari sekat tertinggi (al barzakh al ‘a’ala) yang di sebut dengan hijab yang maha pemurah (hijab ar rahman). Dinding itu adalah pengejawantahan yang maha luhur (al jalil ). Lantaran itu, dinding itu di namakan dining al jalal (al jidar al jalal), yang di bawahnya tersimpan perbendaharaan (tahta al kanz) yang ingin di ketahui..

Sedangkan dua anak yatim(ghulamaini dan yatimaini) pewaris diding itu adalah perlambang jati diri nabi musa as, yang keberadaanya terbentuk atas jasad ragawi (albasyar) dan rohani (roh). Keadaan jati diri manusia itu baru tersingkap jika seseorang sudah berada dalam keadaan tidak memiliki apa-apa (muflis),terkucil sendiri (mufrad), dan telah berada di dalam waktu tak berwaktu (ibn al waqt). Dua anak yatim itu adalah perlambang gambaran nabi musa as dan bayangan di depan cermin memalukan (almir;ah al haya’i).

Adapun gambaran ayah yang salih dari kedua anak yatim . Yakni ayah yang mewariskan khazanah perbendaharaan
(tahta al kanz), adalah perlambang darai abu shalih sang pembuka hikmah (al hikmah al futuhiyah),yakni pengejawantahan dari sang pembuka (al fattah) . Dengan demikian ,apa yang telah di alami nabi musa as dalam perjalanan bersama khidir as ( Qs .al kahfi:60-82), menurut penafsiran ,adalah perjalanan rohani nabi musa as ke dalam diri sendiri yang penuh dengan perlambang (isyarat)...


Mengenai dua anak yatim dalam kisah qur’ani ini yang di tafsirkan sama dengan nabi musa as, yaitu nabis musa as dengan bayanganya di depan cermin memalukan, bukanlah berarti bahwa jasad ragawi dan rohani nabi musa as lahir dari sumber yang berlainan..

Memang nabi musa as lahir hanya satu. Namun keberadaan jati dirinya sesungguhnya adalah dua, yang pertama yaitu: keberadaan sebagai al basyar anak adam as yang berasal dari anasir tanah yang diciptakan dan keberadaanya sebagai ‘ roh ‘ anak cahaya yang terpuji (nur muhammad) yang berasal dari tiupan (nafakhtu) cahaya di atas cahaya (nurun ‘ala nurin). Maksudnya sebagai al basyar, keberadaan jasad ragawi nabi musa as berasal dari yang mencipta (al khaliq).

Sehingga tidak akan pernah terjadi perseteruan dalam memperebutkan khazanah perbendaharaan warisan ayahnya yang shalih. Sebab saat keduanya berdiri berhadap-hadapan di depan dinding al jalal(al jidar al jalal) dan mendapati dinding itu runtuh maka saat itu yang ada hanya satu anak yatim. Maksudnya, saat itu keberadaan al basyar anak ada as akan terserap ke dalam roh anak nur muhammad. Saat itulah sang anak sadar bahwa ia sejatinya berasal dari cahaya di atas cahaya (nurun ‘ala nurin) yang merupakan pancaran dai khazanah perbendaharaan.

Sesungguhnya hal semacam itu tidak bisa diuraikan dengan kaidah-kaidah nalar manusia karena akan membawa kesesatan. Jadi harus di jalani dan dialami sendiri sebagai sebuah pengalaman perjalanan rohani pribadi bukan dengan ungkapan ........................

Konsep Ashirat

Saya hanya akan memberi sebuah petunjuk untuk meniti jembatan (shirath) ajaib kearahnya atau jalantrabas. Saya katakan ajaib karena jembatan itu bisa menjauhkan sekaligus mendekatkan jarak mereka yang meniti dengan tujuan yang hendak di capai.

Sebagaimana kisah nabi musa as dalam perjalanan mencari khidir as, jembatan itu memiliki empat bagian matra yang masing-masing memiliki pintu
pertama: matra istighfar yang perlambang nabi musa as bersama pemuda (al fata) menjumpai khidir as di perbatasan antara dua lautan. kedua : matra salawat yang berisi perlambang khidir as melubangi perahu. ketiga: matra dalil yang berisi perlambang khidir as membunuh anak. Keempat: matra nafs al haqq yangberisi perlambang khidir as menegakkan dinding yang dibawahnya berisi perbendaharaan tersembunyi.

Bagi kalangan yang tidak tahu, istighfar lazimnya di pahami sebagai upaya permohonan meminta ampun kepada al ghaffar sehingga mereka beroleh ampunan (maghfirah). Tetapi bagi para salik, istighfar adalah upaya memohon pembebasan dari belenggu kekakuan kepada al ghaffar sehingga beroleh maghfirah yang menyingkap tabir ghain yang menyelubungi manusia. Sesungguhnya di dalam asma’ al ghaffar terangkum makna maha pengampun dan juga makna maha menutupi,maha menyembunyikan dan maha menyelubungi...

Sesungguhnya perjalanan manusia ketika sudah mengalami kasyf al hijab ia telah sampai ke bagian jembatan yang di sebut matra salawat. tabir ghain yang menyelubungi keakuannya telah menyingsing. Ia telah menyaksikan khidir as namun,karena terperangkap pada keinginan untuk beroleh karunianya semata (karamah dari kewalian), maka ia hanya berputar-putar di matra istighfar yang penuh diliputi gambaran-gambaran indah karunianya.
Cara melepaskan hal itu, agar ia sampai pada matra salawat adalah dengan melubangi perahu seperti yang dilakukan khidir as hal ini harus dilakukan. Tanpa melubangi perahu, sang salik tidak akan mengetahui hakikat sejati lautan wujud(bahr al wujud ).tanpa melubangi perahu maka kedudukan sang salik tiddak jauh berbeda dengan kedudukan para nelayan , memanfaatkan perahu untuk mencari ikan (pahala) dan berbagai karunianya yang terhampar di permukaan lautan wujud , yang selain bergelombang dahsat juga berisiko di hadang sang rajadiraja (al malik al mulki) yang setiap saat akan merampas perahu-perahu itu yang berlayar...

Di matra salawat ini sang salik harus menyadari kehambaanya kepada yang maha terpuji (ahmad) sebagai sumber segala kejadian . Di matra itu sang salik harus menjadi gulam yang baik dan berbakti kepada sumbernya, yakni pancaran air kehidupan yang mengalir dari lubang perahu yang di buat khidiar as. Ghulam yang durhaka dan mengingkari kehambaannya kepada yang terpuji harus di bunuh. Sang salik yang tenggelam ke dalam matra salawat ini di sebut fana ke dalam Rasulallah(fana’ fi rasul).

Air kehidupan yang memancar dari lubang itu sesungguhnya sama hakekatnya dengan air kehidupan yang tergelar di hamparan lautan wujud.walau demikian, tanpa melalui air kehidupan yang mengalir dari lubang maka salik tidak akan mencapai air kehhidupan yang tergelar dlautan wujud.....


Matra tahlil adalah matra ke-esa-an wujud, lautan wujud sama hakekatnya dengan air kehidupan. Ibarat ungkapan kesaksian tidak ada ilah selain allah( la ilaha illa Allah), demikianlah di matra tahlil ini terungkap kesaksian tidak air lain yang tergelar di hamparan lautan wujud kecuali air kehidupan (ma’ al-hayy) yang mengalir dari sang hidup(al-hayy). Inilah matra yang diibaratkan dalam perlambangkan dinding yang di tegakkan khidir as yang di bawahnya tersembunyi perbendaharaan...

Matra nafs al-haqq adalah matra rahasia yang tidak bisa diuraikan.sebab, matra ini menyangkut perbendaharaan tersembunyi yang terdapat di bawah dinding. Tak ada satupun di antara makhluk yang mengetahui keberadaanya, kecuali memang dikehendakinya. Jika alqur’an saja tidak memberikan penjelasan tentang apa sesungguhnya perbendaharaan, tentunya manusia tidak bisa menghayal-hayal perbendaharaan itu sesukanya. Hanya saja , memang hanya orang yang di beri kemampuan khusus saja oleh tuhan.

Gambaran nabi musa as yang berpisah dengan khidir as di matra itu adalah kearifan dari sang pencerita untuk tidak mengungkapkan apa yang tidak dapat di pahami pembaca /pendengarnya.dari guru besar kami ,bentuk lafadz istighfar ,shalawaat,tasbih,tahlil dan semacamnya sebenarnya lafadz-lafadz yang menuntut manusia untuk menempuh jalan bertemu tuhanya. Sehingga kalimat-kalimat tersebut tidaklah cukup hanya dijadikan ucapan penghias bibir belaka.kalimat-kalimat tersebut hakekatnya adalah urat nadi perjalanan rohani manusia , yang menyelami atasnya dapat membawa ke samudra ma’rifat untuk mengenal dan mendekatinya. Dan kemudian menghampirinya untuk bersatu dalam keabadian. Sehingga matra-matra dari kalimat itu akan tetap terbawa dalam kesadaran kematian. Saat nyawa kehidupan lepas dari tubuh, kesadaranya tetap mengiringinnya dengan senyum menuju haribaan-nya atawa pindah alam saja hehehehehe.....

wassalam wahyoe kalijaga
Para Kekasih Allah

Seseorang dapat menjadi kekasih Allah jika ia dapat menyempurnakan dirinya dengan menempuh jalan rohani sampai kepada ridha Allah. pada tingkat awalnya mungkin seseorang seimbang antara kebaikan dan keburukanya. Semakin lama dirinya semakin dipenuhi oleh kebaikan dan sebaliknya berkurang serta sirnanya keburukan.
Kemudian ego mereka takluk dalam cahaya kalimah laa ilaaha illallah sehingga dalam hatinya muncul al-furqon. Mampu membedakan antara dosa dan pahala,baik dan jahat, bersih, dan kotor mereka hanya menginginkan kebenaran illahi sehingga mereka di sirami oleh nur illahi pula. Mereka tidak lagi memandang dunia yang menjadikan nafsu meeka terikat, dan menjauhi pesona Allah.
Kemudian mereka menyelam ke dunia huwa, dimana si salik telah mampu membersihkan dirinya dari segala sifat buruk dan perilaku yang nista. Dengan itu mereka mendapatkan ketentraman batinya. Hawa nafsu telah tunduk sepenuhnya kedalam kehendak Allah. sehingga sampailah ia kepada majlis Allah. keikhlasan telah menyelimuti jiwanya. Segala yang selain Allah telah sirna dari jiwa dan hatinya. Inilah sufi yang sebenarnya. Hatinya telah bebas dari cengkraman hal-hal yang bersifat jasmani. Dengan hati yang suci dan jiwa yang bersih ia memasuki alam rohani para nabi, syuhada, shiddiqin, dan shalihin.
Ketika ia melaksanakan amalan dari al Qur’an dan Sunnah Nabi, maka amalan itu semakin membawanya dekat dengan Allah. yang terjadi adalah bahwa subtansi dari kitab-kitab suci itu sudah integral dan menjiwai rohaninya. Dia akan menerima ilham dari Allah sehingga menjadi orang yang arif yang ilmunya berasal dari ilmu ladunni. Dengan ilmu itu ia mengetahui antara yang benar dan salah, bisa membedakan mana yang bisikan setan dan yang berasal dari limpahan Allah. ia dipenuhi oleh ketentraman, kedamaian, dan kedekatan dengan Allah. sehingga hatinya pada makhluk Allah menjadi lapang dan sangat tentram. Ia dipenuhi oleh cinta Allah dan mendapatkan kecintaanya.
Apa yang di rasakanya adalah hatinya telah di liputi oleh dzauq dan wajd atawa cinta dan rindu. Ketika berdzikir kepada Allah, ia merasakan keagungan sifat jalal atau keagungan Allah serta merasakan sifat jamal atau keindahan-nya. Semula ia adalah thalib, dalam kondisi ini telah menjadi mathluub, yang mencari menjadi yang dicari, qaashid menjadi maqshuud, yang berhajat menjadi di hajati, murid menjadi murad, yang menuntut menjadi yang di tuntut.
Inilah tarikan dari Allah bagi kekasihnya yang tentu saja lebih baik dari semua amalan manusia dan jin. Huwa- ana, wa ana- huwa, anta- ana , wa ana-anta. Dia adalah Aku. Aku adalah Dia, Kamu adalah Aku, dan Aku adalah Kamu. Sesudah jumbuh ( berkesesuaian antara iradah dan qudrah, keinginan dan ketetapan), maka antara kawula dan gusti menjadi pamor (mensenyawa) sebagai penglihatan batinya. Dan inilah intrik dari filsafat eksistensialisme yang membawa manusia modern mencapai puncak kejayaan pengetahuan. Sayangnya manusia modern hanya mengambil inti filsafat ini secara fisik material sehingga terjadi kekosongan spiritual akan Tuhan.
Dalam hal ini, anda dapat membedakan manusia kekasih Allah dengan manusia yang bukan kekasihnya. Tentu anda pun dapat mengevaluasi diri anda sendiri, berada dalam kondisi kekasihnya atau bukan?
Para kekasih Allah selalu diliputi oleh kebaikan yang memunculkan lima tanda mendasar: à
1. Hati yang lembut sehingga orientasi ibadah fisiknya selalu tertuju bagi keselamatan dan kenyamanan orang lain. Karena dirinya sudah berada dalam kesatuan dengan-Nya sehingga tidak perlu khawatir lagi (la takhaf wa la tahzan, inna-Liaha ma’ana, kata Nabi Muhammad , tidak pernah takut dan khawatir lagi tentang dirinya karena Allah selalu sudah bersama kita.
2. Suka meneteskan air mata penyesalan karena dosa atau setitik noda yang dilakukan, atau terbersit dalam hati. Terutama ketika kemanusiaanya mengalahkan kesejatian ke-Illahianya.
3. Zuhud, yaitu tidak mementingkan kepentingan duniawi dengan segala kekayaan dan kemegahanya yang menjadi hijab terbesar bagi perjalanan spiritualnya.
4. Tidak memiliki angan-angan kosong ini adalah perkiraan bahwa di dunia ini merupakan kehidupan dan sesudahnya alam kematian. Yang sesungguhnya adalah dunia alam kematian spiritual, dan sesudah alam dunia itulah nanti manusia menemukan kehidupan sejati dan abadi.
5. Memiliki kesadaran yang tetap terhadap Allah.

Para kekasih Allah juga diliputi oleh empat sifat yang selalu melekat:à
1. Bisa di beri amanah
2. Suka menepati janji
3. Tidak pernah berdusta
4. Dalam berbicara dan berhubungan sesamanya tidak kasar dan tidak menyakitinya.

Bagi anak cucu adam yang ingin menemukan jalan kebenaran mulai lah dari diri kita sendiri, bukalah semua rahasia yang terselubung. Karna manusia yang bisa membuka dan menemukan jati dirinya maka dialah orang yang beruntung di sisi Tuhanya. Hanya yang di bukakan oleh sang pembuka ( al-fattah) yang akan bisa melihat segala keagungan Tuhan. Seperti kata al-ghazali:
“ wa huwa al-ladzi idza ‘arafahu al-insan faqad ‘arafa nafsahu, wa idza ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu” à Apabila manusia yang mengenal hatinya, maka dia sesungguhnya telah mengenal dirinya. Dan apabila ia telah mengenal dirinya, maka ia telah mengenal akan tuhan.

Wassalam wahyoe kalijaga

Mengenal Tuhan

salam sejati

Ajaran Siti Jenar memahami Tuhan sebagai ruh yang tertinggi, ruh maulana yang utama, yang mulia yang sakti, yang suci tanpa kekurangan. Itulah Hyang Widhi, ruh maulana yang tinggi dan suci menjelma menjadi diri manusia.Hyang Widhi itu di mana-mana, tidak di langit, tidak di bumi, tidak di utara atau selatan.

Manusia tidak akan menemukan biarpun keliling dunia. Ruh maulana ada dalam diri manusia karena ruh manusia sebagai penjelmaan ruh maulana, sebagaimana dirinya yang sama-sama menggunakan hidup ini dengan indera, jasad yang akan kembali pada asalnya, busuk, kotor, hancur, tanah. Jika manusia itu mati ruhnya kembali bersatu ke asalnya, yaitu ruh maulana yang bebas dari segala penderitaan. Lebih lanjut Siti Jenar mengungkapkan sifat-sifat hakikat ruh manusia adalah ruh diri manusia yang tidak berubah, tidak berawal, tidak berakhir, tidak bermula, ruh tidak lupa dan tidak tidur, yang tidak terikat dengan rangsangan indera yang meliputi jasad manusia.

Syeh Siti Jenar mengaku bahwa, “aku adalah Allah, Allah adalah aku”. Lihatlah, Allah ada dalam diriku, aku ada dalam diri Allah. Pengakuan Siti Jenar bukan bermaksud mengaku-aku dirinya sebagai Tuhan Allah Sang Pencipta ajali abadi, melainkan kesadarannya tetap teguh sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Siti Jenar merasa bahwa dirinya bersatu dengan “ruh” Tuhan. Memang ada persamaan antara ruh manusia dengan “ruh” Tuhan atau Zat. Keduanya bersatu di dalam diri manusia. Persatuan antara ruh Tuhan dengan ruh manusia terbatas pada persatuan manusia denganNya. Persatuannya merupakan persatuan Zat sifat, ruh bersatu dengan Zat sifat Tuhan dalam gelombang energi dan frekuensi yang sama. Inilah prinsip kemanunggalan dalam ajaran tentang manunggaling kawula Gusti atau jumbuhing kawula Gusti. Bersatunya dua menjadi satu, atau dwi tunggal. Diumpamakan wiji wonten salebeting wit.

Pandangan Syeh Lemah Abang Tentang ManusiaDalam memandang hakikat manusia Siti Jenar membedakan antara jiwa dan akal. Jiwa merupakan suara hati nurani manusia yang merupakan ungkapan dari zat Tuhan, maka hati nurani harus ditaati dan dituruti perintahnya. Jiwa merupakan kehendak Tuhan, juga merupakan penjelmaan dari Hyang Widdhi (Tuhan) di dalam jiwa, sehingga raga dianggap sebagai wajah Hyang Widdhi. Jiwa yang berasal dari Tuhan itu mempunyai sifat zat Tuhan yakni kekal, sesudah manusia raganya mati maka lepaslah jiwa dari belenggu raganya. Demikian pula akal merupakan kehendak, tetapi angan-angan dan ingatan yang kebenarannya tidak sepenuhnya dapat dipercaya, karena selalu berubah-ubah.

Menurut sabdalangit, perbedaan karakter jiwa dan akal yang bertolak belakang dalam pandangan Siti Jenar, disebabkan oleh adanya garis demarkasi yang menjadi pemisah antara sifat hakikat jiwa dan akal-budi. Jiwa terletak di luar nafsu, sementara akal-budi letaknya berada di dalam nafsu. Mengenai perbedaan jiwa dan akal, dalam wirayat Saloka Jati diungkapkan bahwa akal-budi umpama kodhok kinemulan ing leng atau wit jroning wiji (pohon ada di dalam biji). Sedangkan jiwa umpama kodhok angemuli ing leng atau wiji jroning wit (biji ada di dalam pohon).

Bagi Syeh Siti Jenar, proses timbulnya pengetahuan datang secara bersamaan dengan munculnya kesadaran subyek terhadap obyek. Maka pengetahuan mengenai kebenaran Tuhan akan diperoleh seseorang bersama dengan penyadaran diri orang itu. Jika ingin mengetahui Tuhanmu, ketahuilah (terlebih dahulu) dirimu sendiri. Syeh Lemah bang percaya bahwa kebenaran yang diperoleh dari hal-hal di atas ilmu pengetahuan, mengenai wahyu dan Tuhan bersifat intuitif. Kemampuan intuitif ini ada bersamaan dengan munculnya kesadaran dalam diri seseorang.

Pandangan Syeh Lemah Bang Tentang Kehidupan DuniaPandangan Syeh Jenar tentang dunia adalah bahwa hidup di dunia ini sesungguhnya adalah mati. Dikatakan demikian karena hidup di dunia ini ada surga dan neraka yang tidak bisa ditolak oleh manusia. Manusia yang mendapatkan surga mereka akan mendapatkan kebahagiaan, ketenangan, kesenangan. Sebaliknya rasa bingung, kalut, muak, risih, menderita itu termasuk neraka. Jika manusia hidup mulia, sehat, cukup pangan, sandang, papan maka ia dalam surga. Tetapi kesenangan atau surga di dunia ini bersifat sementara atau sekejap saja, karena betapapun juga manusia dan sarana kehidupannya pasti akan menemui kehancuran.

Syeh Jenar mengumpamakan bahwa manusia hidup ini sesungguhnya mayat yang gentayangan untuk mencari pangan pakaian dan papan serta mengejar kekayaan yang dapat menyenangkan jasmani. Manusia bergembira atas apa yang ia raih, yang memuaskan dan menyenangkan jiwanya, padahal ia tidak sadar bahwa semua kesenangan itu akan binasa. Namun begitu manusia suka sombong dan bangga atas kepemilikan kekayaan, tetapi tidak menyadari bahwa dirinya adalah bangkai. Manusia justru merasa dirinya mulia dan bahagia, karena manusia tidak menyadari bahwa harta bendanya merupakan penggoda manusia yang menyebabkan keterikatannya pada dunia.

Jika manusia tidak menyadari itu semua, hidup ini sesungguhnya derita. Pandangan seperti itu menjadikan sikap dan pandangan Siti Jenar menjadi ekstrim dalam memandang kehidupan dunia. Hidup di dunia ini adalah mati, tempat baik dan buruk, sakit dan sehat, mujur dan celaka, bahagia dan sempurna, surga dan neraka, semua bercampur aduk menjadi satu. Dengan adanya peraturan maka manusia menjadi terbebani sejak lahir hingga mati. Maka Syeh Siti Jenar sangat menekankan pada upaya manusia untuk hidup yang abadi agar tahan mengalami hidup di dunia ini. Siti Jenar kemudian mengajarkan bagaimana mencari kamoksan (mukswa/mosca) yakni mati sempurna beserta raganya lenyap masuk ke dalam ruh (warongko manjing curigo). Hidup ini mati, karena mati itu hidup yang sesungguhnya karena manusia bebas dari segala beban dan derita. Karena hidup sesudah kematian adalah hidup yang sejati, dan abadi.


Syeh Siti Jenar Mengkritik Ulama dan Para SantrinyaAlasan yang mendasari mengapa Syeh Siti Jenar mengkritik habis-habisan para ulama dan santrinya karena dalam kacamata Syeh Siti, mereka hanya berkutat pada amalan syariat (sembah raga). Padahal masih banyak tugas manusia yang lebih utama harus dilakukan untuk mencapai tataran kemuliaan yang sejati. Dogma-dogma, dan ketakutan neraka serta bujuk rayu surga justru membelenggu raga, akal budi, dan jiwa manusia. Maka manusia menjadi terkungkung rutinitas lalu lupa akan tugas-tugas beratnya. Manusia demikian menjadi gagal dalam upaya menemukan Tuhannya.

Kritik Syeh Lemah Bang Atas Konsep Surga-NerakaKonsep surga-neraka dalam ajaran Siti Jenar berbeda sekali dengan apa yang diajarkan oleh para ulama. Menurut Syeh Siti Jenar, surga dan neraka adalah dalam hidup ini. Sementara para ulama mengajarkan surga dan neraka merupakan balasan yang diberikan kepada manusia atas amalnya yang bakal diterima kelak sesudah kematian (akherat). Menurut Syeh Siti, orang mukmin telah keliru karena mengerjakan shalat jungkir balik, mengharap-harap surga, sedang surga sesudah kematian itu tidak ada, shalat itu tidak perlu dan orang tidak perlu mengajak orang lain untuk shalat. Shalat minta apa, minta rizki ? Tuhan toh tidak memberi lantaran shalat.

Santri yang menjual ilmu dengan siapa pun mau menyembah Tuhan di masjid, di dalamnya terdapat Tuhan yang bohong. Para ulama telah menyesatkan manusia dengan menipu mereka jungkir balik lima kali, pagi, siang, sore, malam hanya untuk memohon-mohon imbalan surga kelak. Sehingga orang banyak tergiur oleh omongan palsunya, dan orang menjadi gelisah tak enak ketika terlambat mengerjakan shalat. Orang seperti itu sungguh bodoh dan tak tau diri, jikalau pun seseorang menyadari bahwa shalat itu dilakukan karena merupakan kebutuhan diri manusia sendiri untuk menyembah Tuhannya, manusia ternyata tidak menyadari keserakahannya; dengan minta-minta imbalan/hadiah surga. Orang-orang telah terbius oleh para ulama, sehingga mereka suka berzikir, dan disibukkan oleh kegiatan menghitung-hitung pahalanya tiap hari. Sebaliknya, lupa bahwa sejatinya kebaikan itu harus diimplementasikan kepada sesama (habluminannas).

Lebih lanjut Syekh Siti Jenar menuduh para ulama dan murid mereka sebagai orang dungu dan dangkal ilmu, karena menafsirkan surga sebagai balasan yang nanti diterima di akhirat. Penafsiran demikian adalah penafsiran yang sangat sempit. Hidup para ulama adalah hidup asal hidup, tidak mengerti hakekat, tetapi jika disuruh mati mereka menolak mentah-mentah. Surga dan neraka letaknya pada manusia masing-masing. Orang bergelimang harta, hidupnya merasa selalu terancam oleh para pesaing bisnisnya, tidur tak nyeyak, makan tak enak, jalan pun gelisah, itulah neraka. Sebaliknya, seorang petani di lereng gunung terpencil, hasil bercocok tanam cukup untuk makan sekeluarga, menempati rumah kecil yang tenang, tiap sore dapat duduk bersantai di halaman rumah sambil memandang hamparan sawah hijau menghampar, hatinya sesejuk udaranya, tenang jiwanya, itulah surga. Kehidupan ini telah memberi manusia mana surga mana neraka.

Syeh Siti Jenar memandang alam semesta sebagai makrokosmos dan mikrokosmos (manusia) sekurangnya kedua hal ini merupakan barang baru ciptaan Tuhan yang sama-sama akan mengalami kerusakan, tidak kekal dan tidak abadi. Manusia terdiri atas jiwa dan raga yang intinya ialah jiwa sebagai penjelmaan zat Tuhan. Sedangkan raga adalah bentuk luar dari jiwa yang dilengkapi pancaindera, sebagai organ tubuh seperti daging, otot, darah, dan tulang. Semua aspek keragaan atau ketubuhan adalah barang pinjaman yang suatu saat, setelah manusia terlepas dari kematian di dunia ini, akan kembali berubah asalnya yaitu unsur bumi (tanah).

Syeh Lemah Bang, mengatakan bahwa;“Bukan kehendak angan-angan, bukan ingatan, pikiran atau niat, hawa nafsu pun bukan, bukan pula kekosongan atau kehampaan. Penampilanku sebagai mayat baru, andai menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur debu, nafasku terhembus di segala penjuru dunia, tanah, api, air, kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi baru. Bumi langit dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia, manusialah yang memberi nama”.

KesimpulanPandangan Syeh Lemah Bang; tentang terlepasnya manusia dari belenggu alam kematian yakni hidup di alam dunia ini, berawal dari konsepnya tentang ketuhanan, manusia dan alam. Manusia adalah jelmaan zat Tuhan. Hubungan jiwa dari Tuhan dan raga, berakhir sesudah manusia menemui ajal atau kematian duniawi. Sesudah itu manusia bisa manunggal dengan Tuhan dalam keabadian. Pada saat itu semua bentuk badan wadag (jasad) atau kebutuhan jasmanisah ditinggal karena jasad merupakan barang baru (hawadist) yang dikenai kerusakan dan semacam barang pinjaman yang harus dikembalikan kepada yang punya yaitu Tuhan sendiri.

Terlepas dari ajaran Siti Jenar yang sangat ekstrim memandang dunia sebagai bentuk penderitaan total yang harus segera ditinggalkan rupanya terinspirasi oleh ajaran seorang sufi dari Bagdad, Hussein Ibnu Al Hallaj, yang menolak segala kehidupan dunia. Hal ini berbeda dengan konsep Islam secara umum yang memadang hidup di dunia sebagai khalifah Tuhan.

salam sejati ...Wahyu Kalijaga
Powered By Blogger