Minggu, Juni 19

KETIKA CINTA MENYAPA JIWA



Cinta yang memilihmu...memilihmu dan menambatkannya pada seseorang. Yang dapat kamu lakukan adalah menerimanya, karena cinta adalah salah satu misteri dalam kehidupan. Rasakan bagaimana cinta menyentuhmu....mengisi jiwamu dengan kebaikan..dan tunjukkan juga kebaikan cinta itu sendiri dalam hidupmu. Berikan pula kebaikan pada seseorang yang membuat cinta ada diantara kalian. Binarkan juga spirit cinta pada sekitarmu..pada duniamu yang membutuhkan cinta dengan segala dimensinya...Lepaskan panah cintamu pada dunia yang carut marut, getir, pekat, dan tanpa warna.

Begitu banyak orang yang salah memaknai cinta. Begitu lama mereka hidup tanpa cinta dan ketika cinta menghampiri mereka, mereka memaknai cinta sekedar sebuah kebutuhan belaka. Mereka melihat hati mereka hanya sebagai sebuah tempat yang harus diisi. Dan mereka manganggap cinta adalah sesuatu yang yang harus mengisi hati kosong mereka...bukan mereka yang harus mengisi dan memaknai cinta...JIka demikian maka cinta akan kehilangan makna dan esensinya sebagai spirit jiwa dan warna dunia.

Cinta memiliki waktunya sendiri, masanya, musimnya dan alasannya sendiri untuk datang dan pergi...Kamu tidak bisa memaksakannya untuk tinggal dalam rumah jiwamu, atau membuatnya bertahan dalam dirimu...Kamu hanya perlu memaknai dan mengisinya dengan berjuta kebaikan ketika cinta menyentuh jiwamu. Dan ketika ia pergi..biarkan ia pergi dengan segala kebaikan didalamnya.
Tetapi...jika cinta memilih untuk tinggal dalam jiwamu dan dalam jiwa seseorang yang mencintaimu dan kamu cintai...tidak ada yang perlu kamu lakukan dan tidak ada pula yang harus kamu lakukan..kecuali menjadikan kebaikan didalam cinta itu sendiri.

Cinta telah dan akan selalu menjadi misteri...Berbahagialah jika cinta menyapa jiwamu...bagikanlah cinta dalam dirimu untuk setiap jiwa disekelilingmu..Karena cinta adalah anugrah....

"Cinta itu anugrah..maka berbahagialah...sebab kita sengsara..bila tak punya cinta....rintangan pasti datang menghadang, cobaan pasti datang menerjang..namun yakinlah cinta itu kan membuatmu..mengerti akan arti kehidupan...." (kutipan lagu dul sumbang)

by jejak titie....

Selasa, Juni 7

Sebuah surat untuk dokter dan para mahasiswa kedokteran


Rekan sejawat yang terhormat,

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda.
Mungkin fakultas lain lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah
Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah fir’aun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan paling berharga.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.

Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.

Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian. Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati, ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan, ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian, saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi, ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, “jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu pembayarannya.”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang, ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut di telinganya,”dik, mau diceritain dongeng nggak sama oom dokter?”

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan, ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, “maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan, saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita. Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.

Yah, memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di mana dokter sudah tidak lagi perlu ada…

NB :
Ini bukan provokasi untuk menjadi dokter miskin, bukan juga mengatakan bahwa dokter tidak perlu penghormatan atau hal-hal duniawi lainnya. Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita dalam menjadi seorang dokter. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal jangan itu yang menjadi tujuan kita. Dokter terlalu rendah jika diniatkan hanya untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak yang mencemooh dan merendahkan. Saya yakin, Allah tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba-Nya. Tidak akan pernah.

Aditya Putra Priyahita,
seorang yang sangat merindukan sebuah reuni anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di surga nanti

NB tambahan: Andai semua dokter mempunyai hati seperti ini alangkah damainya rumah sakit, alangkah bahagianya pasien dan alangkah indahnya teman2 paramedisnya...Kenyatannya menjadi dokter akan menjadi kaya, mencapai kedudukan tinggi dalam jabatan, mudah mencari jodoh dan apapun itu namanya....tapi mudah mudahan masih ada memilih untuk mencapai surga dengan menolong sesama, mengorbankan waktu dan harta untuk orng sakit yg tak mampu dan yg terpenting mau berbagi dgn teman dilingkungan kerjanya yg bkn dokter.....

Inilah gambar nabi muhammad SAW sebenarnya…


Gambar memang mewakili ribuan kata dan jutaan makna. Namun sebuah gambar musti bersandarkan model yang valid. Tidak ada niatan apapun melainkan cemooh rendahan dari para pembuat gambar para tokoh Nabi dan Rosul. Tidak ada unsur ilmiyah, apalagi validitas. Inikah yang diajarkan oleh keyakinan mereka tentang mengkritisi Islam atau mengkritisi Nabi ummatnya, tidakkah mereka telah diajarkan bertanya, berdiskusi dan berdebat ilmiyah oleh sekolah mereka?


Gambar memang mewakili ribuan kata dan jutaan makna, namun jika tidak ada unsur yang benar dan beradab buat apa?

Visualisasi dengan kartun, lukisan, animasi dan sebagainya selain membikin kerepotan pembuatnya akan dampak tidak diinginkan dari kemarahan para penganut dan ummatnya, juga akan mempersempit imajinasi dan kekayaan hak berkhayal. Hanya bahasa, tentu saja bersumber dari validitas keilmiyahan yang bisa dipertanggung jawabkanlah sesungguhnya yang mampu memberikan kebebasan bagi kita untuk berimajinasi seperti apa fisik baginda Nabi ‘Alaihissholaatu wa sallaam.

Berikut apa yang dituturkan oleh Ummu Ma’bad Al Khuza’iyah di hadapan suaminya, saat beliau SAW lewat di kemahnya dalam perjalanan hijrah ke Madinah.

“……………Dia sangat bersih, wajahnya berseri-seri, bagus perawakannya, tidak merasa berat karena gemuk, tidak bisa dicela karena kepalanya kecil, elok dan tampan, di matanya ada warna hitam, bulu matanya panjang, tidak mengobral bicara, lehernya panjang, matanya jelita, memakai celak mata, alisnya tipis, memanjang dan bersambung, rambutnya hitam, jika diam dia tampak berwibawa, jika berbicara dia tampak menarik, dia adalah orang paling elok dan menawan dilihat dari kejauhan, bagus dan manis setelah mendekat.

Bicaranya manis, rinci, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak, bicaranya seakan-akan merjan yang tertata rapi dan landai, perawakan sedang-sedang, mata yang memandang tidak lolos karena perawakannya yang pendek dan tidak sebal karena perawakannya yang tinggi.

Seakan-akan satu dahan di antara dua dahan, dia adalah salah seorang dari tiga orang yang paling menarik perhatian, paling bagus tampilannya, mempunyai rekan-rekan yang menghormatinya, jika dia berbicara mereka menyimak perkataannya, jika dia memberikan perintah mereka segera melaksanakannya perintahnya.

Dia orang yang ditaati, disegani, dikerumuni orang-orang, wajahnya tidak memberengut dan tidak pula orang yang diremehkan……………….”

Sumber lain adalah dari Shahabat Ali Radhiyallaahu ‘anhu:

“…………Beliau bukan orang yang terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, orang yang perawakannya sedang-sedang, rambutnya tidak kaku dan tidak pula keriting, rambutnya lebat, tidak gemuk dan tidak kurus, wajahnya sedikit bulat, kedua matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, persendian-persendiannya yang pokok besar, bahunya bidang, bulu dadanya lembut, tidak ada bulu-bulu di badan.

Telapak tangan dan kakinya tebal, jika berjalan seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun, jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, di antara kedua bahunya ada cincin nubuwah, yaitu cincin para nabi, telapak tangannya yang terbagus, dadanya yang paling bidang, yang paling jujur bicaranya, yang paling memenuhi perlindungan, yang paling lembut perangainya, yang paling mulia pergaulannya, siapa pun yang tiba-tiba memandangnya tentu enggan kepadanya, siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya……………”

Kemudian Ali menambahkanberbicara lagi, “………..Aku tidak pernah melihat orang yang seperti beliau, sebelum maupun sesudahnya……………….”

Diambil dari buku Siroh Nabawiyah, Oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury.

Powered By Blogger