Selasa, Februari 22

8 Cara Membuat Otak Anda Berpikir Lebih Cepat

1. Ambillah dosis EPA secukupnya
EPA adalah bahan kimia dalam minyak ikan yang merupakan makanan bagi otak, setiap orang pasti sudah mengetahuinya, jadi mengapa tidak memberikannya kapsul minyak ikan setiap hari untuk meningkatkan kekuatannya. Riset menunjukan bahwa minyak ikan dapat memfasilitasi peningkatan aktivitas pada otak, memperlancar peredaran darah, meningkatkan memori dan konsentrasi.


2. Kerjakan sebuah teka teki
Teka-teki silang, Sudoku atau yang lainnya dapat membuat otak Anda tetap pada kondisi terbaik. Sama seperti otot, jika Anda tidak berlatih secara reguler, ia akan kehilangan kemampuannya untuk bekerja secara maksimal.



3. Pergi berjalan kaki
Tidak ada yang dapat mengalahkan udara segar yang dapat menyegarkan pikiran yang dapat mengurangi percakapan mental yang mengganggu logika dan pikiran konstruktif. Sebuah perjalanan di pinggiran kota, dekat sungai atau sekedar di taman akan membantu Anda menyingkirkan awan kelabu dan membantu pikiran Anda tetap jernih.

4. Mempelajari bahasa baru
Mempelajari bahasa baru dapat sindrom dementia (kemunduran otak) sampai dengan empat tahun menurut artikel yang dimuat pada New Scientist. Alasan pasti untuk hal ini belum diketahui, namun dipercaya bahwa ia memiliki hubungan erat dengan peningkatan perdaran darah dan koneksi saraf yang baik.

5. Tertawa
Tawa bukan saja merupakan obat terbaik, ia juga dapat meningkatkan fungsi otak dan menstimulasi kedua sisi otak pada saat yang bersamaan. Pastikan Anda tertawa setiap harinya.

6. Menjadi kreatifif
Melukislah atau pelajari alat musik yang baru, bergabunglah dengan kelas kesenian walaupun Anda yakin Anda payah dalam hal tersebut. Menjadi kreatif memungkinkan Anda untuk menemukan solusi baru untuk permasalahan yang sudah lama dan meningkatkan kesadaran pada saat yang bersamaan.

7. Belajar melempar barang
Riset dari Universitas Regensburg di Jerman memindai otak dari seorang juggler (pemain sulap yang melemparkan barang) dan menemukan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan struktur otak. Setelah berlatih selama tiga bulan, otak akan menunjukan peningkatan signifikan pada dua bagian, yaitu bagian mid-portal dan posterior intraprietal sulcus kiri.

8. Berhubungan dengan sifat keanak-anakan Anda
Einstein pernah berkata bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan dan ia menggunakannya pada beberapa eksperimen yang akhirnya membuatnya menemukan perhitungan paling terkenal sepanjang masa (E=MC2).

Cobalah lihat anak-anak, mereka penuh dengan imajinasi, dan mereka belajar lebih banyak pada tahun-tahun awal kehidupan mereka lebih daripada apa yang kita pelajari selama satu dekade. Bebaskan pikiran Anda dari penjara pikiran “seorang dewasa”, Anda akan menemukan cara berpikir yang belum pernah ada sebelumnya, Anda mungkin akan membuat penemuan besar yang berikutnya.

5 Perbedaan Antara Cinta & Nafsu

1. Cinta itu membahagiakan, Nafsu itu membahayakan
Cinta yang sebenarnya selalu menunjukkan jalan atau arah menuju kebahagiaan bagi orang-orang yang menjalaninya. Seorang pecinta yang sudah menemukan dan memahami makna cinta sejati dalam dirinya akanberada pada kondisi yang membahagiakan. Sebaliknya, orang-orang yang terkecoh dengan nafsu dan menganggap nafsu adalah cinta akan berada dalam kondisi yang membahayakan. Kita tidak bisa memungkiri, di mana ada kebaikan, di situlah setan menggoda manusia agar terjerumus ke dalam keburukan.


Cinta dan nafsu seperti dua sisi dari mata uang yang sama. Cinta adalah sisi positif, nafsu adalah sisi negatif dan uang itu adalah hubungan. Seseorang yang mencintai pasangannya dengan sebenar-benarnya cinta akan mengarahkan hubungannya menuju kebahagiaan sejati dengan caramenjaga dan menyayangi pasangannya. Tanpa bermaksud untuk merusak dan menyakiti. Lain halnya dengan orang-orang yang menjalin hubungan dengan landasan nafsu, mereka akan membawa hubungannya kearah kebahagiaan yang semu dan hanya berorientasi pada fisik, dalam hal ini sex. Yang justru akan menjerumuskan mereka ke dalam situasi yang membahayakan.

2. Cinta bikin kita ketawa, Nafsu bikin kita kecewa
Kalau diibaratkan hubungan seperti sawah, maka cinta adalah padi dan nafsu adalah rumput liar. Nah, ketika ketika seseorang menanam padi (cinta) di sawah (hubungan) maka secara otomatis akan tumbuh juga rumput liiar (nafsu). Kalau orang itu sudah mengetahui dan memahami apa itu padi (apa itu cinta), maka dia akan segera memangkas rumput liar itu (nafsu) yang tumbuh di sawahnya (hubungan). Ketika tiba masa panen, orang ini akan menuai hasil sawahnya (hubungan) yang ditanami padi (cinta) itu tadi berupa buah padi (kebahagiaan). Lain dengan orang-orang yang terkecoh yang menyangka rumput liar (nafsu) sebagai padi (cinta). Mereka akan memelihara rumput liar (nafsu) dan tanaman padinya (cinta) akan mati. Pada saat panen, tentu yang mereka dapat hanyalah sekarung rumput liar (nafsu) yang tidak enak dimakan (kekecewaan).

3. Cinta selalu ingin memberi, Nafsu hanya ingin diberi
Saya rasa maksud dari poin ketiga ini sudah jelas. Cinta adalah memberi. Ketika seseorang menjalin hubungan atas dasar cinta maka hal pertama yang dilakukannya adalah memberikan yang terbaik kepada pasangannya, bukan ingin diberi. Logikanya, kalau kita dan pasangan sama-sama ingin memberi (kita ingin memberi kepada pasangan dan pasangan ingin memberi kepada kita) secara otomatis keduanya akan menerima. Tapi kalau kita dan pasangannya inginnya diberi (pasangan ingin diberi dan kita juga ingin diberi) lalu siapa yang akan memberi..? Pada akhirnya yang terjadi justru tidak ada yang akan diberi karena tidak ada yang ingin memberi.

4. Cinta ingin menyayangi, Nafsu ingin menggerayangi
Bagaimana cara kamu memperlakukan pasanganmu?
Dan bagaimana cara pasanganmu memperlakukan kamu?
Ini adalah cara termudah untuk membedakan mana cinta, mana nafsu..?
Landasan seseorang dalam menjalin hubungan akan sangat menentukan pada bagaimana cara orang tersebut memperlakukan pasangannya. Orang yang menjalin hubungan dengan landasan cinta akan senantiasa memperlakukan pasangannya dengan cara-cara yang baik. Menjaga, menyayangi, memperhatikan dan selalu memberikan yang terbaik. Sebaliknya orang orang yang menjalin hubungan karena nafsu cenderung memperlakukan pasangan ke arah fisik. Setiap kali bertemu, inginnya menciumi dan diciumi, setiap kali berdua inginnya dipeluk dan memeluk, digerayangi dan menggerayangi, dan yang lebih parah lagi kalau sampai kearah hubungan sex.

5. Cinta yang terbaik, Nafsu yang terbalik
Cinta selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik, berusaha memberikan yang terbaik untuk pasangan dan selalu memperlakukan pasangan dengan cara-cara yang baik. Bagaimana dengan nafsu..? Sebaliknya, nafsu selalu ingin diberi dan cenderung memperlakukan pasangan ke arah yang menyesatkan.

Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Sekelompok Jin menyatakan keislamannya yang diterangkan dalam Alquran surah Jin ayat 1-2. "Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin mendengarkan Alquran. Lalu, mereka berkata:

"Sesungguhnya, kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Karena itu, kami memercayainya dan kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT dengan siapa pun juga."

Peristiwa ini terjadi saat Rasul SAW bersama para sahabat sedang melaksanakan shalat Subuh. Ketika itu, Rasul SAW membaca surah Ar-Rahman [55] ayat 1-78. Dalam surah Ar-Rahman ini terdapat beberapa ayat yang berbunyi, "Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Ketika ayat ini dibacakan, para jin yang hadir saat itu langsung menjawabnya dengan kalimat, "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami tidak mendustakan nikmat-Mu sedikit pun. Segala puji hanya bagi-Mu yang telah memberikan nikmat lahir dan batin kepada kami."


Ibnu Mas'ud menyatakan bahwa ia ikut menyaksikan malam turunnya ayat Jin ini. Rasulullah SAW bersabda, "Aku didatangi juru dakwah dari kalangan jin. Lalu, kami pergi bersamanya, dan aku bacakan Alquran kepada mereka."

Peristiwa ini terjadi di sebuah masjid yang terletak di kampung Ma'la, tak jauh dari pekuburan kaum Muslim di Kota Makkah. Dan kini, masjid itu dinamakan dengan Masjid al-Jin atau Masjid al-Bai'ah. Sebab, di tempat inilah para jin berbaiat atau menyatakan keislaman mereka kepada Rasulullah SAW untuk beriman kepada Allah SWT dan Kitab-Nya.

Masjid ini menjadi monumen terpenting antara Rasulullah SAW dan para jin. Konon pada saat itu, para Jin berencana menuju Tihamah. Namun, mereka mendengar bacaan Alquran. Mereka sangat takjub mendengarnya, dan kemudian berdialog dengan Rasulullah SAW, lalu menyatakan keimanannya. Mereka kemudian menyampaikan hal itu kepada kaum jin. Penyampaian para jin yang berbaiat dengan Rasul SAW itu diabadikan dalam Alquran surah Al-Ahqaf [46]: 29-32.

Dalam Asbab an-Nuzul karya Jalaluddin as-Suyuthi disebutkan sebab-sebab diturunkannya surah Al-Ahqaf ayat 29-32. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Mas'ud. Ketika Rasulullah SAW sedang membaca ayat-ayat Alquran, ada beberapa jin (sejumlah riwayat menyebutkan jumlahnya ada sembilan jin dan sebagian lain menyebutkan tujuh jin) yang turut mendengarkan bacaan Alquran dari Rasulullah SAW. Kemudian, salah satu dari jin itu mengingatkan teman-temannya, "Diamlah, perhatikan bacaannya." Sesudah itu mereka kembali kepada kaumnya untuk mengingatkan mereka pada jalan yang benar.

Dalam kitab Ad-Durur al-Manshur disebutkan bahwa jumlah jin yang datang kepada Rasulullah SAW itu sebanyak tujuh jin. Sementara itu, menurut Ibnu Mas'ud sebagaimana dikutip Syekh Abdul Mun'im Ibrahim, dalam kitabnya Ma Qabla Khalqi Adam dan telah diterjemahkan dengan judul Adakah Makhluk Sebelum Adam? Menyingkap Misteri Awal Kehidupan, jumlah mereka sebanyak sembilan dan salah satu dari jin itu bernama Zauba'ah.

Responsif Dalam kitab Fath al-Bari bi syarh Shahih al-Bukhari bab Dzikru al-Jin disebutkan, pemimpin para jin itu bernama Wirdan. Para jin itu berasal dari Nasibain, yaitu sebuah daerah yang terletak di perbatasan antara Negara Irak dan Suriah, yaitu di dekat Mosul.

Menurut Abdullah ibnu Umar, ayat Alquran yang dibacakan Rasulullah SAW ketika itu adalah surah Ar-Rahman. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada bagiku selain golongan jin yang lebih baik dalam merespons surah Ar-Rahman daripada kalian."

Para sahabat bertanya, "Bagaimana bisa, ya Rasul?" Rasulullah menjawab, "Ketika aku membaca ayat `Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan,' para jin berkata, "Wahai Tuhan kami, tidak ada sedikit pun dari nikmat-Mu yang kami dustakan."

Dalam hadis ini, Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabatnya mengenai bagaimana mereka (golongan jin) menafakuri dan menadaburi (menelaah dan mencerna) ayat-ayat Allah SWT. Ketika ayat Alquran menanyakan sesuatu, para Jin itu dengan cepat merespons pertanyaan Allah.

Sementara itu, para sahabat masih terdiam dan terpaku mendengarkan ayat-ayat tersebut. Para jin lebih respek terhadap ayat yang banyak menggunakan kalimat istifham (pertanyaan) daripada manusia. Namun, diamnya para sahabat dalam merespons ayat Alquran ini masih lebih baik dibandingkan dengan orang-orang kafir Quraisy yang enggan mengimani dan meyakini kebenaran Alquran dan ajaran Islam.

Teguran Menurut Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Al-Qur'an, surah Jin dan Al-Ahqaf itu memberikan teguran kepada orangorang kafir Quraisy dan Arab di Makkah yang terlambat merespons keimanan. Sementara itu, jin yang bukan berasal dari golongan manusia lebih cepat dalam menerima dan merespons dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW.

Hanya Islam, Agama yang Dinamai Langsung oleh Tuhan

Secara etnis, Michael David Saphiro adalah keturunan Yahudi Rusia. Perjalanannya mencari Tuhan sudah dimulai sejak ia berusia 19 tahun. Ia mengaku pada masa itu ia membatasi dirinya dengan logika Sains. "Ya, saya dicuci otak dengan itu," ungkapnya.

Keyakinan Saphiro terhadap Tuhan tidak pasti. Tujuan hidupnya saat itu ialah menjadi bintang rock terkenal. "Saya tinggal di sebuah apartemen di Pasadena dan bekerja sebagai sekretaris. Memang menggelikan saya tahu," tuturnya.

Suatu malam ia pergi ke dapur dan berpapasan dengan temannya berkulit hitam. "Saya masih ingat bertanya padanya, 'Bisakah saya simpan vodka ini dalam kulkas malam ini?'. Kami berjabat tangan kemudian pergi tidur. Tapi justru setelah itu hidup saya berubah drastis," kata Saphiro.



Si teman kulit hitam tadi, seorang Muslim, adalah Muslim pertama yang pernah dikenal Saphiro. Didorong rasa ingin tahu luar biasa, Saphiro mengajak si teman mengobrol tentang keyakinannya. "Saya penasaran, apa itu, saya dengar tentang beribadah 5 kali sehari, juga tentang perang suci. Siapakah itu lelaki yang bernama Muhammad?" tuturnya.

Saat mengobrol ia ditemani oleh teman sekamarnya, penganut Kristiani, Wade. "Bertiga kami melakukan sesi dialog antara Yahudi, Kristen dan Muslim. Dalam obrolan itu kami menemukan banyak perbedaan sekaligus banyak persamaan," kata Saphiro.

Ketertarikan Shaphiro bergeser, yang semua berkutat seputar seks, obat-obatan dan pesta, ke pencarian serius terhadap kebenaran. Sebuah pencarianya yang menurut dia harus diselesaikan menyeluruh. "Ini pencarian terhadap Tuhan dan pencarian bagaimana untuk mengikuti-Nya," ungkap Saphiro.

Dalam perncarian itu Shapiro bertanya pada dirinya, "Oke mulai dari yang sederhana, beberapa Tuhan yang kamu pikir ada di luar sana?". Saat itu ia meyakini hanya satu.

"Tuhan yang lebih dari satu, terbagi-bagi tentu lebih lemah dari pada hanya satu Tuhan. Saya berpikir, bagaimana bila satu Tuhan tidak sepakat dengan Tuhan lain, pasti ada argumen dan pertikaian. Maka, satu tuhan adalah pilihan sadar saya," imbuhnya.

Begitu ia membuka pikiran terhadap kemungkinan keberadaan Tuhan ia mulai menganalisa berbagai macam keyakinan, mulai atheis hingga theisme. "Sesuatu yang mengarahkan saya kepada pilihan kedua adalah sebuah kutipan, 'Setiap desain memiliki desainer. Dengan kalimat itu dalam benak, akhirnya saya selalu bangun dan sadar bahwa Tuhan ada. Saya tidak dapat menjelaskan mengapa. Saya hanya merasa seperti itu."

Penemuan baru itu menimbulkan kegairah dalam diri Saphiro. Saat itu pula ia mengaku muncul rasa tanggung jawab untuk mengikuti kehendak Sang Pencipta. "Langkah berikut saya adalah memasuki dunia agama," ungkapnya.

Kembali Saphiro menanyai dirinya sendiri. "Di mana saya harus memulai. Kenyataannya ada ribuan di luar saya. Saya mesti mengeliminasi dan menyempitkan kepada sedikit pilihan," tuturnya. Awalnya ia pun bertanya bagaimana melakukan hal itu.

"Saat itu ada pemahaman yang masuk dalam benak saya, 'temukan agama yang bersifat monotheis'. Saya pikir, bukankah itu masuk akal karena saya percaya hanya ada satu Tuhan."

Ia pun melewati Budhaisme dan Hinduisme karena ia menganggap keyakinan tersebut politeisme. Sementara agama utama yang saat itu ia pandang memiliki pandangan Monotheis adalah Yahudi, Kristen dan Islam. "Karena saya keturunan Yahudi, saya pun memulai dengan Yudaisme. Satu Tuhan, nabi yang sama, 10 perintah, Taurat dan jiwa Yahudi.

Saat melakukan pendalaman ada gagasan dalam Yudaisme yang mengganggunya. Gagasan itu berbunyi 'Jika seseorang terlahir sebagai Yahudi, maka ia memiliki jiwa Yahudi dan mereka harus mengikuti Yudaisme. "Tunggu dulu, di bagian itu saya merasa itu ide diskriminasi. Bukan sesuatu yang universal,"

"Jadi apakah benar Tuhan membuat jiwa Yahudi, jiwa Kristen, jiwa Hindu atau jiwa Hindu? Saya pikir semua orang diciptakan sederajat. Jadi apakah karena seseorang terlahir dalam agama itu berarti derajat Tuhan tetap di sana meski si penganut melakukan kesalahan. Saya tidak sepakat dengan itu," tutur Saphiro.

Satu lagi yang mengganggu Saphiro adalah tidak ada konsep ketat mengenai neraka dalam Yudaisme. "Mengapa harus baik? mengapa itu bukan dosa? Saya tidak punya rasa takut terhadap hukuman, lalu mengapa saya harus menjaga moral?"

Usai mendalami Yudaisme, ia menuju pemahaman Kristen. Lagi-lagi ia terganggu dengan konsep trinitas, satu tuhan, satu bapa, satu anak dan ruh kudus. "Aduh tolong jelaskan bagaimana semua ini bisa menjadi satu Tuhan. Jadi bagaimana anda dapat meyakini hanya satu Tuhan bila yang ada pembagian seperti ini,"

Penjelasan demi penjelasan, pertanyaan demi pertanyaan, perbandingan demi perbandingan, analogi dan sebagainya tak mampu membuat Saphiro memahami konsep trinitas.

Hingga ia pun memasuki perjalanan berikut, mengkaji Islam. Islam berarti penyerahan diri. Keyakinan utama yang dipahami Saphiro dalam Islam adalah satu Tuhan, beribadah kepda Tuhan lima kali sehari, mewajibkan memberi 2,5 persen dari harta setiap tahun sebagai zakat, berpuasa saat Ramadhan--demi membuat seseorang lebih dekat kepada Tuhan dan menghargai sesama manusia dan kelima melakukan perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan haji bagi yang mampu.

Sejauh itu Saphiro tidak menemukan sesuatu yang sulit untuk dipahami. "Tidak ada sesuatu yang bertentangan dengan logika saya di sini," ungkapnya.

Al Quran, sejauh yang ia tahu saat itu adalah kitab dengan kebijakan tanpa batasan waktu dan kisah-kisah penuh keajaiban yang menarik. "Banyak fakta ilmiah yang baru terungkap saat ini telah dinyatakan 1400 tahun sebelumnya dalam buku ini," ujarnya.

"Saat itu Islam telah melewati pertanyaan awal saya tentang agama satu tuhan. Namun saya ingin tahu lebih lanjut apakah agama ini universal? Apakah ia sejalan dengan sains? Saya menemukan banyak ayat di Al Qur'an yang berada di satu koridor dengan ilmu pengetahuan dan teknologi," tutur Saphiro.

Semakin banyak Saphiro menemukan fakta-fata yang ia nilai logis saat mengkaji agama tersebut, ada satu hal yang mulai sangat menarik perhatiannya yakni nama "Islam" itu sendiri. "Ini nama dari agama ini, saya menemukan ia ditulis berulang kali dalam Al Qur'an".

Ia pun mengingat riset yang ia lakukan sebelumnya. "Saya tidak mengingat satu pun kata 'Yudaisme' dalam perjanjian lama atau 'Kristiani' dalam Perjanjian Baru. Ini adalah hal besar," ujarnya.

Ia menyadari mengapa tak bisa menemukan nama sebenarnya agama tersebut di dalam kedua kitab tadi, karena memang tidak ada nama dalam kitab-kitab tersebut. Ia pun memahami Yudaisme merupkan bentukan kata Yuda-isme dan Kristiani tentu berasal dari "Kristus dan pengikutnya"

"Jadi inikah Yuda? atau Judah?" tanya Saphiro pada diriny. Nama itu sejauh yang diketahui Saphiro adalah pemimpin suku Hebrews ketika Tuhan menurunkan firmannya kepada manusia. "Jadi apa mungkin agama dinamai nama orang?" ujarnya.

Begitu pula ketika ia berpikir tentang Kristiani, yang berasal dari nama Yesus Kristus. "Apa mungkin kita dapat mendeduksi nama agama dari orang-orang dengan melekatkan isme dan -anity," ungkap Saphiro. Terlebih lagi nama-nama tersebut tidak diungkap dalam kitab mereka, inilah yang membuat ia berpikir itu sangat aneh.

"Coba jika saya berjualan dan saya berkata "Apakah kamu mau membeli ini_______? Tentu orang akan bertanya, Apa ini_____namanya? Tentu saya tidak akan bisa menjual sebuah barang tanpa sebuah nama,"

Saat itu Saphiro meyakini nama adalah hal mendasar di mana manusia bisa mengidentifikasi objek, baik fisik maupun non fisik. "Jika agama harus dipraktekan dan disebarkan kepada setiap manusia di muka bumi, bukankah seharusnya ia memiliki nama?

Ia juga menekankan, nama itu seharusnya diberikan langsung oleh Tuhan, bukan bentukan manusia. "Ya itulah maksud saya. Nama Kristiani dan Yudaisme tidak tertulis dalam kitab suci mereka. Manusia yang menamainya, bukan Tuhan," kata Saphiro menyimpulkan.

"Gagasan bahwa Tuhan menghendaki sebuah agama diikuti oleh manusia tanpa memberi nama, sangat mustahil bagi otak saya untuk menerima," ujarnya. "Di titik itu, baik Kristen dan Yahudi kehilangan kredibilitas murni dalam logika dan agama sepenuhnya, setidaknya itu dalam prespektif saya," papar Saphiro.

Ia menemukan Islam adalah satu-satunya agama yang mengusung nama asli agama dalam kitab sucinya. "Itu bermakna besar bagi saya," ungkap Saphiro. "Saya menyadari saya akan mengikuti Islam, lalu saya pun menjadi Muslim. Saya menemukan kebenaran dan saya merasa keluar dari kegelapan menuju cahaya."

Saat Terindah dalam Hidup Manusia

Pernakah Anda mengalami saat-saat terindah dalam hidup Anda? Apakah yang Anda rasakan pada saat itu? Bukankah Anda merasakan hati Anda sangat bahagia sehingga Anda ingin seandainya saat-saat itu terulang kembali?

Setiap insan tentu pernah merasakan saat-saat terindah dalam hidupnya, akan tetapi masing-masing orang akan menjadikan saat terindah dalam hidupnya sesuai dengan apa yang mendominasi hati dan jiwanya.

Orang yang sedang semangat melakukan usaha perdagangan dan bisnis menganggap saat terindah adalah ketika dia berhasil meraup keuntungan besar dan berlipat ganda dalam bisnisnya. Orang yang berambisi besar untuk mendapatkan kedudukan dan jabatan duniawi merasa saat yang terindah adalah ketika dia berhasil menduduki jabatan tinggi dan penting dalam kariernya.

Demikian pula, orang yang sedang dimabuk cinta merasa bahwa saat terindah adalah ketika cintanya diterima oleh sang kekasih dan ketika berjumpa dengannya.

Demikianlah sekilas gambaran keadaan manusia dalam menilai saat-saat terindah dalam hidup mereka Sekarang marilah kita perhatikan dan renungkan dengan seksama, manakah di antara semua itu yang benar-benar merupakan kebahagiaan dan keindahan yang sejati, sehingga orang yang mendapatkannya berarti sungguh dia telah merasakan saat terindah dalam hidupnya?

Renungan tentang keindahan dan kebahagiaan hidup yang sejati

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Sesungguhnya bentuk-bentuk kebahagiaan (keindahan) yang diprioritaskan oleh jiwa manusia ada tiga (macam):

1- Kebahagiaan (keindahan) di luar zat (diri) manusia, bahkan keindahan ini merupakan pinjaman dari selain dirinya, yang akan hilang dengan dikembalikannya pinjaman tersebut. Inilah kebahagiaan (keindahan) dengan harta dan kedudukan (jabatan duniawi).

Keindahan seperti ini adalah seperti keindahan seseorang dengan pakaian (indah) dan perhiasannya, tapi ketika pandanganmu melewati penutup dirinya tersebut maka ternyata tidak ada satu keindahanpun yang tersisa pada dirinya!

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa ada seorang ulama yang menumpang sebuah kapal laut bersama para saudagar kaya, kemudian kapal tersebut pecah (dan tenggelam bersama seluruh barang-barang muatan). Maka para saudagar tersebut serta merta menjadi orang-orang yang hina dan rendah (karena harta mereka tenggelam di laut) padahal sebelumnya mereka merasa mulia (bangga) dengan kekayaan mereka. Sedangkan ulama tersebut sesampainya di negeri tujuan beliau dimuliakan dengan berbagai macam hadiah dan penghormatan (karena ilmu yang dimilikinya). Ketika para saudagar yang telah menjadi miskin itu ingin kembali ke negeri mereka, mereka bertanya kepada ulama tersebut: Apakah anda ingin menitip pesan atau surat untuk kaum kerabat anda? Maka ulama itu menjawab: “Iya, sampaikanlah kepada mereka: Jika kalian ingin mengambil harta (kemuliaan) maka ambillah harta yang tidak akan tenggelam (hilang) meskipun kapal tenggelam, oleh karena itu jadikanlah ilmu sebagai (barang) perniagaan (kalian)”.

2- (Bentuk) kebahagiaan (keindahan) yang kedua: kebahagiaan (keindahan) pada tubuh dan fisik manusia, seperti kesehatan tubuh, keseimbangan fisik dan anggota badan, keindahan rupa, kebersihan kulit dan kekuatan fisik. Keindahan ini meskipun lebih dekat (pada diri manusia) jika dibandingkan dengan keindahan yang pertama, namun pada hakikatnya keindahan tersebut di luar diri dan zat manusia, karena manusia itu dianggap sebagai manusia dengan ruh dan hatinya, bukan (cuma sekedar) dengan tubuh dan raganya, sebagaimana ucapan seorang penyair:

Wahai orang yang (hanya) memperhatikan fisik, betapa besar kepayahanmu dengan mengurus tubuhmu

Padahal kamu (disebut) manusia dengan ruhmu bukan dengan tubuhmu

[1]Inilah keindahan semu dan palsu milik orang-orang munafik yang tidak dibarengi dengan keindahan jiwa dan hati, sehingga Allah Ta’ala mencela mereka dalam firman-Nya:

{وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ}

“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh (penampilan fisik) mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar” (QS al-Munafiqun: 4).

Artinya: mereka memiliki penampilan rupa dan fisik yang indah, tapi hati dan jiwa mereka penuh dengan keburukan, ketakutan dan kelemahan, tidak seperti penampilan lahir mereka[2].

3- (Bentuk) kebahagiaan (keindahan) yang ketiga: inilah kebahagiaan (keindahan) yang sejati, keindahan rohani dalam hati dan jiwa manusia, yaitu keindahan dengan ilmu yang bermanfaat dan buahnya (amalan shaleh untuk mendekatkan kepada Allah Ta’ala).

Sesungguhnya kebahagiaan inilah yang menetap dan kekal (pada diri manusia) dalam semua keadaan, dan menyertainya dalam semua perjalanan (hidupnya), bahkan pada semua alam yang akan dilaluinya, yaitu: alam dunia, alam barzakh (kubur) dan alam tempat menetap (akhirat). Dengan inilah seorang hamba akan meniti tangga kemuliaan dan derajat kesempurnaan”[3].

Berbahagialah dengan saat terindah dalam hidupmu!

Berdasarkan renungan tentang keindahan dan kebahagiaan hidup di atas, maka jelaslah bahwa keindahan dan kebahagiaan yang sejati dalam hidup manusia adalah dengan mengamalkan amalan shaleh yang dicintai oleh Allah Ta’ala dan mengutamakannya di atas segala sesuatu yang ada di dunia ini.

Inilah keindahan dan kebahagiaan sejati yang direkomendasikan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,

{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}

“Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka (orang-orang yang berilmu) bergembira (berbangga), kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa (kesenangan duniawi) yang dikumpulkan (oleh manusia)” (QS Yunus:58).

Dalam ayat ini Allah Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar mereka merasa bangga (gembira dan bahagia) dengan anugerah yang Allah Ta’ala berikan kepada mereka, dan Dia menyatakan bahwa anugerah dari-Nya itu lebih indah dan mulia dari semua kesenangan dunia yang berlomba-lomba dikejar oleh kebanyakan manusia ”Karunia Allah” dalam ayat ini ditafsirkan oleh para ulama ahli tafsir dengan “keimanan”, sedangkan “Rahmat Allah” ditafsirkan dengan “Al Qur-an”, yang keduanya (keimanan dan Al Qur-an) adalah ilmu yang bermanfaat dan amalan shaleh, sekaligus keduanya merupakan petunjuk dan agama yang benar (yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)[4].

Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata, “Kenikmatan (yang berupa) agama (iman) yang bergandengan dengan kebahagiaan dunia dan akhirat (jelas) tidak bisa dibandingkan dengan semua kenikmatan duniawi yang hanya sementara dan akan hilang”[5].

Inilah kebahagiaan hakiki bagi hati dan jiwa manusia, yang digambarkan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam ucapan beliau, “Semua perintah Allah (dalam agama Islam), hak-Nya (ibadah) yang Dia wajibkan kepada hamba-hamba-Nya, serta semua hukum yang disyariatkan-Nya (pada hakekatnya) merupakan qurratul ‘uyuun (penyejuk pandangan mata), serta kesenangan dan kenikmatan bagi hati (manusia), yang dengan (semua) itulah hati akan terobati, (merasakan) kebahagiaan, kesenangan dan kesempurnaan di dunia dan akhirat. Bahkan hati (manusia) tidak akan merasakan kebahagiaan, kesenangan dan kenikmatan yang hakiki kecuali dengan semua itu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

{يا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدىً وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ، قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa (kesenangan duniawi) yang dikumpulkan (oleh manusia)” (QS.Yuunus:57-58)”[6].

Maka berdasarkan semua ini, berarti saat yang paling indah dalam hidup seorang manusia adalah ketika Allah Ta’ala melimpahkan taufik-Nya kepadanya untuk mengikuti jalan Islam dan memberi petunjuk kepadanya untuk memahami dan mengamalkan petunjuk-Nya guna mencapai keridhaan-Nya.

Inilah pernyataan yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada shahabat yang mulia, Ka’ab bin Malik, ketika Allah Ta’ala menurunkan ayat al-Qur’an[7] tentang diterima-Nya taubat shahabat ini dan dua orang shahabat lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya dengan wajah yang berseri-seri karena gembira, “Berbahagialah dengan hari terindah yang pernah kamu lalui sejak kamu dilahirkan ibumu”[8].

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan hari diterimanya taubat seorang hamba oleh Allah Ta’ala sebagai hari/saat yang terindah dalam hidupnya karena taubat itulah yang menyempurnakan keislaman seorang hamba, maka ketika dia masuk Islam itulah awal kebahagiaannya dan ketika Allah Ta’ala menerima taubatnya itulah penyempurna dan puncak kebahagiaannya, sehingga hari itu adalah saat terindah dalam hidupnya[9]

Sabtu, Februari 12

Daftar 50 TOKOH JIL INDONESIA

Hati2 dengan ucapan, tulisan, dan pemikiran orang2 di bawah ini agar tidak tersesat dunia dan akhirat: (Neraka ada di telapak kaki Mereka) " Jaringan IBlis Liberal (JIL)

A. Para Pelopor
1. Abdul Mukti Ali
2. Abdurrahman Wahid
3. Ahmad Wahib
4. Djohan Effendi
5. Harun Nasution [1]
6. M. Dawam Raharjo [1]
7. Munawir Sjadzali
8. Nurcholish Madjid [1][2]

B. Para Senior
9. Abdul Munir Mulkhan [1]
10. Ahmad Syafi’i Ma’arif [1][2]
11. Alwi Abdurrahman Shihab
12. Azyumardi Azra [1]
13. Goenawan Mohammad
14. Jalaluddin Rahmat [1][2]
15. Kautsar Azhari Noer
16. Komaruddin Hidayat
17. M. Amin Abdullah
18. M. Syafi’i Anwar
19. Masdar F. Mas’udi [1]
20. Moeslim Abdurrahman
21. Nasaruddin Umar
22. Said Aqiel Siradj [1]
23. Zainun Kamal

C. Para Penerus “Perjuangan”
24. Abd A’la
25. Abdul Moqsith Ghazali [1]
26. Ahmad Fuad Fanani
27. Ahmad Gaus AF
28. Ahmad Sahal
29. Bahtiar Effendy
30. Budhy Munawar-Rahman
31. Denny JA [1]
32. Fathimah Usman
33. Hamid Basyaib
34. Husein Muhammad
35. Ihsan Ali Fauzi
36. M. Jadul Maula
37. M. Luthfie Assyaukanie [1]
38. Muhammad Ali
39. Mun’im A. Sirry
40. Nong Darol Mahmada
41. Rizal Malarangeng
42. Saiful Mujani
43. Siti Musdah Mulia [1][2]
44. Sukidi
45. Sumanto al-Qurthuby
46. Syamsu Rizal Panggabean
47. Taufik Adnan Amal
48. Ulil Abshar-Abdalla [1][2][3]
49. Zuhairi Misrawi
50. Zuly Qodir

Siapa Tuhan Kita?


Tidak dapat dipungkiri, bahwa sesungguhnya Tuhan itu hanya satu. Meski demikian, banyak orang yang menyembah Tuhan yang berbeda-beda. Ada yang menyembah matahari sebagai Tuhannya. Ada yang menyembah Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan sebagainya. Ada juga yang hanya menyembah Allah semata.

Lalu, manakah Tuhan yang benar menurut Islam? Bagaimana ciri-cirinya? Sesungguhnya, kita tidak mengetahui sedikit pun tentang Tuhan, meski demikian, dalam Al Qur’an, Tuhan menjelaskan sifat-sifatnya.

Menurut ajaran Islam, Tuhan adalah pencipta segalanya:

“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia.” [Al Baqoroh:117]

“Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” [Ali Imran:59]

”Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?” katakanlah: “Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?” [Yunus:34]

Tuhan juga memiliki semua yang ada, baik di bumi, langit, mau pun yang ada di antara keduanya:

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?” Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Al Maaidah:17]

Tuhan juga telah ada sebelum segala sesuatu ada (awal). Tuhan juga akan tetap ada, ketika yang lain telah musnah (akhir):

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” [Al Hadiid:3]

Oleh karena itu, tidak mungkin Tuhan lahir, ketika makhluk lain sudah ada, atau pun meninggal, ketika makhluk lain masih ada. Jika ada, itu tidak lain hanyalah makhluk ciptaan Tuhan belaka.

Hanya ada satu Tuhan, yaitu: Allah.

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” [Al Maa-idah:73]

Allah tidak punya sekutu.

“Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah.” Katakanlah: “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. [Ar Ra’d:16]

“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Al Israa:111]

Maha Suci Allah dari mempunyai anak dan sekutu.

“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,” [Al Mu’minuun]

“dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. [Al Ikhlas:4]

Allah Maha Mengetahui, baik yang zahir mau pun yang ghaib.

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” [Al An’aam:59]

Allah Maha Kuasa. Sering kita terpukau akan kegagahan/keperkasaan seseorang. Namun mereka semua tidak ada yang kekal. Orang-orang yang besar dan ditakuti seperti Jengis Khan, Hitler, Roosevelt, semua musnah di tangan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mematikan.

“Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian.” [An Nisaa:133]

“Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfa`atanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” [Al Furqaan:3]

Allah Maha Mengatur. Sering kita lihat jembatan yang telah dirancang oleh para ahli dan dibangun ratusan tukang dengan tiang-tiang yang kuat, roboh seketika. Atau lalu-lintas udara yang diatur dengan radar, pengawas udara, serta pilot dan co-pilot, tetap selalu mengalami kecelakaan setiap tahunnya.

Namun tidak pernah sekalipun langit yang tanpa tiang ambruk menimpa bumi. Matahari tidak pernah menabrak bulan atau bumi, meski semuanya telah beredar selama milyaran tahun. Itulah bukti bahwa keteraturan itu terjadi karena adanya Sang Maha Pengatur: Allah.

“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]

Allah juga telah memberikan banyak nikmatnya kepada manusia:

“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [Al Baqarah:22]

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” [Al Baqarah:164]

Itulah beberapa sifat dari Allah, Tuhan kita. Sifat-sifat Allah lainnya tercermin dalam 99 nama Allah (Asma ul Husna).

Powered By Blogger