Selasa, Juni 1

Harga Sebuah Janji dan Komitmen

Berapakah harga sebuah janji dan komitmen dimata anda?


Bagi saya, AMAT SANGAT BESAR!. Sebagai orang yang tidak memiliki apa-apa secara materi baik dalam bentuk harta benda, keunggulan fisik, dukungan “jaringan” atau network sebagaimana yang dimiliki oleh sebagian orang yang beruntung, ditambah dengan posisi sebagai perantau yang tidak bisa menggantungkan diri pada keluarga, saya selalu mengupayakan untuk memenuhi janji. Kenapa? Hanya itu yang saya miliki. Entah akan menjadi apa saya nantinya, jika satu-satunya yang bisa saya pegang tidak lagi saya bisa andalkan.

Ketidak-unggulan atas hal-hal yang terlihat dan terukur saya coba untuk dijadikan semangat dan pemacu, dengan meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain yang saya miliki. Saya sangat percaya akan hukum keadilan Tuhan. Saya percaya akan kasih dan sayang-Nya. Atas segala kekurangan yang saya miliki, saya mensyukurinya dengan amat sangat.

Ada pengertian yang sangat dalam bagi saya tentang janji. Janji dan komitmen itu bukan sekedar memenuhi apa yang telah kita janjikan. Tapi memenuhi janji adalah sebuah pekerjaan sepenuh hati, sekuat tenaga, sebuah kegiatan yang dipenuhi dengan nilai-nilai professionalisme, memberikan lebih dari apa yang kita janjikan. Memenuhi janji dan komitmen tidak bisa hanya dipenuhi dengan omongan saja, harus dari lubuk hati yang paling dalam, agar seluruh semesta bekerja untuk kita dalam memberikan yang terbaik. Janji dimata saya bukan memberi sejumlah yang saya janjikan, tapi janji adalahstandard minimal yang harus dipenuhi. Sungguh sangat berat rasanya ; bahkan menyesakkan, ketika saya menyadari tidak mampu memenuhinya, sekalipun itu bukan janji dan komitmen saya secara pribadi.

Tapi ada hal yang mungkin saya lupakan, dan Tuhan telah mengajari saya secara langsung untuk memahaminya. Bahwa ada komponen lain diluar kerja keras dalam berkomitmen. Komponen tersebut adalah Kehendak-Nya.

Akan tetapi, saya tidak ingin berapologi atas kekuasaan Tuhan dalam berkehendak untuk menutupi janji dan komitmen saya. Berjanji dan berkomitmen juga bukan sesuatu yang harus ditakuti. Saya selalu memiliki respect yang dalam terhadap teman-teman saya yang mampu mengucap komitmennya. Dibutuhkan keberanian. Nyali. So, besarnya tanggungjawab atas janji dan komitmen bukan lalu untuk ditakuti dan dihindari. Tapi untuk dihadapi.

Sebagai pebisnis, maka saya harus berkomitmen terhadap client. Sebagai enterpreneur dan atasan, komitmen saya pada rekan-rekan yang bekerja dikantor adalah nyawa. Bagi yang beragama, maka janji dan komitmen ketika (contoh bagi seorang muslim) mengucap kalimat syahadat adalah nyawanya. Bagi yang sudah bersuami atau beristri, maka janji dan komitmen yang diucap ketika prosesi ijab qabul adalah nyawanya. Ngeri rasanya ketika membayangkan sudah berapa banyak komitmen terhadap rekan kerja yang saya ingkari. Komitmen terhadap client yang terabaikan. Komitmen terhadap Tuhan yang terlupakan oleh duniawi. Lebih ngeri lagi jika membayangkan berapa kali saya melakukan excuse, mencoba melakukan pembenaran dan menimpakan kesalahan pada orang lain atau apapun itu ketika saya tidak mampu memenuhi janji tersebut.

Semoga Tuhan selalu mengingatkan ku untuk tetap commited atas setiap janji yang saya ucap dalam peran hidup yang saya jalani

Powered By Blogger