Kamis, Juli 15

Bunda Tanpa Keluhan


Pernahkah kita mencoba mengingat akan masa lalu………..????
Sembilan bulan kita hidup dalam kandungan sang bunda………………………
Bunda selalu membawa kita kemanapun ia pergi……………………………..
Tak pernah ia berfikir untuk menanggalkan kita walau sejenak……………
Lalu kita pun lahir dengan tangis pertama kita menyapa dunia ini…………………

Bunda pun selalu ikhlas merawat kita dengan penuh kasih sayang…………………….
Kadang kita telah begitu saja mengambil waktu istirahatnya dengan tangis kita di malam hari……mengganti popok kita yang basah, memberikan kita air susu ketika kita lapar………….

Dan kita hanya bisa menangis saja ketika itu……………………
Kita selalu diayun, dipangku dan ditimang-timang
Lalu apa balasan kita waktu itu………..????
Kita sering membuat basah baju bunda dengan air kencing kita……………
Dan Bunda tak pernah sekalipun memarahi kita………………………………
Usia kitapun beranjak perlahan……………………

Ingatkah ketika hari pertama kita masuk sekolah……???
Setiap pagi……Bunda selalu memandikan kita,……………menyuapi kita………mengantar kita dan menunggui kita………………………….
Bunda begitu sabar mengiringi hari kita di sekolah……………
Dan kita hanya bermain ketika itu……………….

Lalu ketika kita beranjak remaja……………………….
Bundapun tak henti untuk menghawatirkan kita………………
Ketika kita sering pulang terlambat dengan berbagai alasaan…………….
Bunda hanya menatap dengan penuh cemas………………………………
Padahal mungkin kita hanya bersenang-senang di luar sana……………………………
Ingatkah kita pada saat hari raya idul fitri………
Sering bunda membelikan kita baju, sepatu, celana baru………
Dengan harapan kita akan merasa senang……………………
Ingatkah pula apa kata kita ketika itu………..
“Ah……….bajunya udah kuno gak mau ah……”………bunda ‘nggak tau selera anak muda…..
dan bunda hanya tersenyum saja………….

Saat kita mengenal cinta akan sesama………………………………
Sering kita membohongi bunda hanya untuk bercinta semata…………………
Dan bundapun tak pernah lepaskan kasih sayangnya untuk kita………………………..
Ketika bunda bilang………”Nak…….mestinya kamu sekolah dulu yang benar……….jangan dulu berpacaran……….””…………
Lantas kita hanya menjawab…………..”bu………saya udah gede………..saya tau apa yg baik buat saya……..ibu jangan terlalu mengatur saya dong……….”
Bunda hanya tersenyum dan menatap kita dengan penuh kasih sayang………..

Apakah kita ingat saat kita memasuki bangku kuliah…………….
Bunda dengan penuh semangat memberikan biaya kuliah kita yang setinggi langit………….
Lalu mungkin kita juga hanya bersenang-senang saja dengan dunia yang sedikit beranjak dewasa……………………..

Ketika kita butuh uang utk menuntaskan hasrat cinta muda kita……
Sekali lagi kita sering membohongi bunda……………………
dengan mengatakan….”bu……saya butuh uang….untuk biaya praktikum……kira-kira….sekian juta…………..”
Lalu bunda bilang………….”nak……….apa tidak bisa di cicil…??
Kita dengan segera menjawab…..”gak bisa bu….harus sekali bayar………..”
Kita tak pernah tahu apa yang ada di benak bunda ketika itu……
Jika saja bunda tahu bahwa itu hanyalah alasan kita semata…..karena mungkin saja yang sebenarnya adalah kita butuh uang untuk mentraktir atau menyenangkan pacar tersayang saja…………
Dan ternyata bunda selalu saja menyayangi dan berusaha mempercayai kita……………

Pada saat kita lulus kuliah……………
Kita mungkin bisa melihat betapa bangganya bunda mendapati anaknya sudah menjadi seorang sarjana menangis penuh haru bahagia bunda ketika itu………

Lalu tak lama setelah itu………tiba-tiba….
“Bu….sekarang saya sudah dewasa……saya ingin menikahi si anu……….karena saya mencintai dia………boleh kan bu……..?”…
Mungkin bunda akan bilang……”Nak mustinya kamu mencari kerja dulu, lalu setelah sedikit mapan mungkin kamu bisa menikah…….”
Lalu apa jawab kita……..”Bu………….kalo ibu percaya……….saya sanggup untuk memberikan makan dia tanpa ibu kasih………saya harap ibu tidak melarang niat saya untuk menikah sekarang……….saya sudah dewasa bu…bukan anak kecil yang segalanya harus ibu perhatikan……………….”
Dan demi kasih sayangnya terhadap kita……….maka bundapun sekali lagi meluluskan keinginan kita……sekaligus memberikan kita sedikit bekal untuk mengarungi biduk rumah tangga kita nanti………………

Tak berapa lama setelah itu……..kitapun merasa sanggup untuk hidup terpisah dari beliau….maka sekali lagi kita merajuk pada bunda……………..
Pada saat bunda sudah memasuki hari tuanya……………kita pun meninggalkan dia dalam hari-hari senjanya………….
Dan bunda tak pernah meminta kita untuk menemaninya karena bunda pikir anaknya sudah mempunyai kehidupan sendiri…..

Bertahun-tahun kita meninggalkan bunda,…….dan mungkin hanya setahun sekali saja kita menengok dia………itupun pada saat Hari Raya saja………………
Lalu………………..ketika Bunda sakit di hari tuanya………
Mungkin bunda mengharapkan kasih sayang anaknya bisa sedikit menghibur dia………
Tapi………..sering kita mengabaikan harapan bunda……
Kita mungkin merasa direpotkan hanya dengan mengurusi seorang wanita tua yang sudah tak berdaya itu…………….

Lalu pada saat Allah hendak menjemput dia…………kita mungkin sedang tenggelam dalam kehidupan yang sudah menyita sebagian hati nurani kita………………
Hingga satu hari terdengar bunyi dering telepon yang memberikan kabar bahwa bunda telah tiada………………

Dan aku tak berani bilang bahwa mungkin saja hati kita sudah bebal dan telinga kita sudah tuli akan kenyataan ini………
Ada sesal mungkin di sana……….sesal yang tak akan terbalas dengan sejuta tetesan air mata kita………
Dan kitapun hanya meratapi kepergian bunda,…..ya bunda yang sudah mencetak kita dengan segenap kasih sayang bunda yang tak terperi ketulusannya……….sesal yang tiada guna ketika kita tahu bunda pergi bersama setitik harapan bunda bahwa dia ingin anaknya ada ketika hembusan nafasnya yang terakhir memutuskan kehidupannya……
Dan kita hanya terpekur menatap bekunya batu nisan bertahtakan nama bunda……
Itupun jika masih ada secuil nurani kita yang masih berwarna putih……………

Kutuliskan ini………untuk mengenang bahwa bunda adalah pembawa syurga buat anaknya………, mungkin ini tak semua benar……..tapi tak mustahil ini terjadi dan ada di dunia ini………

Bunda……….aku menyayangi bunda seperti aku menyayangi syurgaNYA……………

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?”.
Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak”.
“Aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat.
“Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti….”
Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?”
Sang ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan”…………Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.

Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya- tanya, mengapa wanita menangis
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. “Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?”
Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, “Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya.
Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa- masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan”.
Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup, berbaktilah, selagi masih ada waktu…..karena di kakinyalah kita menemukan surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger