Adalah perjalanan panjang bernama kehidupan yang membuat kita menjadi ada. Bukan keberadaan kita yang menjadikan diri kita berarti, tapi justru karena Dia yang menjadikan kita ada yang membuat segala yang ada pada diri kita bisa diberdayakan menjadi sebuah keberartian diri.
Bilangan hari berkejaran dan bersicepat dengan waktu yang Allah berikan dalam rentang usia yang tak pernah kita tahu entah kapan akan menemui titik perhentian. Sepanjang putaran waktu itu hati kita dilekatkan pada jiwa-jiwa yang kita cintai, yang menjadi belahan jiwa atau bahasa kerennya menjadi soulmate kita. Ada berapa ruang di hati kita? dan berapa banyak belahan jiwa yang mampu mengisi ruang-ruang itu?.
Hanya hati yang lapang yang menjadi begitu luas dan dapat menampung banyak jiwa menjadi belahan jiwa kita. Menempatkan setiap jiwa yang Allah hadirkan dalam hidup kita menjadi sebentuk rasa kasih, sayang dan cinta yang mengalun lembut, bergetar halus, berirama ritmis dengan melodi-melodi harmony mengalunkan nada-nada cinta di setiap relung-relung hati.
Ketika satu persatu Allah hadirkan jiwa-jiwa yang kita cintai, maka kebahagiaan akan semakin meruah dan melapisi hari demi hari yang kita jalani. Detik perdetik berlalu dengan rona dan tawa. Seakan kebahagiaan ingin kita dekap erat dan takkan pernah hendak kita lepaskan.
Namun satu hal yang pasti, bahwa tak pernah ada bahagia yang pasti bertahan tanpa sebuah akhir. Cinta dan kebahagiaan adalah hakekatnya sebuah ujian yang menjadi pembelajaran agar kita mampu memaknai sebuah keberartian diri dalam genggam takdir Illahi.
Hari-hari penuh cinta pada saatnya akan terisi pula dengan tangis dan air mata. Apalagi bila Sang Pemilik jiwa berkenan mengambil kembali jiwa-jiwa yang kita cintai untuk kembali dalam dekap kasih dan cintaNya yang tak pernah pudar, palsu dan semu.
Hari-hari akan menjadi pilu, lara, kelabu dan sunyi jika satu persatu jiwa-jiwa tercinta kembali ke haribaanNya. Namun layakkah menangis berkepanjangan atas permintaan Sang Hidup yang telah memberi kita kehidupan. Layakkah meratapi ketika Empunya jiwa meminta kembali apa-apa yang dititipkan pada kita?.
Seperti hari-hari terakhir ini, aku merindui setiap jiwa yang kucintai sepenuh jiwa. Kurindu Almarhum ayah , bunda, kurindu kekasih hati, almarhum sahabatku, buah hati, sibiran tulang dan cahaya mataku.
Kurindu mereka dengan segenap cinta yang kupunya. Ku rindu mereka dengan sepenuh doa yang kulantun di atas hamparan sajadah jiwa. Kurindu mereka lewat tetes-tetes airmata yang bermuara di pipiku.
tapi kutahu satu hal mereka damai dan bahagia dalam pelukan cinta Sang Pecinta sejati. Namun salahkah jika aku merindukan mereka dengan segenap memory yang masih berputar indah dalam benak dan hatiku?. Salahkah jika posisi mereka takkan pernah tergantikan oleh siapapun? meski hatiku masih punya banyak ruang untuk banyak cinta bagi jiwa-jiwa yang kucinta, bagi sahabat-sahabatku, belahan jiwaku yang lain dan bagi setiap orang yang ingin kucintai dan berharap mereka mencintaiku karena Allah saja.
Hari ini ketika rindu membuncah di jiwa ku, kularung dalam lautan doa, selaksa pinta dan berbutir-butir harap agar cinta tak pernah menjadikan aku meratap atas setiap kehilangan jiwa-jiwa yang kucintai.
Meski rindu membuncah dan kadang menyesakkan dada, kuingin menmbuat mereka tetap tersenyum dan merasakan betapa hidup yang kujalani takkan pernah sia-sia, karena aku tahu mereka berharap agar hidupku berarti dalam selembar perjalanan bernama kehidupan.
Biarlah rindu ini menjadi suluh dalam gulita kerinduanku, biarlah kangen ini menjadi bara yang menyulut semangat dan cintaku buat kehidupan, Biarlah segala yang telah tiada menjadi simpanan abadi, menjadi jenak-jenak penantian panjang buat sebuah jumpa di taman-taman surga atas kehendak dan ridhoNya.
Menjelang Ramadhan, kuuntai setulus do'a bagi jiwa-jiwa tercinta. Kuulur pula berlarik-larik rindu bagi sahabat-sahabat jiwaku . Ijinkan kupinta maaf bagi setiap salah kata pada kalian sahabat-sahabat jiwaku .
Sahabat-sahabatku, hari ini, rindu ini bukan cuma untuk mereka yang tiada, tapi rindu ini juga untuk kalian. kalian yang telah menemani hari-hari dukaku, detik-detik bahagia. Sahabat-sahabatku terima lah rinduku pada kalian sebagai sebuah cinta, cinta yang kuharap menautkan hati kita di ketinggian cinta sejati, di ketinggian surga seindah-indah tempat yang tentu menjadi tujuan akhir dari setiap hidup kita.
Biarkan rindu ini menahuh kisi-kisi jiwaku, agar cinta tetap indah dan bermakna dan menjadikan kita semakin berarti dalam keberadaan diri di alam yang yang sudah memberi banyak kesempatan buat kita menjadi sesuatu.
I am just nobody buat because of Allah and all of you my soul friends, I become somebody. Let us love each other as we love ourself. Let this friendship be forever and lasting till the end...untukmu yang belum bisa kumiliki...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar