Kamis, Juli 15

Orang Kaya Yang Sebenarnya


Rasulullah telah menyampaikan bahwa kaya yang sebenarnya adalah kaya hati, kaya hati dimiliki seseorang yang memiliki hati yang bersih dari dosa, sehingga hatinya terang benderang melihat tanda-tanda keagungan Allah Yang Maha Kaya, Yang Maha Adil, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Rasulullah menyampaikan akan pentingnya petunjuk Allah di hati manusia, sehingga manusia dengan petunjuk itu dapat merasakan kebahagian yang sebenarnya. Dapat menyadari siapa dirinya dan mengetahui siapa Allah, Tuhan yang telah mengadakan seluruh alam raya termasuk mengadakan dirinya.

Sahabat Abu Darda senantiasa membanggakan akan ke Maha Kayaan Allah, sehingga beliau meninggalkan kesibukan dunianya, untuk lebih menekuni tuntutan hatinya dalam mengagungkan Allah. Hati yang terisi dengan petunjuk Allah adalah hati yang kaya, sebagimana firman Allah

Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. (QS. 2:269)

Orang yang diberi kekayaan petunjuk adalah orang yang kaya sebenarnya. Orang yang demikian biasanya senantiasa sukses dalam menghadapi segala ujian di dunia, termasuk ujian yang tidak menyenangkan berupa kesusahan yang kesedihan.

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadam, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. 2:155)

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:"Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji"uun". (QS. 2:156)

Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 2:157)

Allah telah mengetengahkan akan ketinggian Al-Qur’an yang penuh hikmah, Dan Allah bila mencintai hambanya tidak diberikan kepadanya ujian-ujian dengan harta benda dan kekayaan yang melimpah, namun diberikan kepadanya kekayaan hikmah yang mengantarkannya kepada kebahagiaan.

Demi al-Qur"an yang penuh hikmah, (QS. 36:2)

Kekayaan harta benda yang melimpah ruah, bila tidak dibelanjakan di jalan yang benar, dapat menjadi malapetaka sebagaimana kehancuran Karun, sebagaimana firman Allah

Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". (QS. 28:79)

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar". (QS. 28:80)

Maka Kami benamkan Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (QS. 28:81)

Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkat: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)". (QS. 28:82)

Jaman Modern Jaman Penuh Ujian Kemewahan

Rasulullah pernah menyampaikan kepada para sahabatnya, bahwa setelah Allah memberikan hikmah Al-Qur’an kepada bangsa Arab di waktu itu, beliau tidak mengkhawatirkan sahabat-sahabatnya dengan kemiskinan, namun beliau lebih takut dengan ujian yang berupa kenikmatan dengan datangnya dunia yang melimpah, yang menjadikan satu dengan yang lain memperebutkan dunia, dan kemudian membawa mereka kepada kebinasaan.

Petunjuk Allah berupa hikmah Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah kekayaan yang paling mulia, diatas kekayaan harta dunia, sebagaimana firmanNya

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu (Al-Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. 10:57)

Katakanlah:"Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. 10:58)

Allah menggambarkan akan kerugian orang-orang kafir, ketika mereka harus masuk kedalam neraka, mereka ingin menebus dengan apa saja yang dimilikinya, seandainya mereka memiliki emas sepenuh bumi mereka ingin menebus siksa itu dengannya, sebagaimana firmanNya

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak itu). Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. (QS. 3:91)

Rasulullah juga menyampaikan bahwa manusia awam memiliki sifat cinta kepada dunia dengan kecintaan yang besar, walaupun sudah memiliki satu bukit emas, manusia masih menginginkan bukit emas yang kedua, dan seterusnya, beliau mengatakan bahwa yang dapat menghentikan kemauan manusia tersebut adalah tanah (kematian).

Manusia bisa saja menghabiskan waktunya di muka bumi untuk bermain-main dengan sarana-sarana hidup dan melupakan tujuan utama hidup. Namun bila manusia mengetahui dan menyadari bahwa hakekat kehidupan adalah berlomba-lomba dalam memelihara iman dan amal sholih, maka seharusnya, dengan melimpahnya harta atau fasilitas dunia, semua itu diarahkan kepada membangun, menyempurnakan dan memelihara segala sesuatu yang menjadikan lestarinya iman dan amal sholih.

Orang tua yang sudah menyadari pahit getirnya membangun dan memelihara semangat beriman dan beramal sholih, sudah seharusnya mengarahkan diri dan keluarganya kepada jalan-jalan yang melestarikan terbangunnya dan terpeliharanya iman dan amal sholih bagi seluruh keluarganya.

Ibarat menanam sebuah tanaman para petani memulai dengan menyiapkan lahan dan beberapa fase pemupukan, ada pupuk dasar, pupuk untuk pertumbuhan batang dan daun, selanjutnya pada saat hendak berbunga dan berbuah perlu pupuk untuk melancarkan bunga dan buahnya, dst.

Umat Islam perlu mengetahui fase-fase, jenjang serta jenis pendidikan yang tepat untuk keluarganya agar tumbuh menjadi generasi penerus yang benar-benar memahami bahwa tujuan utama adalah tetap utama, sedangkan sarana adalah tetap saja sebagai sarana dan bukan sebagai tujuan.

Ilmu dan teknologi modern tetap saja sebagai sarana, sarana yang digunakan untuk memudahkan dalam memelihara kelestarian iman dan amal sholih. Sarana bisa berubah dan berganti sesuai dengan perubahan zaman, namun tujuannya tetap sama.

Generasi yang demikian tentunya memiliki kesadaran bahwa inti hidup adalah dengan mengilmui dan mengimani dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai jalan hidup, dan tujuan hidup, namun sarana hidup yang digunakan untuk memudahkan dalam mewujudkan tujuan utama hidup juga wajib sifatnya. Allah berfirman:

Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (QS. 42:20)

Manusia yang menginginkan kebahagiaan akherat, adalah manusia yang memiliki cita-cita yang lebih luas dan lebih haqiqi, karena untuk dapat menyiapkan kebahagiaan tersebut butuh ilmu dan sarana. Ilmunya sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah, sedang sarananya adalah ilmu-ilmu dunia yang begitu luas, yang harus diambil secukupnya untuk membangun kebahagiaan dalam kehidupan di dunia dan di akherat.

Sebaliknya mereka-mereka yang hanya terfokus pada cita-cita kesuksesan di dunia saja, mereka secara otomatis menyepelekan ilmu-ilmu tentang kebahagiaan akherat, dan biasanya bila orang meninggalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, syaitan akan membawanya kepada kesesatan, namun merasa mendapat petunjuk. Sehingga semakin saja tersesat jalannya.

Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. 43:37)

Semoga Allah menunjuki kita untuk mencintai Al-Qur’an dan As-Sunnah dan dapat merasakan manisnya iman dan amal sholih, sekaligus sebagai kekayaan yang sebenarnya yang kita pelihara dengan sungguh-sungguh, amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger