^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Di manapun kita berada sering kita bertemu dengan orang yang punya sipat temperamental, mudah tersinggung atau egois, maunya menang sendiri. Manusia yang satu ini kalau dalam kaca agama memang harus dikasihani, karena dia sendiri tak tahu apa kesalahannya. Nah, repotkan kalau orang hanya pandai menyalahkan orang, tanpa mengetahui kesalahan diri sendiri.
Terkadang dalam pergaulan sehari-hari, ada saja kita menemukan orang yang tak sependapat dengan kita dan dianya nyerocos seprti air dari slang mobil pemadam kebakaran yang begitu menyembur sukar dihentikan dan perlu dua tiga orang untuk menangainya. Dalam kaca mata orang seprti ini, kita atau orang lain di sekitarnya tak ada yang benar, salah melulu, karena memang yang dicari adalah kesalahan orang lain; orang seperti ini selalau merasa benar sendiri, semua orang salah, kecuali dirinya.
Untuk menghadapi orang yang seperti ini ada tiga cara. Karena orang yang seperti ini bukan hanya berada pada level tingkat bawah, menengah, tapi juga ada pada level atas, yaitu para pejabat negara atau para eksekutif di berbagai perusahaan, baik kecil maupun besar. Siapapun orangnya kalau punya tipe semacam ini, biasanya dalam pekerjaan ada rasa tidak nyaman, karena tiada hari tanpa omelan orang ini, tiada hari tanpa menyalahi orang lain, tiada hari tanpa keributan, loh kok bisa ? Loh iya, habis yang dicari kesalahan orang melulu, perkara kecilpun menjadi besar di mulut ceriwis seperti ini, ya boleh kita sebut "mulut nenek lampir."
Ibarat pepatah:" semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tidak kelihatan. " Itulah orang yang selalu memakai " kaca mata negatif " salah, salah dan salah untuk orang lain, benar hanya untuk dirinya sendiri. Orang seperti ini juga dalam diskusi selalu mencari kesalahan orang, tapi tak mau menyadari bahwa dirinya juga punya kesalahan, tidak selamanya benar. Bahkan sering kali orang seperti ini, tanpa tedeng aling-aling akan "menghantam" orang dengan kata-kata yang kasar di hadapan orang banyak, di depan umum, sehingga orang yang "dihantamnya"pun merasa malu! Dan anehnya orang seperti ini biasanya puas, kalau sudah sumpah serapahnya keluar, caci makinya berhamburan, tanpa merasa bersalah sedikitpun!
Nah menghadapi orang seperti ini kita pakai tiga cara:
Pertama, tutup mata. Anggap saja kita tak melihat apa yang dilakukan oleh orang yang berjiwa kerdil seperti ini; misalnya saja sudah menjadi pejabat negara dan sudah duduk di kursi terhormat, tapi kata-katanya kotor, kasar, keras dan galak! Sepertinya hanya dia yang bisa marah dan orang lain pantas dimarahi, kecuali dia sendiri. Kita tutup mata terhadap orang yang mempunyai sipat seperti ini, karena kalau kita melihatnya, kita menjadi jengkel, bahkan mungkin juga" tersulut " untuk ikut marah-marah dan mencaci maki orang!
Kedua, tutup telinga. Anggap saja kita tak mendengar apa yang dikatakan, kita "tulikan" telinga kita dari suara-suara keras, kotor, jorok dan lain sebagainya dari orang ini. Karena kalau kita menndengarkannya, orang ini akan semakin nyerocos mulutnya, mulutnya tak dapat disumbat oleh apapun. Nah biasanya kalau kita" tulikan " pendengaran kita, maka orang seperti ini, biasanya akan menjauh, karena suara yang keluar mulutnya, dicueki, dianggap angin lalu.
Ketiga, tutup mulut. Nah sekarang kita melakukan aksi tutup mulut, kita diamkan orang yang menyerocos bagai " nenek lampir " ini. Kita tak membalas, mulut kita diam, tak berkomentar apapun dan tak membalas kata-kata kasar, kotor dan jorok dari orang ini. Kita jadikan tontonan yang menarik, kita liatin aja ketika orang ini marah-marah, yang kadang-kadang tanpa sebab yang kita ketahui, tahu-tahu di depan kita dia marah-marah. Sebentar-sebentar marah dan marahnya tidak sebentar!
Jadi gerakan tutup mata, tutup telinga dan tutup mulut untuk menghadapi siapapun orang yang punya watak temperamental, insya Allah akan berhasil. Karena sekali lagi orang yang suka mencari kesalahan orang hidup tak mungkin bahagia, karena dihatinya penuh kotoran dan biasanya akan keluar melalui lisannya atau bahkan tulisannya. Orang yang" hobyinya " suka mencari kesalahan orang ibarat melihat seorang bapak dan anak dengan keledainya.
Bapak yang naik keledai, salah, " orang tua tak tahu diri, anaknya di suruh nuntun keledai, sedangkan dia enak-enakan duduk di atas keledainya! "
Anak yang naik keladai, salah, " ini anak kurang ajar, masa bapaknya yang sudah tua di suruh jalan kaki, sedangkan dia, enak-enakan duduk di atas keledai! "
Bapak dan anak, keduanya naik keledai, inipun salah, " anak beranak ini memang tak punya rasa kasihan, keledai kecil seperti itu dainaiki berdua, terlalu! "
Bapak dan anak kemudian menuntun keledai mereka, inipun masih salah, " ya, bapak dan anak sama bodohnya, punya keledai kok di tuntun saja, bukan dinaiki, kan lumayan, tidak jalan kaki!
Karena sangat kesalnya, begini salah, begitu salah, akhirnya bapak dan anak ini mencari kayu, kemudian keledainya mereka ikat dan mereka pikul, " bapak dan anak sudah gila!, punya keledai kok tidak naiki, eh malah dipikul! "
Mungkin anda pernah mendengar cerita itu, siapapun tokohnya, tak penting, yang penting adalah hikmah dari cerita tersebut, dimana kalau kita mendengarkan, memperhatikan dan mencoba berdialog dengan orang yang "kacamata" negatif, apapun yang kita lakukan adalah salah, karena yang dicari memang kesalahannya, bukan kebenarnnya! Maka menghadapi orang semacam itu kita pakai kiat: tutup mata, tutup telinga dan tutup mulut kita!
Tapi kalau bertemu dengan yang punya" kaca mata " atau berpandangan positif, maka yang kita lakukan adalah membuka mata, membuka telinga dan membuka mulut untuk berdialog dan berbagi kebenaran, bukan kesalahan!
Dengan kaca mata positif atau kaca mata hikmah ( pernah saya tulis diruang ini juga ) kita tak mudah emosi, tak marah, tak mudah tersinggung dalam bergaul di masyarakat banyak, karena apapun berita yang kita terima akan disaring lebih dahulu dan bila berhadapan orang yang emosin tadipun, ita akan tetap tenang dan berpedoman pada tiga hal diatas, tutup mata, telinga dan mulutmu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar