Selasa, Februari 2

Verifikasi dalam Pembedahan

surgery verificationegiatan pembedahan di kamar operasi, oleh seorang sepuh ahli bedah dan pemerhati ‘patient safety’ lewat presentasinya pada pertemuan PERSI di Jakarta minggu kemarin, diibaratkan layaknya seperti balapan F1. Kekompakan, ketepatan, persamaan persepsi termasuk juga kesigapan dan kecepatan semua anggota team akan menjamin si pembalap melewati garis akhir sesuai harapan. Begitu juga harapan ini ditujukan kepada team pembedahan yang bekerja di kamar operasi, jika saja diterapkan secara desiplin maka kecelakaan kerja, kegagalan operasi dan permasalah lain yang menyangkut keselamatan pasien niscaya dapat dikurangi. Inilah yang kemudian dikenal dengan proses verifikasi terhadap pasien yang akan menjalani pembedahan. Apa saja verifikasi itu?

Sesuai kriteria yang telah ditetapkan WHO, setidaknya ada tiga tahapan untuk mengecek kembali kondisi penderita selama ada di lingkungan kamar operasi. Sign in, merupakan verifikasi pertama sesaat pasien tiba di ruang terima atau ruang persiapan. Harus dievaluasi kembali rekam medis pasien yang bersangkutan berkaitan dengan identitas, hasil pengukuran vital sign terakhir, kelengkapan dokumen termasuk surat persetujuan pembedahan atau inform concern. Lebih lanjut dicek juga tentang riwayat alergi, resiko kehilangan darah saat pembedahan, resiko gangguan pada jalan nafas dan keamanan prosedur anasthesi yang akan dikerjakan. Bahkan pada check list yang disusun oleh WHO itu, team diwajibkan pula untuk mengkonfirmasi lokasi pada tubuh yang akan dimanipulasi oleh pembedahan, di bagian mana, kiri atau kanan, depan atau belakang serta konfirmasi kesiapan peralatan serta cara anasthesi yang akan digunakan.

Pada tahap lanjut, verifikasi dilaksanakan ketika pasien sudah siap di atas meja operasi, sudah dalam keadaan terbius, dimana team anasthesi dalam keadaan siaga dan team bedah telah dalam posisi on sterile. Fase yang disebut time out ini, secara verbal setelah memperkenalkan diri team bedah kembali mengkonfirmasi tentang pasien, lokasi insisi pada tubuh pasien, prosedur yang akan dijalankan dan kemungkinan kesulitan teknik pembedahan yang dihadapi selama proses berlangsungnya operasi. Di sisi lain perawat bedah diwajibkan untuk menyatakan kesiapan alat / instrumen, keadaan sterilitas alat dan termasuk perhitungan jumlah kasa. Pada kesempatan ini diungkapkan juga mengenai obat antibiotika profilaksis yang telah diberikan beserta hasil pemeriksaan penunjang seperti x-ray dan lain-lain yang sewaktu waktu mungkin diperlukan operator ketika menjalankan operasinya. Tentang kemungkinan resiko pembiusan selama berlangsungnya operasi menjadi kewajiban team anasthesi untuk menyampaikannya.

Sesaat setelah selesai operasi, sebelum pasien dikeluarkan dari ruang operasi, dipastikan kembali akan beberapa hal menyangkut nama prosedur yang telah dikerjakan sebelumnya, perhitungan jumlah instrumen, jarum dan kasa secara benar –jika digunakan selama operasi- serta catatan jika ada permasalahan pada alat atau bahan habis pakai lainnya. Pemberian label sesuai identitas pasien pada jaringan yang telah diangkat dari tubuh pasien juga menjadi perhatian pada tahap ini. Dan dokter bedah sebagai operator beserta dokter anasthesi menyampaikan hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa pemulihan pasien dan perawatan pasca operasi selanjutnya. Prosedur ini disebut tahap sign out.

Begitulah, jika evaluasi atau konfirmasi melalui pengisian checklist baik pada tahap sign in, time out dan sign out ini dijalankan secara benar niscaya out put terhadap upaya ‘patient safety’ akan lebih mudah dicapai. Dan cepat atau lambat proses ini menjadi prasyarat yang mesti dikerjakan jika instalasi atau unit kamar bedah suatu rumah sakit dinyatakan telah lulus akreditasi….

1 komentar:

Powered By Blogger