Sabtu, April 3
NuRSe DALAM HIDUP DAN PEKERJAAN
Pernahkah anda mengalami ketidakselarasan perasaan antara kehidupan menjalani aktivitas sebagai ners dengan kehidupan pribadi anda ? Atau seberapa sering anda merasakan ketidaksesuaian antara pemenuhan kepuasan pribadi dengan tuntutan pekerjaan anda sebagai ners ? Mengapa anda menjalani pekerjaan ini ? Apakah di tempat anda bekerja anda merasa kebingungan ?
Tetapkan Tujuan Raksasa Anda
Sebut saja Mei, alumni dari institusi pendidikan tempat saya bekerja yang memilih berkarir sebagai pramugari selepas wisudanya. Atau Nuri yang alih haluan menjadi pegawai bank swasta dengan gaji yang lebih menjanjikan dibanding menjadi seorang ners. Saya menyakini kekagetan mereka dulu ketika menjalani praktek sebagai mahasiswa keperawatan. Teori keperawatan yang begitu indah diperkenalkan di ruang kelas, ternyata dirasakan mereka sangat jauh berbeda dalam prakteknya. Model peran dari para senior mereka memperkuat stereotif negatif tentang fungsi keperawatan yang bertahun-tahun dipertahankan layaknya sebuah tradisi. Sementara itu asuhan keperawatan dipandang begitu sederhana karena hanya melihat contoh aktivitas harian rutin Ners ketika memandikan, membereskan tempat tidur atau membantu klien buang hajat.
Akhir September 2008 seorang teman karib menelepon dari Kabupaten Subang Jawa Barat khusus untuk memberi kabar bahwa ia saat ini telah menduduki jabatan di pemerintahan daerah setempat. Tiga tahun semasa kuliah bersama pada program D III Keperawatan dan selama 3 tahun pada program S1 keperawatan di Bandung mengingatkan saya akan sosok sahabat yang cerdas dan berani. Saya hanya mampu mengucapkan selamat karena dia telah mengambil keputusan yang terbaik untuk mengakhiri konflik peran yang mungkin selama ini dia hadapi. Disadari atau tidak, kesenjangan antara harapan dan cita-cita hidup dengan kenyataan yang terjadi menyebabkan profesi ners ini lambat laun akan ditinggalkan oleh pemiliknya.
Saya mencoba mengkaitkan pengalaman pribadi saya saat tahun 1991 memutuskan untuk menuntut ilmu di bidang keperawatan. Terdapat kesamaan perasaan dengan lebih dari 60 % para mahasiswa yang pernah saya bimbing yang menyatakan sama sekali tidak memiliki informasi apa itu profesi ners saat memilihnya untuk berkarir. Dorongan keluarga, orang terdekat atau kesuksesan anak tetangga yang melakukan praktek pengobatan di daerah perifer menjadi dasar motivasi yang sangat kuat bagi mereka. Saya pribadi membutuhkan waktu dan melalui pemikiran yang mendalam sebelum akhirnya saya menerima peran sebagai ners. Pendidikan tingkat magister yang telah saya capai sekarang sangat memudahkan dalam membantu saya melewati proses internalisasi peran tersebut. Namun demikian tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya bantuan dalam memperoleh kesadaran peran. Butuh perenungan secara personal untuk mencapainya.
Kehidupan hari ini merupakan hidup yang telah anda putuskan. Andalah yang menentukan takdir hidup anda sendiri. Dengan kata lain andalah yang memilih dan menciptakan kehidupan anda. Setengah bercanda kang Cecep senior saya di Akademi Keperawatan berkata bahwa sesuai garis kehidupannya, seorang Ners di Indonesia akan mampu memiliki mobil setelah lewat usia 30 tahun. Setelah 13 tahun menjadi Ners, garis hidup itu benar-benar terwujud. Saya memiliki mobil Corolla DX tahun 1981 pada usia 33 tahun. Berita baiknya, sampai hari ini saya telah berhasil mempertahankan kehidupan saya sebagai seorang Ners meskipun saya belum sukses menciptakannya.
Terdapat 2 pengertian yang sangat berbeda makna antara mempertahankan kehidupan dan menciptakan kehidupan. Mempertahankan hidup menurut saya adalah tugas mendasar manusia berupa perjuangan untuk meneruskan kehidupan secara biologis semata. Uang dan kekayaan menjadi target utama dan dijadikan alat untuk mewujudkan keinginan-keinginan duniawi. Continuance commitment dijadikan dasar oleh Ners untuk sekedar “memperpanjang” karirnya karena tidak mempunyai pilihan pekerjaan lain. Seorang Ners dapat terjebak lama dalam situasi ini akibat kegamangan tujuan hidup yang akhirnya berujung pada mengabaikan hakikat kehidupan itu sendiri.
Menciptakan kehidupan bermakna lebih luas karena memandang hidup bukan sekedar kebutuhan biologis semata. Ada tujuan hidup yang dibuat dan harus diwujudkan yaitu kesuksesan. Sukses berarti tercapainya setiap tujuan dan harapan dari setiap fase perjalanan hidup yang hanya sementara ini. Pada tingkatan ini, motivasi seorang Ners untuk bekerja didasari atas Afektif commitment yaitu hasrat dan kesungguhan hati untuk berkontribusi sesuai tujuan dan idealisme profesi Ners dalam membantu kliennya. Pekerjaan sebagai Ners dilakukan dengan penghayatan atas dasar pemahaman yang mendalam tentang profesi ini.
Kesuksesan dalam hidup secara hakiki terjadi bilamana kehadiran kita membawa manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Keberadaan kita janganlah menjadi sumber masalah bagi orang lain. Dalam keyakinan religius saya, dikenal 3 kebaikan dengan pahala yang tidak berhenti mengalir sampai liang kubur yaitu anak shaleh yang mendoakan orang tuanya, sedekah dan ilmu yang bermanfaat. Profesi Guru selalu disebut dekat dengan surga karena mereka mengajarkan ilmu yang berguna bagi orang lain sepanjang hidupnya. Saya menyakini bukan hanya guru, profesi lain termasuk Ners juga pasti memiliki jalan untuk mencapai tujuan hidup tersebut. Di sini yang menjadi inti bahasan bukanlah jenis profesinya tetapi individu yang memerankan profesi itu. Teori para pakar keperawatan bermuara pada kesimpulan yang selalu sama bahwa ilmu keperawatan merupakan Ilmu aplikasi yang berfokus kepada “ menolong orang lain”. Orang lain yang sedang sakit dan tidak mampu berfungsi jelas berada dalam situasi ketergantungan yang tinggi kepada lingkungan di sekitarnya. Historis lahirnya profesi keperawatan menunjukan bahwa profesi ini ada untuk merespon mereka yang sakit yang butuh uluran pertolongan anda. Membantu meringankan penderitaan orang lain sangatlah mungkin berbuah pahala jika Ners iklas melakukannya. Anda tak berharap pujian atau penghargaan atas apa yang anda lakukan, karena anda yakin ada pahala besar menanti dari Sang Khalik.
Temukan Panggilan Hidup Anda
Temukan sesuatu yang benar-benar dirasakan penting dan menyenangkan bagi anda dalam hidup ini. Dokter spesialis saraf kolega saya Mr. Ridwan menyatakan bahwa dirinya sangat menikmati saat-saat mengajar meskipun saya tahu, penghargaan yang kami berikan bagi beliau belumlah pantas. ”Gak apa, saya hoby mengajar....jangan pikirkan itu”. Begitu juga yang dikatakan oleh Mr. Yusa seorang dokter spesialis THT. Semoga segala ilmu yang telah anda berikan dapat berguna dan menjadi teladan bagi kita semua ! Yang jadi pertanyaan, apakah saya dan beliau-beliau itu menikmati saat-saat mengajarnya ataukah karena merasa puas melihat respek dari mahasiswanya ? Bagi saya sendiri saya merasa sangat berharga manakala mahasiswa mengatakan bahwa cara mengajar saya memudahkan mereka dalam belajar......andai mereka juga tahu, hati pengajar itu juga mengharu biru turut bangga melihat baju toga yang mereka pakai saat wisuda......
Kepuasan yang didapat setiap individu dari profesinya berbeda-beda. Menjalani peran sebagai Ners memiliki kepuasan yang unik. Sebuah perasaan puas yang diperoleh karena berhasil mengetahui begitu berharganya diri kita bagi orang lain. Kepuasan yang sangat dekat dengan perasaan menyenangkan. Kepuasan saat melihat orang lain berbahagia ketika orang yang dikasihinya mendapatkan perlakuan yang baik dari Ners. Puas menyaksikan keceriaan klien yang tidak jadi diamputasi karena ketekunan Ners merawat luka gangrennya. Suatu perasaan alamiah yang muncul bukan karena dibuat-buat. Perasaan berharga yang akan selalu menghampiri anda setiap saat setiap anda bekerja. Memberi itu selalu lebih baik karena tangan kita selalu di atas..... Yakinlah bahwa yang anda lakukan adalah sebuah kebaikan. Dalil umumnya..... berusahalah untuk selalu meringankan penderitaan klien anda, lalu temukan dan rasakan kepuasan yang akan membuat anda merasa benar-benar hidup.
Dalam hidup dan pekerjaan, setiap orang terus menerus mencari tempat yang cocok untuknya. Tapi di dunia ini tidak ada organisasi yang cocok untuk semua orang. Jika anda tidak bisa bekerja dengan memakai baju putih karena tidak sesuai impian anda, atau jika anda hanya bekerja demi pekerjaan itu sendiri bukan karena klien.......anda benar-benar tidak berada di tempat yang tepat. Sebaiknya anda harus mulai berpikir untuk beralih pekerjaan, dan anda memiliki banyak pilihan profesi untuk menggantinya. Mengganti karir atau merubah sikap anda kepada klien dapat anda lakukan kapan saja anda mau. Tetapi belum menemukan tempat yang cocok bagi anda, itu berarti sama dengan bahwa anda belum mengenal siapa sebenarnya diri anda. Menemukan dan mengenal diri sendiri selamanya tetap akan menjadi hutang yang harus dibayar meskipun berulang kali anda berganti profesi !! Kesimpulannya adalah Jika anda membenci apa yang anda lakukan hari ini, itu berarti anda membenci diri anda sendiri. Jika anda mencintai pekerjaan anda maka itu sama dengan mencintai diri sendiri.
Jika anda merasa kesulitan menemukan apa yang penting bagi anda dalam hidup ini, carilah bantuan bagi diri anda. Anda membutuhkan orang lain untuk berdiskusi dalam memahami diri anda sendiri. Meminta istri untuk membantu memilih dasi yang cocok untuk baju anda bukan sesuatu yang memalukan bukan ? Orang yang diharapkan mampu memberikan masukan yang tepat bagi kita tentulah seseorang yang sangat dekat yang telah mengenal kita dan bukan orang asing. Jangankan mengatasi masalah kita, masukan yang didapatkan dari orang asing malah bisa jadi lebih menjauhkan kita dari tujuan sebenarnya. Maka kembangkanlah budaya di tempat anda agar masalah Ners selalu dikonsultasikan dengan sesama Ners, bukan malah menyerahkan nasib kita pada profesi lain yang jelas-jelas tak memahami Ners. So.....mengenal siapa diri anda akan membantu anda untuk menemukan apa yang anda cari dalam hidup dan pekerjaan anda.
Kenali Warna Putih Baju Anda
Sekejap rasa lelah akibat perjalanan jauh Sukabumi ke Jampang Kulon, daerah selatan Kabupaten Sukabumi hilang seketika saat saya diperkenalkan pada sosok-sosok pejuang profesi di sini. Terharu dan bangga mengetahui hampir 80 % Puskesmas di wilayah ini telah dikepalai seorang Ners. Setidaknya hal ini menunjukan bahwa kawan-kawan Ners telah menunjukan kemampuan kepemimpinan yang mumpuni. Mengomentari sedikit kekurangan yang terlihat (karena sebagian besar kawan-kawan Ners di sana keluar jalur menempuh sarjana Non keperawatan) rekan Ners, Pak Gatot berkata dengan tegas, ”Sejauh manapun saudara meninggalkan profesi ini, janganlah saudara ingkari kalau selama ini saudara hidup dari profesi Ners !!” .....tetapi bagaimanapun saya tetap merasa bangga karena yang terpenting kawan-kawan di sana tetap tak kehilangan jiwa Ners. Semoga baju kita tetap sama.
Baju yang kita pakai mempunyai banyak fungsi, diantaranya yaitu sebagai pelindung, estetika dan bahkan bisa menjadi ciri kemajuan sebuah peradaban. Namun demikian baju tetaplah hanya selembar kain yang berbahan dasar sama dengan baju-baju lainnya. Anehnya 2 buah baju dengan bahan sama dan dipakai oleh 2 orang yang berbeda akan memberikan hasil penampilan yang tidak sama. Kaos oblong murahan yang saya pakai, pastinya akan lebih keren jika dipakai oleh Tom Cruise. Jelas bahwa di sini bukan baju yang menjadi pembeda tapi oranglah yang membuatnya menjadi tidak sama.
Baju seragam Ners dengan warna asli putih, sekarang tidak lagi menjadi warna fanatik bagi rekan-rekan Ners di rumah sakit. Warna pink, hijau, dan biru merupakan warna alternatif yang sering dipilih dengan harapan dapat menciptakan kesan baru yang berbeda. Ironisnya mengganti pembungkus luar penampilan belum sepenuhnya mampu menghilangkan predikat judes yang kadung melekat pada pemakainya. Sekali lagi saya tekankan......warna di bawah kulit andalah yang sesungguhnya akan menjadi sebuah pembeda yang sangat hebat. ”attitude is a little thing but it make a big different”...perilaku adalah sesuatu yang kecil namun dapat menciptakan perbedaan yang besar.
Karakter profesi Ners sesungguhnya terwakili secara utuh oleh sifat si putih. Putih adalah perlambang kesucian, kemuliaan dan keikhlasan tetapi di balik itu terdapat potensi kekuatan dahsyat yang tersamar. Bayi yang baru dilahirkan dianalogikan laksana kertas putih kosong tanpa catatan dosa. Hati yang seputih kapas digambarkan sebagai bersihnya hasrat si empunya. Tulang sebagai organ terkeras dalam tubuh kita juga berwarna putih. Harapan supaya sifat-sifat si putih mengalir di setiap denyut nadi Ners dimanifestasikan dengan mengharuskan setiap Ners berseragam putih saat bekerja. Keseragaman karakter inilah yang menjadi tujuan akhirnya yaitu agar setiap Ners memiliki ketulusan saat merawat klien. Dengan seragam putih, setiap Ners diingatkan untuk memainkan peran yang selalu sama yaitu secara hakikat selalu bertujuan meringankan penderitaan kliennya.
”Observasi tanda vital, kaji perasaan klien terhadap penyakit, batasi jumlah pengunjung atau atur posisi tidur klien jika sesak.......akh intervensi keperawatan itu tidak menjual !” Demikian gumam pelan mahasiswa yang bahkan nyaris tak terdengar oleh saya ketika mereka melakukan konsultasi laporan kasus. Namun dibalik kegiatan yang seperti tak berguna itu, anda akan menemukan fakta bahwa klien anda tidak akan pulih tanpa bantuan anda. Jika anda membiarkan klien dengan luka bakar terbaring tanpa dibantu latihan mobilisasi, maka mereka akan pulang dengan kontraktur sendi. Bila anda tidak mengawasi jumlah cairan yang masuk pada klien dengan diare berat maka bisa dipastikan resiko gagal ginjal semakin dekat akan terjadi. Bahkan anda pun bisa mencegah remaja yang berniat bunuh diri pasca pengangkatan payudara hanya dengan menempatkan diri anda sebagai teman bicaranya.
Ners bukanlah seorang selebritis atau tokoh masyarakat terkenal. Anda tidak akan menemukan fakta apapun tentang Ners di koran atau majalah karena ia belum mempunyai prestasi membanggakan bagi ”orang banyak”. Namun 5 hari dalam seminggu dengan intervensi yang sederhana Ners dapat menciptakan perbedaan besar bagi orang lain yang sakit yang dibantunya. Bantuan Ners terhadap cepatnya kesembuhan abang becak sakit yang tak mampu bekerja selama menjalani masa perawatan, telah membantu membebaskan anak dan istrinya yang kelaparan di rumah. Satu senyuman Ners adalah seribu obat bagi klien yang merasa asing saat pertama kali datang ke rumah sakit. Sentuhan tangannya mampu meredakan kecemasan klien yang sedang tegang sendirian menghadapi pembiusan sebelum pembedahan. Ners hanya melakukan hal-hal kecil yang terlihat sepele tetapi dapat memberikan kenyamanan bagi klien, seperti membuang urine, mengganti sprei atau sekedar menemani berbincang-bincang.
Baju putih selayaknya dapat membantu Ners dalam menemukan dan mengenal jati dirinya. Kejelasan dan kejujuran dalam mengenal dan mengakui siapa diri Ners, akan mengarahkan kemana langkah yang harus dituju dan bagaimana cara mencapainya. Saat Ners menyadari nilai, maksud dan sasaran yang akan dicapai, Ners akan menemukan energi dan semangat untuk melakukan hal-hal hebat serta memandang segala sesuatu sebagai hal yang penting bagi hidup. Melayani klien akan menjadi sebuah rutinitas menyenangkan dan memberikan kepuasan secara pribadi karena Ners merasa menjadi seseorang yang dirasakan penting oleh orang lain.
Peran Yang Sama Untuk Orang Yang berbeda
Di satu waktu saya berdiskusi alot ketika mengomentari pertanyaan mahasiswa mengenai luasnya bidang garap Ners. Mahasiswa tersebut mengemukakan kecemasannya manakala melihat penomena beberapa bidang garap Ners mulai merasa diambil alih dengan kemunculan profesi baru. Rohani Islam (Rohis) pada awal tahun 2000 mulai dikenal di Jawa Barat untuk memberikan layanan spiritual bagi klien di rumah sakit pemerintah daerah. Atau cerita banyaknya rumah sakit swasta di Jakarta yang mulai menggunakan tenaga salon kecantikan untuk mengeramasi rambut pasien yang dirawat rumah sakit. Ucapan yang sungguh memilukan hati saya, saat mendengar mereka mengemukakan pendapat bahwa itu terjadi karena terlalu luasnya bidang garap Ners. Yang dimaksud luas oleh mereka adalah rumitnya kebutuhan biopsikososiospiritual klien. Perlu jawaban yang sangat arif untuk memuaskan mereka. Dan pemikiran saya berujung pada satu kesimpulan bahwa bahasan tentang konsep dasar keperawatan harus lebih diperkuat.
Kebingungan peran yang seharusnya dijalani sebagai seorang Ners juga banyak dialami rekan kita. Tugas utama Ners dalam membantu menangani respon klien akibat perubahan status kesehatan klien, terasa begitu sulit dilakukan karena manifestasi respon itu sendiri sangat tidak mudah untuk dipastikan dan seringkali tak terduga. Situasi dunia kerjapun telah menempatkan Ners dalam posisi dengan tuntutan multi peran. Bentuk institusi kesehatan dengan berbagai jenis layanannya masing-masing juga memiliki karakteristik khusus sehingga menuntut peran Ners yang berbeda pula. Peran Ners di situasi gawat darurat dengan ancaman jiwa berbeda dengan peran Ners di ruang pembedahan atau poliklinik rawat jalan. Sangat ironis menyaksikan rekan Ners di Puskesmas disibukkan dengan administrasi program rutin dan terlibat tugas di luar kompetensinya. Di sini kebingungan peran sebagai seorang Community Ners terlihat sangat nyata sehingga merekapun kesulitan dalam memberikan usulan agar terjadi perubahan pola kerja. Prakarsa guru saya, Ibu Suharyati Samba dengan Nursing Center-nya, perlu kita dukung untuk memberikan contoh model praktek keperawatan di Puskesmas.
Kenyataan yang harus benar-benar saya dan anda terima adalah bahwa tidak ada pekerjaan yang diciptakan untuk kita. Maksud saya tidak ada satu jenis pekerjaanpun yang pada awalnya dibuat untuk menyesuaikan dengan diri kita. Pada proses perekrutan karyawan baru, sebuah posisi kerja mensyaratkan karakteristik sifat individu calon karyawan bukan sebaliknya. Kaitannya dengan anda adalah bahwa pekerjaan sebagai Ners meminta anda memainkan peran sebagai seorang Ners. Konsekwensinya anda harus selalu menempatkan diri anda sebagai seseorang yang harus selalu siap membantu klien. Penomena dalam keperawatan yang menjadi core kepedulian Ners yaitu Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) harus tetap dijadikan pondasi dalam melakukan praktek pelayanan keperawatan di manapun ia bekerja.
Trend terkini dalam dunia praktek keperawatan Indonesia memperlihatkan lahirnya perhimpunan-perhimpunan Ners yang mengindikasikan bahwa spesialisasi bidang garaplah yang dapat membuat profesi ini lebih eksis. Sebagai contoh tengoklah begitu indahnya kolaborasi ketika rekan Ners di RS Hasan Sadikin Bandung diminta pendapatnya oleh dokter bedah dalam menentukan letak stoma di abdomen. Atau rekan Ners di RS Cikini Jakarta dengan pelayanan Continuous Ambulatory Peritonial Dialysis-nya (CAPD). Di sini pengakuan klien terhadap kompetensi Ners telah mengantarkan Ners memiliki kemandirian peran. Namun demikian sadarilah bahwa esensi layanan keperawatan tetap akan selalu sama meskipun lingkungan kerjanya beragam dan berbeda. Objek materinya adalah manusia yang terganggu fungsinya akibat masalah kesehatan sedangkan objek forma-nya adalah berupa kegiatan Ners untuk membantu pencapaian klien ke arah status kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kewajiban Melawan Kesempatan
Bagaimana cara anda menjalani kehidupan ini dengan bekerja sebagai Ners ? Sebuah pekerjaan yang nota bene menuntut anda untuk selalu memperhatikan terpenuhinya kebutuhan klien anda. Pekerjaan yang meminta anda untuk tetap berupaya memperhatikan kepentingan klien anda. Apakah hal itu anda anggap sebagai suatu kewajiban ataukah sebuah kesempatan ? Cara pandang anda terhadap pekerjaan dan kehidupan saat menjalaninya akan menentukan bentuk sikap anda dalam memperlakukan orang lain saat berinteraksi.
Mereka yang memandang setiap pekerjaan sebagai satu kewajiban, akan selalu ingin segera menyelesaikannya tanpa mempedulikan hasil akhirnya. Perasaan khawatir dan tertekan di tempat kerja, cenderung akan sering dialami karena tahu konsekwensi yang akan dihadapi jika kewajiban tersebut tidak dilaksanakan. Tugas dan tanggung jawab terasa sebagai suatu beban semata tanpa kenyamanan sedikitpun ketika kita melakukannya. Sungguh sebuah kewajiban yang menjajah....karena kita diharuskan selalu melakukannya, baik saat kita mau maupun tidak mau. Dan sesungguhnya perasaan terpaksa ini tidak akan pernah berdampak baik bagi tercapainya kepuasan kerja.
Di lain fihak, mereka yang memandang setiap hembusan napasnya sebagai suatu kesempatan akan memanfaatkan setiap momen hidupnya untuk selalu belajar dan memperbaiki diri serta membangun hubungan antar sesama yang lebih baik lagi. Mereka mengerjakan sesuatu karena mereka mau dan bukan karena merasa wajib atau terpaksa melakukannya. Tugas dan tanggung jawab dilaksanakan dengan rasa nyaman karena tidak merasa terbebani. Mungkinkah Anda salah satu Ners yang merasa terbebani untuk selalu tersenyum saat bekerja ?
Para pengacara muda yang baru berkarir sangat paham sekali bagaimana ”memanfaatkan” kasus yang menyita perhatian publik untuk mengangkat nilai jual mereka. Secara gratisan mereka bersedia membela kasus itu karena tahu banyak pasang mata yang menonton layar TV sehingga hal itu mereka jadikan kesempatan untuk memperkenalkan diri mereka kepada masyarakat. Mereka tidak merasa terbebani menyelesaikan setiap kasus-kasus hukum itu yang secara finansial mungkin minimal, namun mereka cerdik memanfaatkannya sebagai sebuah kesempatan untuk mengasah dan membentuk citra diri di hadapan para calon klien berikutnya. Hendaknya andapun dapat meniru strategi itu dalam memanfaatkan setiap kesempatan yang anda miliki.
Sebagai seorang Ners, anda dapat memanfaatkan setiap momen yang terjadi saat anda berinteraksi dengan klien atau dengan rekan sejawat untuk membuat pribadi anda lebih berkualitas. Jangan sesali nasib manakala anda diomeli keluarga klien yang cemas karena kurangnya pemahaman mereka tentang penyakit keluarganya. Hadapi dengan tenang maka anda akan belajar bagaimana menjadi seseorang yang penyabar. Jangan ragu bersikap responsif terhadap setiap keluhan klien, maka anda akan terbiasa menjadi peduli. Akhirnya anda para bujangan akan menjadi single man yang mudah dicintai oleh banyak wanita karena tingginya kesabaran dan kepedulian anda....sebuah keberuntungan yang didapat sambil lalu ataukah buah kebaikan dari perilaku anda sendiri ?
Sebenarnya kalau anda jeli, anda dapat memanfaatkan setiap kesempatan bersama klien untuk membantu anda supaya menjadi pribadi yang semakin berkualitas setiap harinya. Melihat penderitaan klien selama sakit atau bahkan menjelang kematiannya, seharusnya membuat Ners belajar untuk lebih mensyukuri dan menghargai hidup ini. Semakin sering kita mendampingi klien yang sakaratul maut di rumah sakit, akhirnya menjadikan kita sadar bahwa setiap manusia di dunia ini akan meninggal. Belajar dari banyak peristiwa kematian akan mengantarkan kita pada pemahaman tentang apa yang seharusnya dilakukan dengan kehidupan yang sedang kita jalani sekarang.
Ners Melissa telah 15 tahun menjadi perawat di ruang rawat bedah kelas III. Menurut pengalamannya pasien di ruangan itu sangat rewel dan manja sehingga dia memutuskan untuk tidak terlalu baik terhadap pasien. Dulu para Ners senior juga sering berpesan agar jangan mau dijajah oleh klien dengan tidak terlalu memenuhi setiap keinginan klien, karena jika satu permintaan dipenuhi maka permintaan-permintaan berikutnya akan muncul. Setiap hari Ners Melissa merasa dipusingkan dengan kewajiban membuat laporan tertulis tentang seluruh aktivitas harian yang menjadi kewajibannya. Semua pasien dirasakannya sangat menyebalkan karena dianggap tidak mengerti kesulitannya itu dengan memijit bel berulangkali. Pada hari-hari berikutnya ruang perawatan sepi dari bunyi bel karena pasien merasa takut diomeli jika membunyikannya. Klien lebih memilih diam dan meminta bantuan perawatan pada keluarganya. Lain waktu Ners Melissa merasa sangat tidak nyaman saat berbicara dengan keluarga klien yang selalu berkata dengan nada tinggi kepadanya. Ners Melissa juga merasa tersinggung ketika mengetahui keluarga klien itu tidak menegurnya saat berpapasan di super market. Merawat klien dengan baik menurutnya tak sepadan dengan timbal balik yang didapatkannya. Baginya pekerjaan ini sangat membosankan karena bertemu orang-orang yang tidak menghargainya. Pada acara reuni dengan teman-teman semasa kuliahnya dulu, ia terlihat lebih tua dari mereka yang bisa jadi akibat kebiasaan dia mengkerutkan otot wajah saat dulu bersitegang dengan klien.
Kisah kedua tentang Ners Diedie yang juga adik kelas Ners Melissa. Ners Diedie menyakini bahwa cara dirinya memperlakukan klien akan berdampak pada apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. Dia selalu berupaya agar setiap orang yang berinteraksi dengannya harus merasa nyaman dan kegiatan merawat klien dijadikannya kesempatan untuk mencari banyak relasi. Senyum dan sapaan hangat dia berikan ke setiap orang dan dijadikan kebiasaan harian saat memulai bekerja. Layaknya sahabat, Ners Diedie selalu meluangkan waktunya mengobrol sebentar seputar hoby kliennya. Senyumnya mengembang tulus manakala mengetahui klien yang pertama kali datang dengan berbaring tak berdaya, sekarang mampu berjalan dengan kedua kakinya. Keluarga klien sepertinya juga sangat tahu berterima kasih karena mereka dengan sengaja menunda waktu kepulangan klien di pagi hari supaya dapat pamit langsung pada Ners Diedie yang kebetulan dinas sore. Perkawinan Ners Diedie dengan suami tercinta menjadi sangat meriah dan unik karena mantan-mantan kliennya secara berombongan datang memberikan selamat. Kedamaian hidup sepertinya tercapai karena Ners Diedie merasa nyaman berada di sekeliling orang-orang yang mencintainya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
informasi penting
- bkdbandung
- kabbandung
- kpudkabbandung
- Alkhoirot
- Beasiswa
- bandungbarat
- CPNS
- Loker
- Kerja
- Informasi Kerja
- Blog Tutorial
- Blogger Indonesia
- Info Beasiswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar