Mengapa kata" Allahu Akbar" yang menjadi nama agung Tuhan?? Tentu hal ini menjadi bahan kajian yang sangat menarik,Namun jugatentu kontraversial untuk saat ini. namun jika kita bisa mengetahuinya insya Allah justru akan lebih memantapkan keimanan dan keislaman kita kepada Allah. kejadian di bawah akan menggunakan berbagai wacana sekaligus: teologis, antropologogis, historis, dan mitologis。
Dalam sejarah keagamaan, ternyata nama Tuhan bukan lah sesuatu yang taken for granted bagi semua agama.hal ini sudah disadari sepenuhnya oleh para pencari jalah rohani yang sudah menemukan tujuanya pada 500 tahun yang lalu. nama-nama Tuhan itu mengalami evolusi kesejarahan yang cukup panjang, dan sangat terkait dengan perkembangan kemanusiaan beserta alam sekitarnya.
Mungkin selama ini ada beberapa keyakinan dalam diri sebagian umat islam bahwa asma' Allah itu;1.ASma' Tuhan terutama Allah yang memang menjadi milik islam yang memang hadir bersama kehadiran islam sebagai agama yang di bawa nabi Muhammad SAW.2.
Bahwa kata AllAh dalam menyebut nama Tuhan adalah telah ada secara inheren semenjak adanya adam didunia ini, sehingga seluruh nabi yang pernah hadir sudah menyerukan penyembahan pada Tuhan yang ber-asma' Allah tersebut. kedua hal tersebut, melalui pemaparan tulisan ini akan membuktikan bahwa kedua klaim tersebut tidak sepenuhnya benar.
Dalam teologi islam, telah diakui bahwa adam merupakan generasi hamba AllAh yang pertama kali diciptakan bagi bangsa manusia sampai generasi kita sekarangini. penciptaan awalpun menempatkan generasi "Adam" sebagai manusia yang dipersiapkan menjadi hhalifah di bumi, namun terlebih dahulu mendiami surga Allah.sehingga ia mendapat kesempatan untuk terlebih dahulu bisa bertemu dengan AllAh secara langsung.
Adam jugalah yang dipercaya oleh AllAh untuk diberi kalimah-kalimah tentang pengetahuan sebagai persiapan dia untuk hidup dibumi. berlatar belakang itulah, maka disebutkan dalam kitab suci bahwa seluruh manusia di bumi, telah terlebih dahulu dimintai kesaksiannya dialam roh tentang AllAh sebagai Tuhannya(QS. AL-A'raf/7:172). hanya saja dalam kalimat tersebut Tuhan menggunakan kata "AKU" dan "RABBI", belum menyebutkan bahwa asma' itu adalah AllAh. kenyataan tersebut menunjukkan bahwa bahwa konsep "ADAM" lebih mengarah pada citra roh manusia, bukan manusia sebagai person fisik.
Penjelasan tradisi keagamaan formal selama ini menyebutkan, bahwa adam hadir di dunia ini setelah momen pelanggarannya kepada ALLAH, sehingga Tuhan memarahi ADAM dan HAWA, maka design ALLAH akan kekhalifahan manusia pun di mulailah( QS.AL-Baqarrah/2:29). dosa ini mengakibatkan Adam harus melakukan inabah kepada ALLAH. akan tetapi tidak tahu bagaimana harus mengucapkanya seperti dalam (QS.7/23). jadi periode Adam ini nama ALLAH belum digunakan sebagai sebutan untuk Tuhan.
Hal ini wajar,sebab Adam telah pernah menyaksikan Tuhan secara langsung, sehingga ia cukup menyebut Tuhan dengan kata "Rabbana", sebab Tuhan betul-betul dikenalinya. bagi Adam ini tidak memiliki masalah apa-apa, sebab ia telah kenal betul pada Tuhanya, sehingga bisa menghadirkan-nya dalam pikiran dan perasaannya setiap kali menyebut "Anta" demikian dalam ayat lain disebutkan-pada Tuhannya.
Namun bagi keturunannya nanti akan membawa masalah gejala ikonoklastik, sebab gambaran tentang Tuhan yang semakin kabur. hanya saja untuk menghindari gejala pembendaan itulah, maka AllAh menyuruh Adam untuk membangun rumah ibadah pertama di muka bumi yakni Ka'bah dengan catatan sbb:
istilah Ka'bah tidak hanya terdapat dalam alqur'an. dalam perjanjian lama istilah ka'bah telah dikenal sebagai bentuk bangunan kubus atau empat persegi yang juga sering disebut mezbaah Tuhan (kita raja-raja.6:32). oleh sebab itu, jika umat islam ikut menerjemahkan ka'bah dengan kubus,berarti suatu kesalahan yang cukup fatal. istilah ka'bah dalam alqur'an memiki maksud spiritual yang mendalam, yang minimal ditampakkan oleh adanya batu meteor yang disebut hajar al-aswad, yang dikirim secara langsung oleh AllAh melalui malaikat jibril untuk ka'bah itu.
Maka istilah ka'bah dalam qs.5:95 dan 97 harus dihubungkan dengan kata ka'bain pada qs.5:6. ka'bain adalah dua mata kaki, tempat kaki berputar untuk melangkah.
maka ka'bah memiliki arti mata bumi tempat planet ini berputar pada sumbunya sejak awal penciptaan sampai badai nuh melanda. sumbu putaran itu adalah kutub utara seperti di maksud dalam qs.71:14,95:2 dan 3. maka kedudukan makkah al-mukarramah di mana ka'bah berdiri sebenarnya pusat bumi. poros itu berubah akibat banjir dan topan besar era nabi nuh yang mampu memindahkan arah perputaran bumi sekitar 68 derajat dengan kecepatan 1665 km/jam. banjir ini pulalah yang menghancurkan hidung patung sphinx di mesir.
Memperhatikan uraian tersebut, maka tampak bahwa sebenarnya apa disebut Adam dan Hawa tidak mengarah sebagai personal manusia laki-laki dan perempuan, namun merupakan simbol spiritual. bahwa dalam diri manusia, unsur utama pembentukannya adalah roh yang selalu mengenal kebenaran, dan selalu bersama Tuhan. namun kemudian dalam bentuk fisiknya ia hadir sebagai efek pemenuhan kebutuhan fisikawi-bersama hawa nafsu yang menyelubungi, sehingga mengubah posisi langit/surga menjadi bumi dan dari posisi manunggal dengan AllAh sebagai Roh Al-Haqq,menjadi sementara terpisah. untuk dapat manunggal kembali, maka ia harus bisa melebur segenap jasad fisik berikut nafsunya, sehingga rohnya menjadi murni kembali dan bergabung dengan Roh Al-Haqq.
Itulah inti dari ajaran para guru yang bijak yang memang benar-benar ahli di bidangnya. dan memang bahwa dunia fisik ini adalah alam kematian yang harus ditempuh oleh roh yang masih terpenjara oleh badan/tubuh fisik, jasmani. merujuk pada Alqur'an, memang kita bisa menemukan bahwa para nabi dan rasul memiliki misi utama yang sama, yakni membawa ajaran tauhid/pahamkesaan Tuhan seperti Qs.Al-anbiya/21:25. dalam hal ini Tuhan memperkenalkan diri dengan sebutan 'AKU' konsisten dengan pernyataan ini, maka orang tau betul selalu berujar "AKU" dalam ujaran mistiknya.
hal yang sama juga telah terjadi pada auliya' besar sperti: ibn mansur al-hallaj, syuhrawardi al-maqtul,'ayn al-quddat al-hamadani, ahmad ghazali, dan di indonesia di antaranya syekh siti jenar, sunan kalijaga, sunan panggung, ki babeluk, syekh amongraga, syekh mutamakkin, syekh jangkung dan syekh abdul hamid di takisong banjarmasin dan masih banyak lagi.
Menurut al-Qur'an juga, memang para nabi seperti Nuh, Hud, Shaleh, Syu'aib mengabadikan seruanya: "Wahai kaumku, sembahlah AllAh, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-nya"seruan ini diabadikan dalam Qs.Al-Anam/7:59,65,73 dan 85. namun perlu diingat bahwa alqur'an dalam menyebut nama "ALLAH" sebagai Tuhan memiliki tiga maksud sesuai dengan evolusi,antropologis, dan kesejarahan manusia. pertama, penyebutan nama "ALLAH" sebagai asma' resmi Tuhan, itulah nama final secara fisik(sementara secara roh, tetap bukan nama final)asma' al-a'dzam baginya, seiring pula dengan finalnya ajaran al-islam dengan formalisasi islam sebagai agama era nabi Muhammad SAW.jadi ini seperti asma' "kesepakatan" (kalimatun sawa dalam Qs.Ali-imran/3:46) bagi agama-agama didunia, sebab perjalanan telah sempurna dengan panji-panji kenabian Muhammad. namun perlu ditekankan, label nama" Allah" secara formal inisering dengan kehadiran person Muhammad sebagai nabi.
Kehadiran Muhammad sebagai nabi secara fisik, berkaitan erat dengan tata aturan kemanusian yang mendiami alam fisik dunia ini. jika kemudian di hubungkan dengan dengan roh, nur, dan hakikat muhammad yang berkaitan dengan pencerahan roh manusia, maka nama sejati Tuhan, bukan "AllAh" tersebut, melainkan asma'-asma' yang muncul dalam kondisi ekstase setiap pencari jalan menuju AllAh/salik.
kedua sebutan kata AllAh kadang juga mengarah pada AllAh orang-orang arab sebelum islam sesudah kehadiran Nbi Isa.(w.16m, ada yg menyebut 37m). disini Allah memiliki konotasi makna sebagai dewanya dewa-dewa yang disembah orang-orang arab saat itu. dijawa juga ada istilah sebutan bathara guru. jadi konotasinya bukan Allah seperti yang dipahami dalam teologi islam. hal ini menunjukkan adanya alur sejarah bagi penyebutan Allah sebagai nama yang diberikan oleh manusia.
Ketiga sebutan Allah yang berarti Tuhan, namun belum dan tidak sebagai asma' yang harus disebutkan oleh manusia,ini berlaku bagi para nabi sejak generasi adam hingga isa(tahun40 m,sehharusnya tahun 36 m). maka wajar jika sebelum islam, terjadi sebutan dan pemberian nama terhadap Tuhan yang cukup banyak di berbagai belahan dunia, karena "nama" adalah pensifatan atau penunjukkan terhadap sesuatu oleh manusia agar bisa mengenalinya secara lebih mudah. logikanya, jika nama Allah memang sudah di perkenalkan sebagai nama Tuhan sejak nabi yang pertama,tentunya semua agama samawi akan memiliki keseragaman dalam penyebutanya. hal ini sekaligus kembali menegaskan bahwa pemberian nama Allah seiring dengan perkembangan sejarah mengenaimengenai penggunaan nama itu sendiri.
Maka perlu diperhatikan disini,bahwa penyebutan nama Tuhan sangat terkait dengan faktor kebahasaan/linguistik. dan pemaknaan manusia terhadap ajaran maupun fenomena kehidupan beserta alam sekitarnya/hermeneutik. disamping juga dengan kondisi masyarakat manusia berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar