Para Kekasih Allah
Seseorang dapat menjadi kekasih Allah jika ia dapat menyempurnakan dirinya dengan menempuh jalan rohani sampai kepada ridha Allah. pada tingkat awalnya mungkin seseorang seimbang antara kebaikan dan keburukanya. Semakin lama dirinya semakin dipenuhi oleh kebaikan dan sebaliknya berkurang serta sirnanya keburukan.
Kemudian ego mereka takluk dalam cahaya kalimah laa ilaaha illallah sehingga dalam hatinya muncul al-furqon. Mampu membedakan antara dosa dan pahala,baik dan jahat, bersih, dan kotor mereka hanya menginginkan kebenaran illahi sehingga mereka di sirami oleh nur illahi pula. Mereka tidak lagi memandang dunia yang menjadikan nafsu meeka terikat, dan menjauhi pesona Allah.
Kemudian mereka menyelam ke dunia huwa, dimana si salik telah mampu membersihkan dirinya dari segala sifat buruk dan perilaku yang nista. Dengan itu mereka mendapatkan ketentraman batinya. Hawa nafsu telah tunduk sepenuhnya kedalam kehendak Allah. sehingga sampailah ia kepada majlis Allah. keikhlasan telah menyelimuti jiwanya. Segala yang selain Allah telah sirna dari jiwa dan hatinya. Inilah sufi yang sebenarnya. Hatinya telah bebas dari cengkraman hal-hal yang bersifat jasmani. Dengan hati yang suci dan jiwa yang bersih ia memasuki alam rohani para nabi, syuhada, shiddiqin, dan shalihin.
Ketika ia melaksanakan amalan dari al Qur’an dan Sunnah Nabi, maka amalan itu semakin membawanya dekat dengan Allah. yang terjadi adalah bahwa subtansi dari kitab-kitab suci itu sudah integral dan menjiwai rohaninya. Dia akan menerima ilham dari Allah sehingga menjadi orang yang arif yang ilmunya berasal dari ilmu ladunni. Dengan ilmu itu ia mengetahui antara yang benar dan salah, bisa membedakan mana yang bisikan setan dan yang berasal dari limpahan Allah. ia dipenuhi oleh ketentraman, kedamaian, dan kedekatan dengan Allah. sehingga hatinya pada makhluk Allah menjadi lapang dan sangat tentram. Ia dipenuhi oleh cinta Allah dan mendapatkan kecintaanya.
Apa yang di rasakanya adalah hatinya telah di liputi oleh dzauq dan wajd atawa cinta dan rindu. Ketika berdzikir kepada Allah, ia merasakan keagungan sifat jalal atau keagungan Allah serta merasakan sifat jamal atau keindahan-nya. Semula ia adalah thalib, dalam kondisi ini telah menjadi mathluub, yang mencari menjadi yang dicari, qaashid menjadi maqshuud, yang berhajat menjadi di hajati, murid menjadi murad, yang menuntut menjadi yang di tuntut.
Inilah tarikan dari Allah bagi kekasihnya yang tentu saja lebih baik dari semua amalan manusia dan jin. Huwa- ana, wa ana- huwa, anta- ana , wa ana-anta. Dia adalah Aku. Aku adalah Dia, Kamu adalah Aku, dan Aku adalah Kamu. Sesudah jumbuh ( berkesesuaian antara iradah dan qudrah, keinginan dan ketetapan), maka antara kawula dan gusti menjadi pamor (mensenyawa) sebagai penglihatan batinya. Dan inilah intrik dari filsafat eksistensialisme yang membawa manusia modern mencapai puncak kejayaan pengetahuan. Sayangnya manusia modern hanya mengambil inti filsafat ini secara fisik material sehingga terjadi kekosongan spiritual akan Tuhan.
Dalam hal ini, anda dapat membedakan manusia kekasih Allah dengan manusia yang bukan kekasihnya. Tentu anda pun dapat mengevaluasi diri anda sendiri, berada dalam kondisi kekasihnya atau bukan?
Para kekasih Allah selalu diliputi oleh kebaikan yang memunculkan lima tanda mendasar: à
1. Hati yang lembut sehingga orientasi ibadah fisiknya selalu tertuju bagi keselamatan dan kenyamanan orang lain. Karena dirinya sudah berada dalam kesatuan dengan-Nya sehingga tidak perlu khawatir lagi (la takhaf wa la tahzan, inna-Liaha ma’ana, kata Nabi Muhammad , tidak pernah takut dan khawatir lagi tentang dirinya karena Allah selalu sudah bersama kita.
2. Suka meneteskan air mata penyesalan karena dosa atau setitik noda yang dilakukan, atau terbersit dalam hati. Terutama ketika kemanusiaanya mengalahkan kesejatian ke-Illahianya.
3. Zuhud, yaitu tidak mementingkan kepentingan duniawi dengan segala kekayaan dan kemegahanya yang menjadi hijab terbesar bagi perjalanan spiritualnya.
4. Tidak memiliki angan-angan kosong ini adalah perkiraan bahwa di dunia ini merupakan kehidupan dan sesudahnya alam kematian. Yang sesungguhnya adalah dunia alam kematian spiritual, dan sesudah alam dunia itulah nanti manusia menemukan kehidupan sejati dan abadi.
5. Memiliki kesadaran yang tetap terhadap Allah.
Para kekasih Allah juga diliputi oleh empat sifat yang selalu melekat:à
1. Bisa di beri amanah
2. Suka menepati janji
3. Tidak pernah berdusta
4. Dalam berbicara dan berhubungan sesamanya tidak kasar dan tidak menyakitinya.
Bagi anak cucu adam yang ingin menemukan jalan kebenaran mulai lah dari diri kita sendiri, bukalah semua rahasia yang terselubung. Karna manusia yang bisa membuka dan menemukan jati dirinya maka dialah orang yang beruntung di sisi Tuhanya. Hanya yang di bukakan oleh sang pembuka ( al-fattah) yang akan bisa melihat segala keagungan Tuhan. Seperti kata al-ghazali:
“ wa huwa al-ladzi idza ‘arafahu al-insan faqad ‘arafa nafsahu, wa idza ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu” à Apabila manusia yang mengenal hatinya, maka dia sesungguhnya telah mengenal dirinya. Dan apabila ia telah mengenal dirinya, maka ia telah mengenal akan tuhan.
Wassalam wahyoe kalijaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar