Selasa, Mei 26

ANESTHESIA FOR DRUG ABUSER PATIENT

Penyalahgunaan obat adalah pemakaian sendiri obat-obatan yang menyimpang dari pemakaian medis atau sosial yang diterima; yang bila diteruskan dapat menimbulkan ketergantungan fisis dan psikologis. Pasien yang menyalahgunakan obat dapat menjalani pembedahan dengan problema yang sama, yang biasa terjadi pada semua obat yang disalahgunakan dan beberapa bersifat khas untuk obat-obat tertentu. Di samping hal yang biasa dilakukan, pada evaluasi prabedah perlu diperhatikan tiga hal yaitu: 1) akses intravena, 2) nutrisi dan 3) sistem imun.
Opioid sangat adiktif, yang timbul selama penyalahgunaan beberapa pekan. Gejala putus obat dari opioid dapat menyulitkan pada masa perioperatif. Gejalanya berupa manifestasi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatetik (diaforesis, midriasis, hipertensi, takikardia), keinginan yang kuat untuk mendapatkan opioid (craving) diikuti dengan ketidaknyamanan muskuloskeletal, insomnia, kejang perut dan diare. Problema medis yang menyertai penyalahgunaan opioid berupa: AIDS, hepatitis, abses kulit, tromboflebitis septik, tetanus, endokarditis dengan atau tanpa embolus paru, pneumonitis aspirasi, disfungsi kelenjar adrenal, glomerulosklerosis segmental fokal, malaria dan malnutrisi. Pasien kecanduan opioid hendaknya diberi opioid yang dipertahankan selama masa perioperatif. Pasien ini juga membutuhkan lebih banyak opioid daripada pasien yang bukan pecandu. Dia juga memerlukan lebih banyak dosis obat-obat anestetik, seperti anestetik uap, barbiturat dan propofol. Juga ada kecenderungan untuk mengalami hipotensi akibat homeostasis cairan intravaskular yang tidak adekuat dan gangguan fungsi adrenokortikal. Pecandu opioid ternyata menderita nyeri pascabedah yang lebih berat. Dosis besar opioid singkat sebaiknya dihindari, metadon (opioid kerja panjang) dapat dipilih atau dapat dipertimbangkan pula blokade regional.
Amfetamin (“sabu-sabu”, “ekstasi”) merangsang pelepasan katekolamin yang menyebabkan peningkatan kewaspadaan kortikal dengan penurunan nafsu makan dan kebutuhan tidur yang berkurang. Ketergantungan fisiologis pada amfetamin bersifat berat. Penyalahgunaan amfetamin kronik menyebabkan depresi cadangan katekolamin tubuh. Penyalahguna obat ini mungkin menderita hipertensi kronik, disritmia dan maltrunisi. Pasien dengan keracunan akut amfetamin yang memerlukan pembedahan darurat mungkin menderita hipertensi, takikardia, peningkatan suhu tubuh dan peningkatan kebutuhan obat-obat anestetik. Suhu tubuh mungkin tidak bisa diatur sehingga perlu dipantau selama masa perioperatif. Yang mencolok, penyalahguna amfetamin kronik mungkin malah membutuhkan obat-obat anestetik lebih sedikit, mungkin akibat depresi katekolamin pada SSP. Hipotensi hendaknya dikoreksi dengan vasopresor yang bekerja langsung seperti adrenalin.
Kokain, sangat adiktif dan dapat menimbulkan efek samping yang mengancam nyawa. Kokain dapat menyebabkan vasospasme koroner, iskemia miokardial dan infark miokardial. Pasien yang merokok kokain berisiko tinggi untuk mengalami kerusakan paru dan sembab paru. Dalam pemberian anestesia untuk penyalahguna kokain, perlu diingat bahwa pasien ini rentan untuk mengalami iskemia miokardial dan disritmia jantung. Nitrogliserin hendaknya disediakan untuk mengatasi iskemia miokardial dengan hipertensi kronik. Analgesia regional diindikasikontrakan bila ada trombositopenia.
Dalam pembicaraan ini, juga dibahas obat-obat lain yang dapat disalahgunakan yaitu: barbiturat, benzodiazepin, halusinogen, alkohol dan tembakau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger