Kamis, Januari 7

Stress di tempat kerja ?

“ Hai anak Adam. Setiap hari, Kami (Allah) memberi engkau rezeki, tetapi engkau merasa cemas. Dan setiap hari umur engkau berkurang, tetapi engkau merasa girang. Engkau berada dalam kecukupan, tetapi engkau masih mencari juga apa yang merasa cukup dengan yang sedikit, dan tidak merasa puas dengan yang banyak” (hadits qudsyi)

stress

“Work stress is an individual’s response to work related environmental stressors. Stress as the reaction of organism, which can be physiological, psychological, or behavioural reaction” (Beehr, 1978)

Berdasarkan definisi di atas, stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja.

Sumber-sumber Stres Kerja

Banyak ahli mengemukakan mengenai penyebab stres kerja itu sendiri. Secara umum, penyebab stres kerja terdiri atas 4 (empat) hal utama, yakni:

1. Kondisi dan situasi pekerjaan

2. Pekerjaannya

3. Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas

4. Hubungan interpersonal

Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas empat hal utama, yakni:

  1. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.
  2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
  3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup.
  4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.

The Right Man on The Right Job

Dalam hubungannya dengan pekerjaan atau profesi yang ditekuni, setiap orang memiliki kemampuan berbeda untuk menyangga beban pekerjaannya. Diantara mereka barangkali ada yang cocok untuk beban fisik, mental, atau sosial atas pekerjaan yang ditekuni. Apapun jenis dan namanya pekerjaan, secara umum mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu batas tertentu, bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang untuk dapat memikulnya, namun bagi yang lain sebaliknya.

Berangkat dari pemikiran inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat, dalam arti derajat ketepatan suatu penempatan, meliputi kecocokan basis pengetahuan dan pengalaman, keterampilan, minat, motivasi dan lain sebagainya atas pekerjaan yang ditekuni.

Semakin tinggi pemilikan kemampuan prasyarat kerja yang dimiliki, semakin efisien dan efektif badan dan jiwanya bekerja, sehingga beban kerja yang dirasakan menjadi relatif ringan. Pada gilirannya angka sakit dan mangkir kerja dapat ditekan seminimal mungkin, terlebih lagi jika mereka memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi.

Bukan suatu hal yang mustahil jika pada kurun waktu tertentu muncul stress, karena apa yang dikerjakan nampak sia-sia alias tidak menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya maupun orang lain. Terlebih lagi, jika kondisi ini dibarengi dengan faktor eksternal lainnya, seperti imbalan yang kurang memadai dibandingkan dengan pengorbanan yang diberikan, kurang mendapat penghargaan, tuntutan pengembangan diri kurang, situasi lingkungan kerja yang kurang kondusif dan lain-lainnya. Semakin banyak tuntutan yang tidak terpenuhi, semakin meningkat kualitas stress yang dihadapi oleh seseorang.

Akibat stress

Beberapa penelitian menunjukan bahwa stres kerja (konflik kerja, beban kerja, waktu kerja, karakteristik tugas, dukungan kelompok dan pengaruh kepemimpinan) berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja seseorang.

Terdapat empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan.

Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi, hingga turnover.

Upaya mengatasi stress di tempat kerja

Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dapat memberikan beban tersendiri bagi pelakunya, baik beban fisik, mental, maupun sosial. Agar stress akibat kerja yang dialami tersebut tidak berdampak negatif, bahkan berubah menjadi bersifat positif, secara intern perlu adanya upaya pengendalian secara intensif. Dari sisi eksternal, disarankan agar dilakukan upaya sistematis untuk mengeliminasi potential stressor di lingkungan kerjanya, seperti:

(1) memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melakukan refreshing fisik dan mental; (2) memberikan tambahan insentif secara khusus sebagai bentuk kompensasi atas besarnya beban kerja; dan (3) menciptakan iklim lingkungan kerja yang kondusif melalui penyediaan keperluan atau fasilitas yang diperlukan.

Agar dampak stress kerja tidak berlarut-larut, diperlukan upaya pengendalian diri sejak dini atas kondisi tersebut, agar beban atas pekerjaan yang diembannya tidak dirasakan sebagai hambatan dalam konteks pengembangan diri dan profesi, tetapi justru sebaliknya menjadi pemicu bangkitnya motivasi kerja.

“Sesungguhnya Allah mengasihi seseorang yang apabila melakukan sesuatu kerja dia melakukannya dengan tekun”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger